Jamaah, Waspadai Tiga Perusak Pahala Haji!

Jamaah haji diharapkan menghindari hal-hal yang bisa merusak pahala ibadah.

Karta/Republika
ILUSTRASI Waspada perkara perusak pahala ibadah haji. Foto - Jamaah haji Indonesia berdoa di maktab pada Hari Arafah, Sabtu (15/6/2024).
Red: Hasanul Rizqa

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tidak semua orang Islam memiliki kesempatan untuk mengunjungi Baitullah. Karena itu, jamaah haji diharapkan untuk tidak menyia-nyiakan amalan selama berada di Tanah Suci.

Ada sejumlah perkara yang berpotensi mengurangi atau bahkan menghapus pahala haji. Jika tidak mewaspadainya, para tamu Allah boleh jadi tidak meraih predikat mabrur. Padahal, Nabi Muhammad SAW telah bersabda, "Haji yang mabrur, tidak ada balasannya kecuali surga."

Pertama, tidak tulus berniat haji karena Allah. Rasulullah SAW berpesan, "Sesungguhnya setiap perbuatan itu (bergantung) dengan niat." Karena itu, jamaah sangat dianjurkan untuk memurnikan motif mereka dalam menunaikan rukun Islam kelima tersebut.

Jangan sampai ada tujuan yang ingin diraih selain mengharapkan ampunan dan ridha Allah Ta'ala. Sungguh, restu dari-Nya itu lebih mulia dan lebih bermanfaat bagi seorang hamba Allah daripada apa pun.

Di tengah kecanggihan teknologi masa kini, fenomena selfie dengan ponsel pintar (smartphone) marak dilakukan. Keinginan untuk "mengabadikan" Baitullah dengan cara memotret bukanlah sebuah keburukan. Namun, hal itu menjadi berbahaya bagi kemurnian ibadah haji bila disertai dengan niat pamer kepada orang-orang, semisal followers di aplikasi percakapan dan media sosial.

Baca Juga


Maka, jadilah smart people sebelum menggunakan smartphone di manapun dan kapanpun, termasuk saat berada di Tanah Suci pada waktu berhaji.



Selanjutnya, jamaah haji hendaknya tidak berlebih-lebihan dalam berbagai aspek. "Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebihan" (QS al-An'am: 141).

Tiap jamaah seyogianya menyadari, mereka adalah tamu Allah. Kesempatan berhaji bukan karena mereka mampu, tetapi dimampukan oleh Allah untuk berangkat ke Tanah Suci. Betapa banyak orang Islam yang kaya raya, tetapi tidak bisa berhaji karena sakit atau alasan lain. Sebaliknya, ada sebagian kaum Muslimin yang hidup pas-pasan, tetapi Allah menghendaki mereka menjadi tamu-Nya.

Agar menjadi haji yang mabrur, jamaah diharapkan bersikap moderat, baik dalam hal berpakaian, berinteraksi dengan sesama jamaah, dan seterusnya. Bila tuntas melakukan rangkaian ibadah, mereka tentu dapat melakukan aktivitas-aktivitas yang mubah, semisal berbelanja atau jalan-jalan. Namun, janganlah berlebihan karena tujuan utama ke Tanah Suci bukanlah berwisata, melainkan ibadah.

Terakhir, ada tiga hal yang secara tegas disebutkan Alquran sebagai peringatan kepada jamaah haji. Ketiga hal itu adalah rafats, fusuq, dan jidal.

Rafats berarti 'bersebadan' atau berhubungan suami-istri (seksual). Berbeda dengan dua hal lainnya itu, rafats dapat merusak ibadah haji. Sebagian ulama juga menyertakan perbuatan-perbuatan seperti berkata kotor dan jorok sebagai bagian dari rafats.

Kemudian, ada fusuq, yakni kedurhakaan atau pelanggaran terhadap ajaran agama Allah. Termasuk di dalamnya adalah maksiat-maksiat, semisal takabur, menzalimi orang lain, menghasut, atau merusak alam tanpa alasan yang bisa dibenarkan.

Terakhir, iyakni berdebat atau berbantah-bantahan. Dalam arti, menyelisihi sesama Muslim sehingga saudaranya itu merasa tersinggung atau marah.

"(Musim) haji itu (pada) bulan-bulan yang telah dimaklumi. Barangsiapa mengerjakan (ibadah) haji dalam (bulan-bulan) itu, maka janganlah dia berkata jorok (rafats), berbuat maksiat dan bertengkar dalam (melakukan ibadah) haji. Segala yang baik yang kamu kerjakan, Allah mengetahuinya. Bawalah bekal, karena sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa. Dan bertakwalah kepada-Ku wahai orang-orang yang mempunyai akal sehat!" (QS al-Baqarah: 197).

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler