Fakta Seputar Grand Syekh Al-Azhar yang Tiba di Indonesia Hari Ini: Tokoh Reformis Humanis
Grand Syekh Al-Azhar Mesir diagendakan di Indonesia 8-11 Juli 2024
Oleh : Dr Usman Syihab, Dosen UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan Atase Pendidikan dan Kebudayaan KBRI Kairo (2016-2020)
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA- Grand Syekh Al-Azhar Mesir Prof Dr Ahmed Mohamed Ahmed El Tayeb diagendakan mengunjungi Indonesia. Mulai hari ini, Senin 8 Juli 2024 sampai 11 Juli 2024.
Tokoh kelahiran Desa Al-Qurna, kota Luxor, pada 6 Januari 1946 ini dijadwalkan bertemu dengan tokoh penting dari pejabat pemerintah hingga tokoh lintas agama. Siapakah beliau?
Pendidikan
Besar di desa Al-Qurna dalam bimbingan ayahnya, menghafal Alquran dan matan-matan ilmu turas sesuai dengar metode Al-Azhar. Masuk sekolah agama Al-Azhar di desa Esna dan yang di kota Qena. Melanjutkan kuliah di Jurusan Akidah Filsafat, Fakultas Ushuluddin Universitas Al-Azhar di kota Kairo sampai beliau lulus pada 1969.
Beliau rajin menghadiri majelis-majelis para ulama saleh, termasuk majlis Serambi Attayyeb (Sahah At-Thayyeb) yang dipimpin kakeknya untuk penyelesaian sengketa adat.
Hingga saat ini di serambi tersebut, di bawah bimbingan beliau masih menjadi tempat pengaduan para fakir-miskin, bertemunya orang-orang yang saling mencintai karena Allah Swt. dan tempat mempelajari prinsip-prinsip tarbiah, suluk dan hikmah dalam jalan menuju Allah SWT.
Setelah memperoleh ijazah sarjana (License) jurusan Akidah dan Filsafat, beliau ditunjuk sebagai kader dosen di jurusan yang sama dan pada 1969 beliau meraih gelar Master, lalu diangkat sebagai asisten dosen. Meraih gelar Doktor pada 1977 dan diangkat sebagai dosen di Jurusan Akidah Filsafat.
Desember 1977 memperoleh kesempatan tugas akademik di Universitas Paris selama 6 bulan. Menguasai bahasa Perancis dengan sangat baik, menulis dan menerjemah dari bahasa Perancis ke bahasa Arab. Sebagai profesor Madya pada 1982 dan menjadi guru besar pada Januari 1988.
Jabatan
Syekh El Tayeb beberapa kali sebagai dekan yaitu Dekan Fakultas Studi Islam dan Bahasa Arab Putra provinsi Qena, Dekan Fakultas Studi Islam dan Bahasa Arab Putra provinsi Aswan. Juga pernah bertugas sebagai Guru Besar tamu di Universitas Islam Internasional Pakistan, Universitas Islam Imam Muhammad Ibn Saud, Riyadh, Universitas Qatar, dan Universitas Al-'Ain, Uni Emirat Arab.
Maret 2002, Grand Syekh dilantik sebagai Mufti Negara Mesir. Saat menjadi Mufti, usia beliau 56 tahun dan menduduki jabatan ini sampai awal September 2003. Selama menjadi Mufti, beliau mengeluarkan sekitar 2835 fatwa yang tercatat dalam dokumentasi Lembaga Fatwa Mesir.
Beliau kemudian ditunjuk menjadi Rektor Universitas Al-Azhar sejak September 2003 sampai Maret 2010, untuk kemudian, pada 2010 itu dilantik menjadi Syekh Al-Azhar menggantikan Prof Muhammad Sayyid Thantawi yang wafat. Beliau menjabat sebagai Syeikh Al-Azhar sampai hari ini.
Reformasi Al Azhar
Syekh Tayeb sebagai Imam Besar dan Syekh Al-Azhar telah melakukan berbagai usaha reformasi untuk dan melalui Al-Azhar. Reformasi yang beliau lakukan lebih luas dari apa yang pernah dilakukan oleh Syekh Muhammad Abduh (1849-1905) untuk Al-Azhar.
Muhammad Abduh mengkritik Al-Azhar yang saat itu hanya mengajarkan ilmu-ilmu keagamaan dan tidak mengajarkan ilmu-ilmu umum, sistem ujian akhir yang menyulitkan, tidak memiliki perpustakaan dan administrasi pendidikan yang lemah.
Muhammad Abduh menyerukan reformasi pendidikan dalam hal-hal tersebut. Seruan reformasi itu pun baru dapat dilaksanakan setelah tiga puluh tahun beliau meninggalkan Al-Azhar, yaitu ketika muridnya Syekh Mustafa Al-Maraghi menjadi Syekh Al-Azhar di periode kedua antara 1935-1945.
Syekh Tayeb mengadapai persoalan-persoalan yang lebih luas dan global, tidak hanya dalam pengembangan sitem pedidikan di Al-Azhar, tetapi juga bagaimana menjadikan Al-Azhar dapat berperan lebih aktif dan besar dalam menyelesaiakan berbagai persoalan keislaman, kebangsaan dan kemanusiaan di dalam negeri dan untuk masyarakat dunia.
Merujuk pada buku yang ditulis Al-Yamani Al-Fakhrani tentang beliau, majalah Shaut Al-Azhar, pidato yang beliau samapaikan di berbagai seminar, juga pengalaman saya saat tugas sebagai Atase Pendidikan dan Kebudayaan (Atdikbut) di KBRI Kairo (2016-2020) yang beberapa kali sempat jumpa dengan beliau, saya melihat ada beberapa isu dan persoalan yang menjadi perhatian dan yang menurut Syekh Al-Azhar harus direformasi, antara lain yaitu:
- Sistem pendidikan dan peran Al-Azhar, sistem dan kurikulum pendidikan dari jenjang dasar, menengah hingga jenjang perguruan tinggi harus terus diperbaiki, demikian juga berbagai lembaga di bawah Al-Azahar perlu direformasi dalam menejemen dan sarana-prasarana yang dimiliki, dan dalam mengembangkan peran Al-Azhar dalam reformasi pemikiran Islam dan menyelesiakan isu-isu kemanusiaan dan perdamain dunia
- Sikap beragama yang palsu, yaitu cara beragama yang tidak tulus, yang mengakibatkan ekstremitas dalam pemikiran dan kekerasan dalam tindakan, sikap beragama seperti ini harus diperangi, karena ia bertentangan dengan cara beragama yang moderat (wasatiyah) dan yang tidak menyulitkan
- Kondisi perempuan Muslimah, menurut beliau perempuan Islam banyak yang masih terbelenggu dengan tradisi warisan jahiliyah, yang kehilangan banyak haknya pada sisi sebaliknya banyak yang terbebes dan menjadi budak tradisi barat dan mencerabut semua akar tradisi dan agama mereka, diperlukan usaha pemahaman yang benar terhadap status perempuan dalam Islam
- Kemerdekaan dan persatuan umat Islam, ia adalah kondisi yang menyakitkan, Al-Azhar, dengan kepemimpinan beliau berusaha membantu menyelesiakan pertikaian antar umat, membantu minoritas muslim yang teraniaya, dan memnyerukan persatuan antara kelompok dan golongan termasuk antara Sunni dan Syiah
- Peradaban umat yang tertinggal; semua usaha pembaruan bertujuan untuk kemajuan peradaban umat dan memerangi ketertinggalan. Beliau terus memahamkan pentingnya ilmu pengetahuan, teknologi, dan pemanfaatan kemajuan teknolog modern dengan tepat, dengan berbagai upaya alih teknologi yang benar untuk kemudian belajar melepaskan diri dari ketergantungan dengan orang lain
- Pendidikan sikap kritis umat; beliau melihat pentinganya memberikan pendidikan sikap kritis pada umat, sehingga mampu bergaul secara benar dengan bangsa dan umat lain, tradisi, budaya, sikap dan cara berpikir lain dari Islam
- Pentingnya madzhab Asya’ry, dinilai oleh Syekh Al-Azhar sebagai madzhab yang moderat yang benar, yang menyatukan antara wahyu dan rasio, madzhab yang mendahulukan aspek-aspek yang tetap dari yang berubah.
Masih dengan merujuk...
Masih dengan merujuk pada buku yang ditulis Al-Yamani Al-Fakhrani, majalah Shout Al-Azhar, pidato yang beliau samapaikan di berbagai seminar, dan pengalaman saya saat tugas sebagai Atdikbud, dapat saya ringkas berbagai program strategis dan inovatif yang telah dilaksanakan Syekh Tayeb, Syekh Al-Azhar untuk melaksanakan reformasi aspek dan persoalan tersebut di atas, antara lain:
1. Terus melanjutkan berbagai upaya pengembangan dan perbaikan kurikulum, sistem pembelajaran, peningkatan kompetensi para dosen dan guru Al-Azhar baik di tingkat Universitas maupun di tingkah dasar dan menengah sehingga dapat mengikuti perkembangan zaman dan memperoleh pengakuan lembaga penjaminan mutu pendidikan dengan tetap berprinsip al-ashalah wa al-muashirah (klasik dan kontemporer)
2. Mengembangkan dan memperbaiki sisem pembelajaran di Jami (masjid) Al-Azhar, dengan berbagai Ruaq yang ada sebagai sistem pembelajaran non formal
3. Memperbaiki organisasi semua kelembagaan di bawah Al-Azhar, dengan menempatkan orang-orang yang sesuai dan mengembangkan fasilitas modern yang diperlukan;
4. Memperluas pemberian besiswa bagi mahasiswa asing dari berbagai negara untuk dapat kuliah di Universitas Al-Azhar, terutama untuk fakultas-fakultas keagamaan, dan terus membangun sarana dan prasarana untuk mereka
5. Mendirikan Markaz Tatwir al-Wafidin, sebagai pusat pengembangan mahasiswa asing baik dalam hal akademik maupun non akademik, juga dalam penguatan bahasa Arab terutama untuk mahasiswa baru
6. Mengembangkan kurikulum pendidikan dan pelatihan untuk para dai dari luar negeri, dan terus memperluas kesempatan dan fasilitas bagi bagi mereka
7. Memanfaatkan secara maksimal media sosial, untuk memerangi berbagai pemikiran ekstrem dan radikal yang tidak sesuai dengan ajaran keagamaan Al-Azhar yang moderat dan terbuka;
8. Meluncurkan berbagai program di televisi, sosial dan keagamaan, terutama di bulan Ramadan, dengan bahasa yang mudah, sebagaimana juga melibatkan para dosen dan ulama Al-Azhar untuk mengisi berbagai program keagamaan di berbagai siaran televisi dan radio
9. Mengembangkan pusat penerangan Al-Azhar melalui berbagai kerja sama dengan pusat-pusat penerangan baik dalam maupun luar negeri
10. Mendirikan Pusat Observasi dan Fatwa Elektronik (online) dalam berbagai bahasa asing untuk menangkal radikalisme dan ekstremisme dan memberikan jawaban berbagai persoalan dalam perspektif keislaman yang moderat.
11. Mengembangkan portal elektrotnik Al-Azhar yang dapat memberikan kemudahan semua kalangan dapat mengakses berbagai informasi tentang Al-Azahar dengan berbagai kelembagaan yang dimiki dan karya-karya masing-masing
12. Mengembangkan Majalah Shout Al-Azhar, sebagai corong Al-Azhar yang mengangkat berbagai persoalan dunia Islam; tingkat nasional, regional dan global, dan memerangi pemikiran ekstrim, yang dapat disebarkan baik cetak atau online ke berbagai kedutaan besar di Kairo, dan ke semua cabang kantor organisasi alumni Al-Azhar di berbagai belahan dunia
13.Meluncurkan kanal TV Al-Azhar, yang menjadi suara Al-Azhar dalam menyebarkan Islam moderat, perdamain, dialog, dengan melibatkan para ulama dan dai muda Al-Azhar
14. Menerbitkan berbagai buku khusus untuk membetulkan berbagai pemahaman yang salah tentang Islam
15. Mendirikan Pusat Terjemah Al-Azhar, yang menerjemahkan karya-karya keagamaan para ulama Al-Azhar ke dalam berbagai bahasa dunia, terutama bahasa Internasional yang diakui oleh PBB
16. Memberi peluang yang luas kepada para dai muda untuk mengikuti berbagai program pelatihan, terutama dalam memahami sikap keagamaan yang moderat, keterbukaan, dan menolak berbagai pemikiran radikal atau ekstrim;
17. Mendirikan, mengembangkan dan memperkuat Organisasi Internasional Alumni Al-Azhar, baik yang di pusat maupun yang di berbagai negara
18. Mengadakan berbagai muktamar tingkat dunia yang membahas berbagai persoalan pemikiran Islam, umat Islam di dunia, kemanusian, dialog agama, dan perdamain dunia;
19. Mendirikan dan menjadi ketua pertama yang terpilih untuk memimpin Majelis Orang-Orang Bijak Muslim (Majlis Hukama Al-Muslimin), yang bertujuan untuk memperkuat perdamaian di kalangan Umat Islam, dan
20. Menandatangani Piagam Persaudaraan Manusia untuk Perdamain Dunia dan Koeksistensi, bersama Paus Fransiskus, pemimpin Katolik dunia, di Abu Dabi pada tanggal 4 Februari 2019.
Ahmed El Tayeb, Imam Besar dan Syekh Al-Azhar adalah seorang reformis. Untuk menjadi pribadi reformis, bagi beliau, sesuai dengan tarekat Khalwatiyah yang beliau ikuti, beliau berusaha menjadi pribadi yang soleh dan konsisten, dalam menjalankan ajaran Islam dalam ucapan, praktik dan akhlak.
Terus melakukan reformasi diri baik lahir maupun batin. Reformasi diri itulah yang kemudian menjadi landasan dan awal dari semua usaha reformasi yang telah dan masih beliau lakukan hingga hari ini untuk Al-Azhar, Islam, Umat Islam, dan keseluruhan umat manusia.
Selamat datang di Indonesia, semoga menjadi kunjungan yang membawa manfaat dan keberkahan bagi kita dan sekalian umat manusia.