Banjir Impor Produk Israel ke Indonesia, Syekh Yusuf Al-Qaradhawi Peringatkan Hukumnya
Impor produk Israel dinilai mencederai perjuangan Palestina
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat ada lonjakan tajam impor dari negara Zionis pada 2024. Jika periode Januari-April tahun ini dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu, terlihat ada peningkatan hampir 340 persen.
Indonesia sedianya tak memiliki hubungan diplomatik dengan Israel. Latar belakang utamanya karena konflik di Timur Tengah yang menahun. Indonesia secara tegas meminta Israel mengakui Palestina sebagai negara merdeka. Sejak Indonesia berdiri, sikap merah-putih selama sama, meski Presiden berganti-ganti.
Rupanya, situsi ini tak membuat kedua pihak tak memiliki hubungan dagang. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, Indonesia dan Israel tetap terlibat kegiatan ekspor impor.
Lantas apakah dibenarkan bertransaksi jual beli dengan Zionis Israel atau produsen yang terafiliasi dengan negara Zionis itu?
Dalam karyanya, Fatawa al-Muashirah, almarhum Syekh Yusuf Qaradhawi menjelaskan tentang jual beli barang Israel dan Amerika Serikat yang jelas-jelas berpihak kepada negara Zionis tersebut. Dia menegaskan haram untuk membeli produk kedua negara tersebut yang digunakan untuk membiayai perang di Palestina.
"Tiap-tiap riyal, dirham, dan sebagainya yang digunakan untuk membeli produk dan barang Israel atau Amerika Serikat, dengan cepat akan menjelma menjadi peluru-peluru yang merobek dan membunuhi pemuda dan bocah-bocah Palestina. Sebab itu, diharamkan bagi umat dalam membeli barang-barang atau produk musuh-musuh Islam tersebut. Membeli barang atau produk mereka, berarti ikut serta mendukung kekejaman tirani, penjajahan dan pembunuhan yang dilakukan mereka terhadap umat Islam."
Syekh Qaradhawi menyandarkan sikap hukumnya pada dua dalil. Pertama, surat al-Mumtahanah ayat 9.
إِنَّمَا يَنْهَاكُمُ اللَّهُ عَنِ الَّذِينَ قَاتَلُوكُمْ فِي الدِّينِ وَأَخْرَجُوكُمْ مِنْ دِيَارِكُمْ وَظَاهَرُوا عَلَىٰ إِخْرَاجِكُمْ أَنْ تَوَلَّوْهُمْ ۚ وَمَنْ يَتَوَلَّهُمْ فَأُولَٰئِكَ هُمُ الظَّالِمُونَ
"Sesungguhnya Allah hanya melarang kamu menjadikan sebagai kawanmu orang-orang yang memerangimu karena agama dan mengusir kamu dari negerimu dan membantu (orang lain) untuk mengusirmu. Dan barang siapa menjadikan mereka sebagai kawan, maka mereka itulah orang-orang yang zalim."
Kedua, persetujuan Rasulullah SAW kepada Tsumamah, raja Yamamah kepada Quraisy Makkah untuk memboikot pengiriman gandum dari Bani Hanifah. Meski pada akhirnya Rasulullah meminta Tsumamah untuk menghentikan boikot tersebut karena kelaparan yang dilanda Quraisy, boikot gandum sempat dilakukan.
Padahal, sebelumnya, ketika Rasulullah masih tinggal di Makkah, Nabi SAW dan para sahabatnya diboikot para penduduk Makkah. Abu Lahab sampai meminta para pedagang untuk meninggikan harga bagi kaum Muslimin demi memunculkan penderitaan bagi umat Islam.
Syekh Qaradhawi menjelaskan...
Syekh Qaradhawi menjelaskan, boikot merupakan satu-satunya senjata yang ada di tangan rakyat sipil. Pemerintah tidak bisa memaksa penduduk untuk membeli barang produksi dari sumber tertentu.
Ulama asal Mesir ini pun mengimbau agar boikot digunakan untuk menghadapi musuh-musuh agama dan umat Islam. Mereka pun bisa merasakan dampak dari boikot tersebut. Minimal menyadari bahwa umat ini masih hidup.
Menurut Syekh Qaradhawi, boikot tak hanya menjadi wujud perlawanan ekonomi. Gerakan ini merupakan pelajaran sejak dini bagi umat Islam untuk membebaskan diri dari penghambaan terhadap selera orang lain yang mengajarkan ketergantungan terhadap sesuatu yang tidak bermanfaat. Boikot juga menjadi aksi persaudaraan dan persatuan umat Islam.
"Kita tidak akan mengkhianati saudara-saudara kita yang menjadi korban setiap hari dengan memberi keuntungan kepada musuh. Selain itu, boikot merupakan jenis perlawanan pasif untuk mendukung perlawanan aktif yang sedang dilakukan para mujahid di bumi jihad Palestina." Allah SWT berfirman:
وَالَّذِينَ كَفَرُوا بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاءُ بَعْضٍ ۚ إِلَّا تَفْعَلُوهُ تَكُنْ فِتْنَةٌ فِي الْأَرْضِ وَفَسَادٌ كَبِيرٌ
"Adapun orangorang kafir, sebagian mereka menjadi pelindung bagi sebagian yang lain. Jika kamu (hai para Muslimin) tidak melaksanakan apa yang telah diperintahkan Allah itu, niscaya akan terjadi kekacauan di muka bumi dan kerusakan yang besar." (QS al-Anfaal: 73).
Sebelumnya diberitakan, di tengah serangan brutal yang dilakukan penjajah Israel ke Jalur Gaza, impor Indonesia dari negara tersebut terus berjalan, bahkan meningkat tajam. Merujuk data Badan Pusat Statistik (BPS), yang ditelusuri Republika, salah satu yang diimpor dari Israel ternyata adalah senjata dan amunisi.
Dalam manifes ekspor-impor; Amunisi, Senjata dan yang Terkait Dengannya dicatat dengan kode HS 93. Sepanjang 2023, Indonesia mengimpor komoditas itu dari Israel dengan jumlah 14.821 dolar AS. Sementara sepanjang Januari-April 2023, angkanya senilai 6.548 dolar AS.
Banyak lembaga kemanusiaan di luar negeri mendesak dihentikannya pengiriman dan pembelian senjata dengan Israel sejak serangan brutal negara Zionis itu ke Palestina pada Oktober 2023 lalu.
Namun ternyata...
Namun, ternyata ada pihak di Indonesia yang masih mengimpor senjata dan amunisi dari Israel selepas serangan itu. Sepanjang Januari-April 2024, angka impornya naik dari periode yang sama tahun lalu menjadi 8.047 dolar AS. Dalam skala ekspor impor, angka itu bukan jumlah yang signifikan. Artinya, pengimpor bisa jadi adalah perorangan.
Dalam catatan BPS, Indonesia juga mendatangkan sejumlah barang Impor dari Israel selepas serangan berutal ke Gaza dimulai. Yang signifikan nilainya adalah Alat Permesinan dan Mekanik (HS 84).
Tahun ini, dari Januari-April nilai impornya tercatat sebesar 24,52 juta dolar AS. Angka ini melonjak dari periode yang sama tahun lalu yakni 1,87 juta dolar AS.
Mesin dan Peralatan Elektronik (HS 85) juga melonjak dari 942 ribu dolar AS pada Januari-April 2023 menjadi 1,24 juta dolar AS pada Januari-April 2024.
Komoditas yang juga banyak diimpor Indonesia dari israel adalah Perkakas dari Logam tak Mulia (HS 82). Pada Januari-April 2023 angkanya 1,78 juta dolar AS sedangkan pada Januari-April 2024 turun jadi 1,22 juta dolar AS.
Terlepas dari sentimen ketegangan politik, pengamat menilai bahwa dari segi kacamata perdagangan, produk negara Zionis memiliki sejumlah keunggulan.
“Barang-barang dari Israel kaitannya dengan persenjatan misalnya, kan selama ini memang kita ada urusan sudah lama, cuma memang kenapa beli di sana, di samping harganya kompetitif, produknya juga berkualitas tinggi,” kata Pengamat dari Universitas Trisakti Trubus Rahadiansyah saat dihubungi Republika,co.id, Senin (1/7/2024).
Trubus menyebut harga produk Israel yang kompetitif serta barangnya yang berkualitas tinggi itu, misalnya dibandingkan dengan produk-produk dari negara lain seperti Jepang ataupun Amerika Serikat (AS). Lalu, keunggulan lainnya adalah sumber daya manusia (SDM) atau human resources-nya yang unggul serta teknologi yang kuat.
“Israel juga mampu menjamin pasokan dan tidak terpengaruh gejolak dolar. Jadi memang pintar orang Yahudi soal data, komitmennya tinggi,” lanjutnya.
Saat disinggung mengenai langkah mencari substitusi dari produk-produk Israel, Trubus lantas mengatakan bahwa hal itu kembali kepada kemampuan negara kita dalam transaksi jual beli. Menurutnya, sejauh ini Indonesia belum mampu untuk membeli produk-produk yang lebih mahal daripada dari Israel.
“Kalau cari dari substitusinya, harganya lebih mahal, kan kita juga enggak mau kan? Apalagi sekarang dengan nilai rupiah yang terus merosot kan kita enggak mau. Istilahnya Israel ini kebijakannya lebih konsisten secara kesinambungan, jadi tidak terpengaruh gejolak,” terangnya.