Militer Hizbullah yang Diakui Komite Yahudi dan Potensi Perang Dahsyat Lawan Zionis Israel
Hizbullah mempunyai kemampuan militer yang mumpuni
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Perang antara Hizbullah Lebanon melawan zionis Israel tak akan menunggu lama. Seperti apakah kekuatan militer Hizbullah?
Hizbullah menjadi ancaman bagi Israel yang sedang menjajah Palestina. Serangan udara yang dilakukan Hizbullah kepada Israel tidak semuanya bisa diantisipasi sistem pertahanan Israel yang diklaim berteknologi canggih. Banyak serangan udara Hizbullah menembus pertahanan Israel.
Situs American Jewish Committee (Komite Yahudi Amerika) atau AJC merilis hasil analisis kekuatan militer Hizbullah.
Menurut AJC, personel Hizbullah sekitar 45 ribu kombatan, kurang dari 50 persen di antaranya bertugas secara rutin. Unit elitenya, Pasukan Radwan, berkekuatan sekitar 2.500 orang. (Namun, pihak Hizbullah mengaku memiliki 100 ribu lebih pejuang yang siap berperang).
Rudal, roket, dan mortir diperkirakan berjumlah antara 100 ribu dan 150 ribu, termasuk puluhan ribu rudal jarak pendek (hingga 40 kilometer), ribuan rudal jarak menengah (hingga 75 kilometer), dan ratusan rudal jarak jauh (200-700 kilometer).
Baru-baru ini Hizbullah meluncurkan proyek untuk meningkatkan persenjataannya dalam hal akurasi dan menurut perkiraan terbaru sekitar 20-200 rudal dengan akurasi jangkauan 50 meter.
Pesawat yang dikendalikan dari jarak jauh, dalam beberapa tahun terakhir Hizbullah memperluas penggunaan pesawat yang dikendalikan dari jarak jauh seiring dengan peningkatan kemampuannya.
Hingga saat ini, Hizbullah memiliki ratusan pesawat semacam itu yang diambil dari drone melalui pengumpulan data intelijen melalui pesawat serang (baik pesawat bunuh diri atau peluncur granat).
Peluru kendali anti-kapal, Hizbullah memiliki berbagai jenis rudal, di antaranya C-802 dan beberapa sistem Yakhont.
Rudal anti-tank, Hizbullah memiliki ribuan rudal anti-tank termasuk sistem generasi ketiga yang dapat menembus sebagian besar persenjataan militer Israel dan tentara Barat.
Rudal anti-pesawat, diperkirakan selain sistem rudal portabel seperti SA-7 dan SA-14, Hizbullah memiliki sistem canggih seperti SA-8, SA-17 dan SA-22.
Kendaraan, selama perang saudara di Suriah terungkap bahwa kombatan Hizbullah telah dilatih dan mengoperasikan berbagai tank buatan Rusia, seperti T-55, T-62 dan T-72. Selain itu, mereka telah dilatih di berbagai APC, termasuk tipe yang dimiliki oleh tentara Lebanon. Selain itu, Hizbullah juga memiliki unit bergerak yang menggunakan Jeep, ATV, dan sepeda motor.
Menyikapi perang...
Menyikapi potensi perang besar Hizbullah melawan Israel, Kedutaan Besar Amerika Serikat di Beirut menyarankan warga AS untuk menghindari perjalanan ke Lebanon di tengah meningkatnya ketegangan perbatasan dengan Israel.
“Kami mengingatkan warga Amerika Serikat untuk mempertimbangkan kembali perjalanan ke Lebanon. Lingkungan keamanan masih rumit dan dapat berubah dengan cepat,” kata pernyataan Kedubes Amerika Serikat di Beirut, Kamis (28/6/2024).
Kedutaan Besar itu mengatakan bahwa warga Amerika tidak boleh melakukan perjalanan ke Lebanon selatan, daerah perbatasan dengan Suriah, dan pemukiman pengungsi di tengah kekhawatiran akan perang besar-besaran antara Israel dan kelompok Hizbullah Lebanon.
Pernyataan itu turut menambahkan pemerintah Lebanon tidak dapat menjamin perlindungan warga Amerika Serikat terhadap pecahnya kekerasan dan konflik bersenjata secara tiba-tiba.
“Warga Amerika Serikat di Lebanon tidak boleh melakukan perjalanan ke Lebanon selatan, daerah perbatasan Lebanon-Suriah, atau pemukiman pengungsi,” tegasnya.
Pada Rabu (26/6/2024), Jerman dan Belanda meminta warganya meninggalkan Lebanon di tengah kekhawatiran akan perang antara Hizbullah dan Israel. Kanada, Makedonia Utara, dan Kuwait sebelumnya telah menyampaikan seruan serupa.
Sementara itu, Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Antonio Guterres pada Jumat (21/6/2024) menyampaikan keprihatinan "mendalam" atas peningkatan ketegangan antara Israel dan kelompok Hizbullah Lebanon, dan mengatakan bahwa dunia "tidak bisa membiarkan Lebanon menjadi seperti Gaza."
"Hari ini saya merasa terdorong untuk menyampaikan keprihatinan mendalam saya terhadap eskalasi antara Israel dan Hizbullah di sepanjang Garis Biru," kata Guterres kepada wartawan di New York.
Dia merujuk pada "eskalasi retorika perang dari kedua belah pihak seolah perang habis-habisan sudah di depan mata."
Guterres menyoroti banyaknya orang yang kehilangan nyawa serta maupun yang mengungsi karena rumah dan mata pencaharian mereka hancur.
Sekjen PBB juga menyinggung soal pasukan Israel yang menyerang beberapa kota di Lebanon selatan dengan ledakan hingga menyebabkan kebakaran hutan yang menyebar dan mengancam wilayah permukiman.
"Bahan peledak yang belum meledak dan sisa-sisa perang berserakan di wilayah itu," katanya.
Insiden semacam itu, ujarnya, "Menimbulkan ancaman tambahan bagi orang-orang di Israel dan Lebanon, dan bagi para personel PBB serta pekerja kemanusiaan."
Dia mendesak[pihak-pihak terkait untuk menerapkan secara penuh resolusi Dewan Keamanan PBB nomor 1701, segera menghentikan pertikaian, serta terus melindungi warga sipil.
"Anak-anak, jurnalis, dan pekerja medis tidak boleh menjadi sasaran," katanya.
Guterres menolak "solusi militer," yang dia katakan "hanya akan menyebabkan lebih banyak penderitaan, lebih banyak kehancuran bagi masyarakat di Lebanon dan Israel, serta lebih banyak potensi bencana bagi kawasan."
"Sudah saatnya bersikap rasional dan masuk akal," katanya, seraya mengingatkan bahwa pasukan perdamaian PBB di lapangan sedang berupaya meredam ketegangan dan membantu mencegah salah perhitungan.
Guterres menekankan, "Penghentian permusuhan dan perkembangan upaya menuju gencatan senjata permanen adalah satu-satunya solusi yang bertahan lama."
Dia menegaskan dukungan penuh PBB pada upaya diplomasi untuk mengakhiri kekerasan, memulihkan stabilitas, dan mencegah penderitaan rakyat lebih lanjut.
"Dan kami melakukannya sembari terus mendesak gencatan senjata kemanusiaan di Gaza, pembebasan sandera segera dan tanpa syarat, serta upaya nyata untuk mencapai solusi dua negara," katanya, menambahkan.
Sementara itu di X, misi Iran untuk PBB memperingatkan Israel atas "keputusan yang tidak bijaksana" yang mendorong perang baru di kawasan tersebut.
"Tidak diragukan lagi, perang ini akan berakhir dengan menyisakan satu pecundang, yaitu rezim Zionis," tulis misi tersebut.
Iran menyebutkan Hizbullah "memiliki kemampuan untuk mempertahankan diri dan Lebanon, mungkin waktu untuk menghancurkan diri sendiri dari rezim (Israel) yang tidak sah ini sudah tiba."
Situasi di perbatasan Israel-Lebanon semakin memburuk setelah dimulainya permusuhan antara Israel dan gerakan perlawanan pejuang Palestina Hamas pada Oktober 2023.
Tentara Israel dan pejuang Hizbullah Lebanon, yang mendukung pihak Palestina dalam konflik dengan Israel, secara rutin saling baku tembak melintasi perbatasan.
Sedangkan pada Selasa (18/6/2024), Israel mengatakan pihaknya menyetujui dan memvalidasi rencana operasional untuk serangan di Lebanon.
Ketegangan meningkat di sepanjang perbatasan Lebanon dengan Israel di tengah serangan lintas batas antara Hizbullah dan pasukan Israel ketika Tel Aviv terus melancarkan serangan mematikannya di Jalur Gaza yang telah menewaskan lebih dari 37.700 orang sejak Oktober menyusul serangan oleh kelompok Palestina Hamas.
Sumber: AJC