Film Horor 'Darah Pemuja Setan' Angkat Potensi Gunungkidul

Gunungkidul dinilai punya potensi luar biasa dari SDM, budaya, wisata, dan UMKM.

dokpri
Sebuah film horor berjudul Darah Pemuja Setan akan diproduksi PT Asa Nafiri Lau, Ade Hubart Pictures, dan Sedulur Pitu Sinema. Film ini rencananya ingin mengangkat potensi Gunungkidul, DIY.
Red: Fernan Rahadi

REPUBLIKA.CO.ID, GUNUNGKIDUL --  Sebuah film horor berjudul Darah Pemuja Setan akan diproduksi PT Asa Nafiri Lau, Ade Hubart Pictures, dan Sedulur Pitu Sinema. Film ini rencananya ingin mengangkat potensi Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta. 


Film ini akan mulai syuting 13 Juni hingga 27 Juni 2024 di Nglipar Gunungkidul. Selasa (11/6/2024) malam, diadakan selamatan produksi film Darah Pemuja Setan di Pesona Lembah Oya Dusun Klegung Katongan Nglipar Gunungkidul Yogyakarta. 

Film ini disutradarai Indra Tirtana, eksekutif produser Akim Oei dan Ade Hubart. Pemain yang terlibat di antaranya Yeyen Lydia, Ade Hubart, Ayu Prasiska, Axel Mariani, Athaya Alysha, Kukuh Riyadi, Seteng Sadja, Retno Soetarto, Ibnu Gundul, Nunung Rieta, Nidya Putri, Rini Renita. 

Menurut Indra, digarapnya Darah Pemuja Setan karena film ini menampilkan kearifan lokal, leluhur, budaya, juga aset bernilai luhur yang ada di Gunungkidul. Gunungkidul dinilai punya potensi luar biasa dari SDM, budaya, wisata, dan UMKM. 

"Selama ini hanya jadi jujugan untuk lokasi syuting. Usai syuting, dibayar, rampung. Gunungkidul tidak dapat apa-apa. Karena itu kami buat peta baru tentang Gunungkidul. Tidak hanya untuk lokasi syuting saja, Gunungkidul harus terlibat. Tidak sebagai objek, tapi jadi subjek," papar Indra.

Darah Pemuja Setan merupakan film horor keempat Indra. Kisah film di film ini berdasar pengalaman yang dialami dan ditemui Indra. Darah Pemuja Setan bekerjasama dengan masyarakat Klegung Katongan Nglipar Gunungkidul, Pesona Lembah Oya, dan Ikatan Keluarga Gunungkidul (IKG) 

Eksekutif produser yang juga pemeran Arumbrojo, Ade Hubart mengatakan, film horor sedang digemari masyarakat. Karenanya ia tertarik memproduksi. 

"Saya melihat data perfilman, film horor masih digemari. Animo masyarakat melihat jenis film ini sangat banyak. Terus terang saya tak suka film horor. Tapi dari segi bisnis, film horor menjanjikan," ujarnya.

Pertimbangan bisnis juga mendorong Akim Oei ikut mendukung Darah Pemuja Setan. "Walau mengacu bisnis, tetap harus ada idealisme dalam film ini. Ada yang bermanfaat bagi masyarakat. Film ini mengandung edukasi," ungkap Akim.

Film baru akan digarap, dukungan untuk membeli tiket sudah bermunculan. Di acara selamatan, beberapa tokoh menyatakan siap memborong tiket. Ketua IKG Edi Sukirman siap membeli 300 ribu tiket. Budayawan Prof Dr Sutrisna Wibawa MPd berjanji membeli 500 tiket yang akan dibagikan ke warga dan pelajar.

Darah Pemuja Setan bisa dikatakan sebagai pembuktian bahwa SDM Gunungkidul pantas diperhitungkan. 

"Tekad mereka membangun Gunungkidul tak hanya cukup melalui satu film, harus berkesinambungan. Tekad ini rasanya benar, karena sebagai bagian dari audio visual, film masih menjadi sarana efektif dan efisien untuk penyebaran pesan secara persuasif," kata Indra.

Darah Pemuja Setan bukan hanya film horor biasa. Refleksi masyarakat Gunungkidul yang religius, yang perlu memerangi praktik-praktik pemujaan sesat dan keliru, meinggalkan cara lama, serta menampilkan potensi lokalitas.

Di acara selamatan juga dibacakan Deklarasi Kebulatan Tekad menjamin film ini harus ditonton banyak orang, khususnya penduduk Gunungkidul. Menandai dimulai produksi film Darah Pemuja Setan, dilakukan pemotongan tumpeng oleh Akim Oei. 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler