Kemenag: Berkurban Bentuk Ketaatan Semangat Berbagi pada Sesama
Kurban menguatkan semangat persatuan dan cinta Tanah Air.
REPUBLIKA.CO.ID, MANADO -- Kepala Kantor Wilayah (Kanwil) Kementerian Agama (Kemenag) Sulawesi Utara (Sulut) H Sarbin Sehe mengatakan berkurban merupakan bentuk ketaatan dan semangat berbagi pada sesama.
"Penyembelihan hewan kurban ini adalah salah satu wujud ketaatan untuk semakin mendekatkan diri kepada Allah SWT dan juga dari aspek kemanusiaan sebagai bentuk kepedulian sosial bagi sesama," kata Sarbin, di Manado, Jumat.
Ia menjelaskan ada dua nilai yang ingin diraih yaitu nilai ilahiyah sebagai ketaatan kepada Tuhan dan juga nilai kemanusiaan.
"Karena itu kita berbagi kepada yang membutuhkan, di internal Kanwil Kemenag Sulut sendiri ada honorer, juga untuk Panti Asuhan di sekitar Asrama Haji, kita bagi untuk semua yang membutuhkan," katanya.
Dia mengatakan melalui penyembelihan hewan kurban itu diharapkan akan tercipta keharmonisan dalam kehidupan, karena antara satu dengan yang lainnya saling peduli dan berbagi rezeki.
"Alhamdulillah tahun ini ada tiga sapi yang kita kurbankan," kata Sarbin.
Kabid Penyelenggaraan Haji dan Umrah (PHU) Kemenag Sulut Wahyuddin Ukoli mengatakan semua sapi yang disembelih sudah melalui tahap pemeriksaan guna memastikan sapi yang dikurbankan dalam keadaan sehat dan sudah cukup umur.
"Daging kurban ini kita bagikan kepada PPNPN (u Pegawai Pemerintah Non Pegawai Negeri) di Kantor, kemudian yatim dan fakir miskin di sekitar Asrama Haji," jelas Ukoli.
Dalam surah al-Kautsar, Allah SWT memerintahkan orang beriman untuk berkurban. Ibadah kurban berarti menyembelih hewan kurban dengan menyebut asma Allah Ta’ala. Adapun daging kurban itu dibagi-bagikan kepada fakir miskin serta orang-orang yang membutuhkan. Pengamal ibadah tersebut tidak mengharapkan selain ridha Illahi.
Menurut ajaran Islam, kurban telah dicontohkan bahkan sejak zaman sebelum Nabi Muhammad SAW lahir. Adalah Nabi Ibrahim AS yang memberikan teladan tentang bagaimana kurban harus dilakukan. Ketika Allah memerintahkannya untuk menyembelih putranya, Ismail AS, maka perintah itu dilakukan sepenuh hati. Kerelaan beliau sudah teruji. Begitu pun dengan Nabi Ismail.