Mossad Angkat Bicara Soal Tawaran Hamas
Keluarga sandera meminta otoritas Israel untuk bisa berbuat lebih banyak.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Israel sedang mempelajari tanggapan terbaru Hamas terhadap proposal perdamaian tiga fase yang sebelumnya digagas oleh Amerika Serikat. Demikian disampaikan Badan Intelijen Israel, Mossad, dalam sebuah pernyataan tidak biasa pada Rabu (3/7/2024) malam.
“Para mediator telah menyampaikan kepada tim perunding soal pernyataan Hamas tentang garis besar kesepakatan penyanderaan. Israel sedang mengevaluasi pernyataan tersebut dan akan menyampaikan jawabannya kepada para mediator,” kata Mossad dilansir Jerusalem Post.
Israe mengkaji tawaran proposal perundingan untuk menjamin pembebasan 120 sandera yang tersisa di Gaza. Sumber Hamas mengatakan pada Rabu bahwa mereka telah bertukar “beberapa ide” dengan mediator tentang bagaimana mengakhiri perang di Gaza.
Sebelumnya proposal penyanderaan dimediasi oleh Qatar dan Mesir dibantu oleh Amerika Serikat. Namun, Presiden AS Joe Biden secara pribadi telah mengambil kepemimpinan diplomatik dalam kesepakatan penyanderaan tersebut.
Ia mengumumkan proposal terbaru dari Gedung Putih pada tanggal 31 Mei 2024. Amerika Serikat juga mendapatkan dukungan dari Dewan Keamanan PBB untuk kesepakatan tersebut.
Amerika Serikat pernah mengatakan di masa lalu bahwa Hamas telah menolak proposal yang diajukan Biden. Tetapi AS menekan mereka untuk mempertimbangkan kembali.
Sumber keamanan Israel mengatakan bahwa Hamas terus bersikeras pada klausul utama yang akan mencegah Israel berperang lagi setelah proposal tahap pertama disepakati. Pointer tersebut menjadi sesuatu yang tidak dapat diterima oleh Israel. “Ada kesenjangan lain yang belum terselesaikan,” kata sumber itu.
“Israel akan terus melakukan negosiasi sambil melanjutkan tekanan militer dan diplomatik untuk membebaskan 120 sandera kami, baik yang masih hidup maupun yang sudah meninggal,” kata sumber tersebut.
Bunuh diri
Sebelumnya pada hari sama, Jihad Islam Palestina mengklaim bahwa beberapa sandera mencoba bunuh diri karena putus asa.
“Beberapa tahanan musuh telah mencoba bunuh diri karena rasa frustrasi ekstrem yang mereka rasakan karena pemerintah mengabaikan tujuan mereka,” kata juru bicara Brigade Al Quds Abu Hamza al-Masri dalam sebuah postingan di Telegram seperti diklaim media Israel, Jerusalem Post.
Kelompok militan Palestina tidak merinci tindakan apa yang telah mereka ambil terhadap sandera Israel. .
Sementara itu, Duta Besar AS untuk Israel Jack Lew berbicara dua kali pada hari Rabu tentang pentingnya mencapai kesepakatan yang akan mengarah pada gencatan senjata permanen di Gaza.
“Rencana ini menawarkan peluang untuk meredakan perang di Gaza, memulihkan para sandera, dan memastikan bahwa Hamas tidak lagi memerintah Gaza,” kata Lew pada perayaan 4 Juli yang digelar di Yerusalem.
Pada peresmian Kelompok Persahabatan Parlemen DPR-Knesset di gedung parlemen pada hari sebelumnya, Lew mengatakan, “Upaya kami untuk membawa pulang para sandera tidak akan berhenti sampai kami berhasil.”
Presiden Isaac Herzog, menambahkan, bahwa mereka tidak melupakan para sandera, termasuk warga negara Amerika yang ditahan oleh Hamas di Gaza.
"Saya bertemu keluarga sandera hampir setiap hari. Dan saya ingin menyatakan dengan jelas, kami belum melupakannya sedetik pun. Bangsa ini tidak melupakan mereka sejenak pun."
Forum Keluarga Sandera dan Orang Hilang terus mengungkapkan rasa frustrasinya atas tidak adanya kesepakatan, dan menyerukan kepada pemerintah untuk segera mencapai kesepakatan. Para ibu dari mereka yang ditahan di Gaza berencana mengadakan pawai khusus di Tel Aviv pada hari Jumat untuk menyerukan pembebasan anak-anak mereka.