CIA akan Ikut Pembahasan Gencatan Senjata Gaza di Qatar, Ada apa?
Selain CIA ada pula Kepala Intelijen Israel Mossad yang ikut dalam pembicaraan.
REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Direktur Badan Intelijen Pusat (CIA) Amerika Serikat William Burns akan mengunjungi ibu kota Qatar, Doha pekan depan untuk ikut dalam pembahasan pertukaran sandera dan gencatan senjata di Jalur Gaza, menurut laporan Axios, mengutip pejabat Israel.
Pertemuan itu juga akan diikuti Perdana Menteri sekaligus Menteri Luar Negeri Qatar Mohammed bin Abdulrahman bin Jassim Al Thani, Kepala Badan Intelijen Rahasia Israel (Mossad) David Barnea dan kepala Badan Intelijen Umum Mesir Abbas Kamel, kata laporan itu pada Sabtu (6/7/2024) lalu, dilansir laman Sputnik.
Laporan itu menambahkan para pejabat Israel dan AS optimistis daripada sebelumnya bahwa pembahasan terbaru dengan para pemimpin gerakan Palestina Hamas dapat mencapai kesepakatan. Permasalahan problematik utama adalah permintaan Hamas agar AS, Mesir dan Qatar memberikan komitmen tertulis bahwa perundingan tahap kedua dari perjanjian tersebut akan dilanjutkan tanpa batasan waktu selama tahap pertama dari perjanjian tersebut sedang berlangsung, demikian bunyi laporan tersebut.
Namun, Israel percaya bahwa masalah ini dapat dan harus diselesaikan untuk melanjutkan ke negosiasi rinci mengenai implementasi perjanjian tersebut. Sekitar 120 sandera Israel diyakini ditahan oleh Hamas, termasuk 40 orang yang diperkirakan tewas.
Kantor Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan pekan ini para perundingnya telah menerima tanggapan Hamas mengenai kesepakatan prospektif yang akan menjamin pembebasan sandera sebagai imbalan atas gencatan senjata di Gaza.
Barnea mengunjungi Qatar pada Jumat untuk melanjutkan pembicaraan tidak langsung dengan Hamas.
Pertemuan dengan Hamas... (baca di halaman selanjutnya)
Pertemuan dengan Hamas
Sebelumnya, Pemimpin kelompok pejuang Palestina Hamas, Ismail Haniyeh telah menggelar pembicaraan dengan Qatar, Mesir, dan Turki untuk meninjau perkembangan gencatan senjata di Jalur Gaza. Dalam pernyataan yang dirilis Rabu (3/7/2024), Hamas mengatakan Haniyeh telah berkomunikasi dengan para mediator di Qatar dan Mesir mengenai ide-ide untuk mencapai kesepakatan yang akan mengakhiri agresi brutal Israel terhadap warga Palestina di Gaza.
"Haniyeh juga berbicara dengan para pejabat di Turki mengenai perkembangan terkini," kata Hamas.
Israel telah menewaskan hampir 38.000 warga Palestina, sebagian besar perempuan dan anak-anak, sejak melancarkan serangan balasan terhadap Hamas pada 7 Oktober 2023. Serangan militer Israel telah menghancurkan daerah kantong pantai tersebut.
Para mediator menyampaikan tanggapan dari Hamas terhadap usulan yang mencakup pembebasan sandera yang ditahan di Gaza dan gencatan senjata di wilayah tersebut. Mesir, Qatar, dan AS telah berupaya selama berbulan-bulan untuk mengamankan proses gencatan senjata dan pembebasan 120 warga Israel yang masih disandera Hamas di Gaza.
Namun, upaya mediasi itu tetap tidak berhasil. Hamas mengatakan kesepakatan apa pun harus mengakhiri perang dan memungkinkan penarikan seluruh pasukan Israel dari Gaza.