Vincent Kompany Ingin Terapkan Ini di Bayern Munchen di Tengah Keraguan Kepadanya

Kompany akan menuntut agresivitas dan keberanian mutlak dari para pemainnya.

Sven Hoppe/dpa via AP
Vincent Kompany is presented as the new coach of Bayern Munich, at the Allianz Arena, in Munich, Germany, Thursday, May 30, 2024. Kompany is the unlikely new coach of Bayern Munich after a lengthy search which saw the German club rejected by several top candidates.
Red: Israr Itah

REPUBLIKA.CO.ID, MUNCHEN -- Pelatih baru Bayern Munchen Vincent Kompany menguraikan gaya bermain yang ingin diterapkannya kepada tim asuhannya pada Kamis (30/5/2024). Ia mengatakan akan menuntut agresivitas dan keberanian mutlak dari para pemain Bayern musim depan.

Baca Juga


Pelatih asal Belgia ini telah menandatangani kontrak hingga 2027 menukangi klub kaya Jerman tersebut. Kontrak dijalin setelah Kompany dengan Burnley, yang terdegradasi ke Divisi Championship, berpisah.

Bayern, juara Bundesliga dalam 11 musim sebelumnya, berada di posisi ketiga di belakang Bayer Leverkusen dan VfB Stuttgart pada musim 2023/2024. Mereka juga gagal meraih trofi domestik maupun Eropa untuk pertama kalinya dalam lebih dari satu dekade terakhir. Kondisi yang berujung pada pemecatan pelatih Thomas Tuchel, yang diumumkan pada Februari.

“Bagi pihak saya, ini sederhana. Apa yang Anda latih adalah diri Anda sebagai pribadi,” kata Kompany dalam konferensi pers pada Kamis, dikutip Reuters.

“Kepribadian saya adalah saya tumbuh di jalanan Brussel, saya berada di akademi Anderlecht di mana sejak usia enam hingga 20 tahun, Anda harus memenangi segalanya.”

Kedatangan Kompany, yang memiliki pengalaman di Bundesliga karena pernah bermain untuk Hamburg SV dan fasih berbahasa Jerman, mengakhiri pencarian selama berbulan-bulan untuk pengganti Tuchel.

Beberapa kandidat yang diburu memutuskan untuk tetap bertahan di pekerjaan mereka saat ini. Termasuk Xabi Alonso dari Leverkusen, mantan pelatih Julian Nagelsmann, dan Ralf Rangnick dari Austria.

“Saya ingin para pemain Bayern benar-benar berani dengan bola, memiliki kepribadian. Saya ingin tim ini menjadi agresif, untuk merepresentasikan dua hal tersebut,” ujar Kompany.

“Benar-benar berani ketika mereka menguasai bola dan membuat keputusan dan benar-benar agresif, sesuatu yang mereka bawa setiap menit dalam pertandingan. Selalu,” kata Kompany.

Naik-turun Kompany

Dalam karier kepelatihannya...

 

Dalam karier manajerialnya yang singkat, Kompany, yang memainkan 360 pertandingan untuk Manchester City telah memenangi empat gelar Liga Primer. Ia telah mendapatkan reputasi untuk memainkan sepak bola yang mengalir bebas dan berbasis penguasaan bola.

Dia memulai karier kepelatihannya di klub Belgia, Anderlecht, sebelum bergabung dengan Burnley pada tahun 2022, di mana pendekatannya berhasil dengan baik di divisi dua Championship saat mereka mengamankan promosi dengan tujuh pertandingan tersisa.

Namun, Burnley bersikeras untuk tetap menggunakan gaya tersebut saat menghadapi tim-tim dengan kualitas yang lebih tinggi di Liga Primer. Alhasil mereka kesulitan untuk bertahan di divisi utama dan terdegradasi setelah finis di peringkat 19 dengan 24 poin. Mereka hanya meraih lima kemenangan sepanjang musim.

Kepindahan Vincent Kompany ke Bayern Munchen pada awalnya disambut dengan cemoohan dan ketidakpercayaan. Pandangan yang lebih berimbang telah muncul, tapi tidak ada yang dapat menghindari ketidakpercayaan ketika seorang pelatih yang terdegradasi bersama Burnley justru menerima salah satu pekerjaan terbesar di Eropa.

Namun manajemen Munchen tidak asal berjudi. Kompany dianggap sebagai sebuah pertaruhan yang layak untuk diambil, seorang pelatih dengan potensi yang besar.

Ada banyak faktor yang terlibat, tidak terkecuali perekrutan Bayern yang penuh dengan proses. Namun memilih Kompany juga menyoroti perubahan pandangan mengenai apa yang membuat seseorang menjadi pelatih elite. Sebuah keinginan yang tumbuh untuk melihat lebih dari sekadar hasil dan menuju gaya yang dapat ditransfer.

Kompany, harus diakui, memiliki banyak hal lain yang dapat dilakukannya. Sebagai seorang pemain, ia menjadi kapten klub dan negara, memenangkan Liga Primer bersama Manchester City di bawah asuhan Pep Guardiola. Hal tersebut memberikan rasa hormat secara instan dari pemain lain.

Tren dalam manajemen modern mengarah kepada para murid Guardiola. Mikel Arteta telah muncul sebagai penantang terbesarnya di Liga Primer, Xabi Alonso baru saja berjaya di Bundesliga. Enzo Maresca telah mengikuti Kompany dalam memenangkan Divisi Championship.

Hubungannya dengan Guardiola, yang secara luas dianggap sebagai pelatih luar biasa dari generasinya, sangat signifikan di Bayern. Beberapa orang menganggap pekerjaannya di sana belum selesai tanpa kemenangan di Liga Champions, tapi ia memukau dengan ide-idenya. Ada sebuah warisan di sana. Bahkan Guardiola disebut-sebut memberikan rekomendasi untuk Kompany.

Kompany datang ke Liga Primer dengan pendekatan yang telah membantu Burnley mengumpulkan 101 poin di Championship, memenangkan pujian dari Burnley atas permainan mereka yang brilian.

 

Kecepatannya...

Kecepatannya dalam mengubah gaya, setelah satu dekade melakukan berbagai hal yang berbeda di bawah asuhan Dyche, sangat menarik perhatian. Itu adalah bukti dari kemampuannya untuk mengelola perubahan bahwa statistik penguasaan bola mereka adalah yang tertinggi sejak catatan Championship dimulai.

Namun, meski telah melakukan investasi besar-besaran di musim panas, timnya tidak mampu beradaptasi dengan Liga Primer. Permainan operan yang terlalu bagus untuk Championship tidak dapat diimbangi oleh kecepatan dan keterampilan tim-tim yang berada di level yang lebih tinggi. Alhasil, kondisi ini segera meruntuhkan kepercayaan diri.

Setelah kekalahan 3-0 di Crystal Palace yang kemudian diikuti dengan kekalahan 2-0 di kandang sendiri dari Bournemouth, eks bintang MU yang jadi pundit sepak bola, Roy Keane, tidak terlalu bersimpati pada tim asuhan Kompany.

"Tahukah kalian, mereka tampil buruk. Mereka sangat mengerikan," kata Keane kepada Sky Sports. "Kita berbicara tentang tim-tim yang memiliki gaya permainan di Championship dan mencoba membandingkannya dengan Premiership, itu seperti kapur dan keju. Itu tidak mungkin.

"Mereka terlihat lemah secara fisik. Gol-gol yang mereka ciptakan, itu adalah hal-hal yang dilakukan anak sekolah. Saya mengagumi para manajer yang memiliki filosofi dan gaya permainan, tetapi Anda harus beradaptasi. Anda harus memberikan diri Anda kesempatan untuk memenangkan pertandingan sepak bola."

Hanya dua tim di Liga Primer yang melakukan lebih banyak kesalahan yang berujung pada tembakan dibandingkan Burnley dan perbedaan dengan sepak bola tanpa risiko di era Dyche menjadi sebuah tongkat untuk mengalahkannya. Ribuan operan yang dilakukan tidak banyak memberikan hasil, hanya mendorong terjadinya lebih banyak kesalahan.

Bagi Kompany, noda degradasi lebih mudah dihapus daripada noda pada gayanya. Langkah ini menunjukkan bahwa para pelatih, seperti halnya para pemain, dapat bergerak naik, terlepas dari hasil yang mereka dapatkan. Bisa jadi, seorang pelatih yang dipertanyakan di Burnley adalah sosok jawaban yang dinantikan Bayern. Hanya Kompany dan waktu yang bisa menjawab itu.

sumber : Reuters
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler