Dua Kunci Kesuksesan Rasulullah
Rasulullah SAW diakui luas sebagai sosok paling berpengaruh di sepanjang sejarah.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Nabi Muhammad SAW merupakan sosok paling berpengaruh dalam sejarah peradaban umat manusia. Hal itu diakui bahkan oleh kalangan non-Muslim. Sebagai contoh, Michael H Hart dalam bukunya, The 100: A Ranking of the Most Influential Persons in History, menempatkan Rasulullah SAW di urutan pertama dalam hal pengaruhnya kepada dunia.
Apa saja kunci kesuksesan Nabi SAW? Ada berbagai faktor. Namun, dapatlah disebut di sini dua di antaranya.
Pertama, kejelasan misi Rasulullah SAW, yakni untuk menebarkan rahmat, keselamatan, dan kedamaian bagi umat manusia dan alam semesta. Allah SWT menjelaskan, "Dan tiadalah Kami mengutus kamu (Muhammad), melainkan untuk menjadi rahmat bagi semesta alam" (QS 21: 107).
Semua manusia, baik Muslim maupun non-Muslim, merasa damai dan tenteram hidup di bawah naungan ajaran Islam di Madinah. Rasulullah SAW sebagai kepala negara dan pemerintahan sangat mengayomi mereka. Perbedaan akidah dan keyakinan tidak menyebabkan pertentangan antara yang satu dan yang lainnya. Mereka merasa saling membutuhkan, bekerja sama bahu-membahu dalam membangun negara Madinah pada waktu itu, terutama dalam membangun kekuatan ekonomi, kekuatan pertahanan dan keamanan.
Semua penduduk Madinah juga bekerja sama untuk menghadapi serangan musuh, baik yang datang dari dalam maupun dari luar. Musuh mereka adalah sama ketika itu, yaitu segala bentuk kezaliman dan penindasan. Piagam Madinah yang dianggap konstitusi tertulis pertama di dunia -- jauh sebelum Piagam Hak Asasi Manusia PBB (1948) -- telah merekam kebersamaan yang melahirkan tanggung jawab bersama itu dalam diktum-diktum dan pasal-pasalnya.
Faktor kedua yang menyebabkan keberhasilan Nabi Muhammad saw membangun masyarakat Madinah ialah, beliau sebagai pemimpin negara dan agama ketika itu telah menempatkan dirinya sebagai panutan.
Apa yang beliau ucapkan adalah apa yang yang dilakukannya dalam kehidupan sehari-hari. Tiada pertentangan dan kesenjangan antara pernyataan dan kenyataan.
Nabi Muhammad SAW juga bukan sekadar mengkhutbahkan kesederhanaan, persamaan, dan penegakan keadilan, melainkan juga mempraktekkannya. Orang-orang bukan sekadar mendengar nasihatnya, tetapi juga melihat langsung pengamalannya. Dalam kaitan ini Allah SWT berfirman, yang artinya "Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik (uswatun hasanah) bagimu, (yaitu) bagi orang yang mengharap rahmat dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah" (QS 33: 21).