Cina Rugi 12 miliar Dolar Akibat Bencana Alam

Faktor lain juga dapat berkontribusi pada bencana alam.

Chinatopix Via AP
Dalam gambar yang diambil melalui jendela, sebuah taman tepi sungai yang terendam banjir terlihat di sepanjang Sungai Beijiang di kota Qingyuan di provinsi Guangdong, Cina selatan, Senin (22/4/2024). Hujan lebat yang melanda Cina selatan selama akhir pekan telah menewaskan beberapa orang sementara puluhan ribuan orang telah dievakuasi di seluruh Guangdong ke tempat penampungan darurat.
Rep: Lintar Satria Red: Muhammad Hafil

REPUBLIKA.CO.ID,BEIJING -- Pemerintah Cina mengatakan pada paruh pertama tahun jni perekonomian terbesar kedua di dunia tersebut mengalami kerugian sebesar 93.16 miliar yuan atau 12,83 miliar dolar AS akibat bencana alam.

Baca Juga


Berdasarkan data yang dirilis Kementerian Penanggulangan Bencana Cina, Jumat (12/7/2024) kerugian tahun ini kerugian terbesar akibat bencana alam dalam periode setengah tahun sejak 2019. Cina dilanda banjir, kekeringan dan suhu ekstrem di paruh pertama 2024.

Pada awal tahun Cina mengalami cuaca dingin dan salju tebal, diguncang gempa bumi berkekuatan 7,1 skala Richter di wilayah barat laut Xinjiang, tanah longsor di wilayah barat daya, dan banjir di Sungai Kuning dan di provinsi-provinsi selatan.

Sedikitnya 32,38 juta orang terdampak akibat bencana alam selama Januari-Juni, termasuk 322 orang yang dinyatakan hilang atau meninggal.

Sekitar 856.000 orang dipindahkan  secara darurat dan 23.000 rumah hancur, sementara sekitar 3,17 juta hektar tanaman terkena dampaknya. Dampaknya terhadap ekonomi lebih buruk daripada periode tahun sebelumnya, ketika negara itu mencatat kerugian senilai 38,23 miliar yuan dan 95 orang hilang atau meninggal.

Berdasarkan laporan kementerian penanggulangan bencana tahun lalu sepanjang tahun 2023, sekitar 48,76 juta orang terkena dampak bencana alam.

Dana yang disalurkan untuk penanggulangan bencana mencapai 4,17 miliar yuan sepanjang tahun ini. Dengan 546 juta yuan dialokasikan bulan lalu untuk produksi pertanian dan bantuan bencana.

Pada Januari-Februari Cina dilanda gelombang dingin dan salju lebat mengakibatkan kerugian ekonomi yang signifikan. Pada  Maret-April kekeringan mulai intensif di beberapa wilayah, sementara banjir terjadi di beberapa bagian selatan.

Pada Mei-Juni gempa bumi di Xinjiang dan longsor di Yunnan menyebabkan korban jiwa dan kerusakan infrastruktur. Banjir di Sungai Kuning mencapai puncaknya.

Sejumlah penelitian ilmiah di Cina menunjukkan hubungan antara perubahan iklim dan peningkatan frekuensi dan intensitas bencana alam. Pemerintah Cina juga mengakui perubahan iklim merupakan  faktor penting yang berkontribusi terhadap bencana alam di negara tersebut.

Peningkatan suhu global menyebabkan penguapan air yang lebih banyak, memicu kekeringan di beberapa wilayah dan meningkatkan risiko banjir di wilayah lain.

Faktor lain juga dapat berkontribusi pada bencana alam, seperti aktivitas manusia (deforestasi, pembangunan di daerah rawan bencana) dan variasi iklim alami. 

 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Berita Terpopuler