Mengambil Makna Wukuf di Arafah

Wukuf waktu merenungkan dengan baik tentang arti hidup.

ANTARA FOTO/Muhammad Iqbal
Umat muslim dari berbagai negara mencoba mendaki ke atas Jabal Rahmah di Makkah, Arab Saudi, Sabtu (3/12/22022). Jabal Rahmah adalah salah satu tempat yang dikunjungi umat muslim usai menjalankan ibadah umroh untuk berwisata religi yang di atas bukit terdapat monumen yang menjadi simbol bertemunya Adam dan Hawa.
Red: Karta Raharja Ucu

Oleh : Anwar abbas, Wakil Ketua Umum MUI

REPUBLIKA.CO.ID -- Hari ini tanggal 9 dzulhijjah seluruh jamaah haji yang datang dari berbagai belahan dunia sejak tadi malam sudah mulai berdatangan ke Arafah untuk melaksanakan wukuf. Seperti diketahui di Padang Arafah ini terdapat sebuah bukit yang bernama Jabal Rahmah.


Dalam sejarah dikisahkan di bukit inilah Nabi Adam dan Siti Hawa bertemu setelah diturunkan oleh Allah dari surga ke bumi. Mereka diturunkan oleh Tuhan di tempat yang berbeda sehingga cukup lama mereka saling mencari dimana akhirnya berkat rahmat Allah mereka bisa kembali dipertemukan.

Dalam pertemuan itu mereka berdua sama-sama menyadari mereka telah berbuat kesalahan sehingga mereka berdua tidak henti-hentinya meminta ampun kepada Allah swt. Demikian juga semestinya yang dilakukan para hujjaj tersebut di mana lewat kegiatan wukuf mereka berusaha merenungkan dengan baik tentang arti hidup dan kehidupan serta melakukan introspeksi diri apakah hidup dan kehidupan yang mereka jalani selama ini sudah sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang ditetapkan oleh Allah dan Rasul-Nya atau belum apalagi bila diingat di Padang Arafah ini Nabi Muhammad saw dalam haji Wada' pernah berkata kepada umatnya, aku tinggalkan untuk kalian dua hal jika kalian berpegang teguh kepada keduanya maka kalian tidak akan tersesat selama-lamanya yaitu kitab Allah dan sunnah Rasul-Nya.

Kata-kata Nabi inilah hendaknya yang benar-benar harus bisa dicamkan baik-baik oleh para hujjaj yang sekarang ini sedang berkumpul di padang arafah. Mereka dituntut untuk bisa menilai dan mengukur diri mereka sendiri apakah perjalanan hidup dan kehidupan yang mereka lalui selama ini sudah sesuai dan sejalan dengan yang dituntunkan oleh Alquran dan assunnah atau belum.

Kalau belum maka mereka harus berusaha dengan sekuat tenaga yang mereka miliki untuk bisa menyesuaikan diri dengan semua ketentuan Allah dan Rasul-Nya agar hidup mereka benar-benar beruntung tidak hanya di dunia tapi juga di akhirat. Jika mereka bisa melakukan ini maka tentu haji mereka akan bisa menjadi haji yang mabrur karena perilaku mereka setelah selesai haji benar-benar telah berubah karena cara berfikir dan merasa serta cara bertutur dan berbuat mereka tidak lagi diwarnai oleh hawa nafsu tapi telah disinari oleh firman-firman Allah dan sabda-sabda Rasul-Nya yang itu memang telah menjadi doa dan harapan tidak hanya dari para hujaj tersebut saja tapi juga dari kita semua. Semoga doa dan keinginan kita ini diijabah oleh Allah. Amin. 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler