Jurus Baru Pejuang di Tepi Barat yang Bisa Pukul Mundur Israel

Pejuang berhasil menyergap kendaraan militer dan membunuh tentara Israel.

EPA-EFE/ALAA BADARNEH
Kendaraan militer Israel saat penggerebekan di kamp pengungsi Al Farea dekat kota Tubas, Tepi Barat, 10 Juni 2024. Menurut Kementerian Kesehatan Palestina, setidaknya satu warga Palestina tewas dalam penggerebekan tersebut.
Red: A.Syalaby Ichsan

REPUBLIKA.CO.ID, GAZA — Perlawanan Palestina di Tepi Barat dinilai telah berhasil menemukan strategi baru untuk  melawan serangan penjajah Israel sebelumnya. Strategi tersebut berhasil memukul mundur kendaraan-kendaraan militer Israel.

Setelah kampanye genosida Israel di Gaza yang dimulai pada tanggal 7 Oktober, tentara Israel meningkatkan serangan  ke kota-kota Tepi Barat dan kamp-kamp pengungsi.

Jenin, Nablus, dan Tulkarm menerima bagian terbesar dari kekerasan Israel. Menurut Kementerian Kesehatan Palestina, setidaknya 554 warga Palestina, termasuk 133 anak-anak, terbunuh. Sementara itu, hampir 5.300 warga lainnya terluka sejak 7 Oktober.

Sebagian besar pembunuhan terjadi selama penggerebekan, pengepungan, dan bahkan serangan udara yang menargetkan rumah-rumah warga Palestina.

Perlawanan Palestina di Tepi Barat, bagaimanapun, tampaknya telah berhasil menemukan keseimbangannya. Para pejuang bisa bertahan bahkan memukul mundur tentara penjajah  Israel sebelumnya.

Ditambah lagi dengan pertahanan kolektif, serangan militer Israel hampir selalu disertai dengan serangan pemukim yang dalam beberapa kasus berhasil menghancurkan penjajah.

Satu tentara tewas

Pada Senin (1/7/2024), Batalion Tulkarm dari Brigade Al-Quds, sayap militer Jihad Islam, menyiarkan adegan ledakan kendaraan lapis baja Israel di kamp Nur Syam di Tulkarm di Tepi Barat utara.

Penyergapan tersebut menewaskan seorang tentara penjajah dan melukai seorang perwira.

Baca Juga


Video brigade menunjukkan evakuasi seorang tentara yang terluka bersama dengan seorang korban tewas yang tergeletak di tanah, serta upaya penjajah untuk menarik sisa kendaraan yang menjadi target, Namer.

Operasi Tulkarm bukanlah satu-satunya 'operasi kompleks' yang dilakukan oleh Perlawanan Palestina di Tepi Barat. Operasi serupa telah menjadi lebih umum dalam beberapa hari dan pekan terakhir.

Kamis lalu, Brigade Jenin, yang juga merupakan bagian dari Brigade Al-Quds mengaku bertanggung jawab atas penyergapan yang menargetkan dua kendaraan militer Israel dalam sebuah penyerbuan ke kamp tersebut, menewaskan seorang perwira dan melukai 16 tentara.

Belajar dari taktik Israel..

 

"Jenis operasi yang berlangsung di Tepi Barat, terutama di wilayah utara, menunjukkan bahwa Perlawanan di sana telah belajar dari sifat taktik Israel dalam sembilan bulan terakhir, dan beradaptasi," analis Palestina dan editor Palestine Chronicle, Dr. Ramzi Baroud.

"Hal ini juga menunjukkan bahwa Perlawanan, yang menghadapi dua lapisan kontrol, tentara Israel dan Otoritas Palestina, telah mengembangkan gaya yang unik," tambahnya.

"Gaya ini efektif dalam membuat kerusakan yang ditimbulkannya pada tentara Israel, tetapi juga disesuaikan agar sesuai dengan keadaan Tepi Barat yang berbeda jika dibandingkan dengan Gaza," menurut Baroud.

Mayor Jenderal Fayez al-Duwairi adalah salah satu dari beberapa analis militer yang percaya bahwa memang ada pergeseran strategi para pejuang yang sedang berlangsung di Tepi Barat.

"Operasi-operasi baru-baru ini di Tepi Barat mengindikasikan adanya pergeseran strategis dalam cara faksi-faksi Perlawanan mengelola pertempuran dan konfrontasi dengan penjajah," katanya kepada Al-Jazirah.

Al-Duwairi menambahkan, pergeseran kualitatif dan strategis dalam manajemen pertempuran ini akan memiliki dampak dan berbagai konsekuensi dalam beberapa hari mendatang.

Faktanya, dampak dari perubahan strategi ini telah dirasakan dalam beberapa pekan terakhir. Hal ini tampak dari tentara Israel yang memperkuat kehadiran militernya di Tepi Barat, dan telah menurunkan jumlah serangan terhadap kamp-kamp pengungsi tertentu karena khawatir akan terjadinya penyergapan yang mematikan.

Sebaliknya, tentara Israel telah kembali menembaki warga Palestina dengan menggunakan pesawat tanpa awak untuk menghindari masuk ke daerah-daerah penduduk.

Contoh terbaru adalah pada 30 Juni, ketika pasukan Israel membunuh Saeed Al-Jaber, komandan batalyon kamp Nour Shams dari Brigade Al-Quds di daerah Tulkarm, Tepi Barat, dengan menggunakan drone.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Berita Terpopuler