Pemerintah Diminta Tegas Pantau Makanan Impor Ilegal dari Cina
Sejumlah makanan impor Cina diduga berkualitas di bawah standar
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Kasus peredaran pangan berbahaya dan diduga berasal dari Cina terjadi di Sukabumi beberapa waktu lalu. Belasan siswa SDN Cidadap I, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Sukabumi, Jabar, mengalami pusing, mual dan muntah usai membeli snack asal Cina bermerek 'Hot Spicy Latiru dan Latiao Strips'.
Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) sudah mengimbau masyarakat lebih selektif mengonsumsi pangan yang beredar bebas. Pengurus Harian Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI), Sudaryatmo, menegaskan pemerintah perlu menindak tegas peredaran pangan yang impornya diduga ilegal.
Ia meminta pemerintah menelusuri rantai pasok makanan tersebut sehingga bisa beredar dengan bebas. “Kalau bisa, ya, ini pelakunya ditelusuri sama diproses hukum siapa ini yang terlibat dalam dalam pemasokan, peredaran, dan perdagangan produk ilegal,” kata Sudaryatmo, Sabtu (13/7/2024).
Dia menduga persebaran pangan berbahaya asal Cina tersebut sudah luas. Sebab, contoh kasus tersebut terjadi di wilayah yang jauh dari daerah perbatasan antar negara.
“Sukabumi kan bukan daerah perbatasan kan. Kecuali kalau di Kalimantan Barat, nah itu masuk akal (beredar secara ilegal),” kata Sudaryatmo.
Berkaca pada kasus tersebut, ia meminta pengawasan ditingkatkan. Tujuannya agar permasalahan kesehatan yang timbul akibat jajanan yang mengandung bahan berbahaya dapat diantisipasi.
Dia juga mendorong pemerintah daerah terutama dinas terkait seperti dinas pendidikan dan kesehatan untuk lebih aktif melakukan pengawasan. Sebab, kejadian di Sukabumi itu masuk ke ranah kedua dinas tersebut.
“Karena ini menyangkut jajanan di sekolah, mestinya pemerintah daerah khususnya dinas pendidikan dan dinas kesehatan secara periodik melakukan pengawasan ke sekolah-sekolah terhadap produk yang dijual,” ujar Sudaryatmo.
Dia menyebut kasus keracunan tersebut dapat terjadi karena pengawasan dan regulasi Indonesia lemah. Akibatnya Indonesia dibanjiri produk Cina yang di bawah standar.
“Di Cina itu ada produk bagus, ada juga produk yang standar. Kalau regulasi kita lemah dan pengawasannya juga lemah itu menjadi sasaran masuknya produk-produk dari Cina yang di bawah standar,” tutur Sudaryatmo.
Dalam beberapa tahun terakhir, kualitas pangan dari Cina memang menjadi sorotan. Pasalnya, banyak kasus yang menunjukkan sejumlah produk pangan asal Cina ditemukan bermasalah.
Terbaru, muncul laporan temuan minyak goreng asal Cina mengandung BBM. Hal itu dapat terjadi karena truk tangki tidak dibersihkan sesuai prosedur setelah mengangkut BBM. Ditengarai, cara itu bertujuan memangkas biaya dalam menghadapi persaingan yang semakin ketat.
Kasus pangan juga terjadi pada 2023 di mana terdapat penyelidikan terhadap bir terkemuka Tsingtao. Minuman beralkohol itu kedapatan produknya tidak steril lantaran kemunculan video yang menunjukkan seorang karyawan pabrik buang air kecil pada bahan mentah untuk membuat minuman beralkohol itu.
Pada tahun sebelumnya yakni 2022, raksasa pengolahan daging babi, Henan Shuanghui, harus meminta maaf setelah praktik kerja yang tidak higienis seperti mengemas daging yang jatuh ke lantai serta pekerja yang mengenakan seragam kotor terungkap.
Deretan kasus tersebut mengingatkan skandal besar di Cina saat ditemukan kandungan melamin pada susu. Dampaknya membuat enam bayi meninggal serta meracuni ratusan ribu anak.