Sambutan Hangat Raja Nasrani untuk Sahabat Nabi

Raja Habasyah menerima para sahabat Nabi SAW yang hijrah ke negerinya.

dok wiki
ILUSTRASI Para sahabat Nabi menghadap Raja Najasyi di negeri Habasyah.
Red: Hasanul Rizqa

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sekitar tahun 610 M, Muhammad SAW diangkat menjadi nabi dan rasul Allah SWT. Sejak saat itu, syiar Islam mulai menyebar di Makkah walau terus diadang kekuatan politik setempat. Sekira lima tahun kemudian, Rasulullah SAW membolehkan sebagian umat Islam untuk berhijrah ke Habasyah—sebutan Arab untuk Kerajaan Aksum--sebuah negeri di Benua Afrika.

Baca Juga


"Sesungguhnya di Habasyah terdapat seorang raja yang tak seorang pun dizalimi di sisinya. Pergilah ke negerinya hingga Allah membukakan jalan keluar bagi kalian (Muslimin) dan penyelesaian atas apa yang menimpa kalian," sabda Nabi SAW (Fathul Bari VII:189).

Waktu itu, Aksum diperintah oleh seorang raja bernama Armah atau Ashhamah. Orang-orang Arab biasa menggelarinya an-Najasyi. Sebanyak 16 orang sahabat Rasulullah SAW yang berhijrah itu dipimpin Utsman bin Maz'un. Setelah mengarungi perjalanan yang tidak mudah, bahkan mengarungi Laut Merah, mereka akhirnya sampai di Aksum.

Raja an-Najasyi menerima Muslimin dengan ramah. Mereka bukan hanya memperoleh izin, melainkan juga perlindungan sehingga bisa menetap dengan aman di Aksum.

Tiga bulan kemudian, tersiar kabar bahwa penduduk Makkah sudah menerima Islam. Beberapa sahabat Nabi SAW yang memercayainya lantas kembali ke kampung halaman. Nyatanya kabar itu bohong belaka. Kaum kafir Quraisy masih saja semena-mena menekan umat Islam.

Para sahabat Nabi SAW pun hijrah lagi ke Aksum. Menurut Ibnu Ishaq, seorang sejarawan dari abad kedelapan, gelombang eksodus kedua itu diikuti sebanyak 80 orang Muslim.

Untuk mencegah mereka, kaum kafir Quraisy mengirimkan sejumlah delegasi yang dipimpin Amr bin Ash dan Abdullah bin Abi Rabiah kepada an-Najasyi. Sesampainya di Istana Aksum, keduanya meminta agar sang raja mengusir para pengikut Nabi Muhammad SAW dari negerinya.

An-Najasyi bertindak sebagai raja yang bijaksana. Ia tidak mau hanya mendengar keterangan dari utusan Quraisy. Muslimin pun dipersilakannya untuk berbicara. Ja'far bin Abi Thalib bertindak sebagai juru bicara.

Sepupu Rasulullah SAW itu kemudian membacakan sebagian surah Maryam. Sang raja Aksum sangat mengagumi ayat-ayat Alquran itu. Kata-kata ini dan yang dibawa Nabi Musa bersumber dari cahaya yang sama, kata dia.

Ja'far juga mengutip sabda Nabi Muhammad SAW tentang sosok Nabi Isa AS, "Dia (Nabi Isa) adalah hamba Allah dan utusan-Nya, Roh-Nya dan Firman-Nya yang disampai kan kepada perawan Maryam."

Setelah itu, an-Najasyi menggoreskan tongkatnya ke atas tanah dan berkata kepada Muslimin, "Antara agama kalian dan agama kami sebenarnya tidak lebih dari garis ini."

Misi untuk menjemput paksa Muslimin dari negeri Aksum pun gagal total. Amr bin Ash dan rombongannya kembali ke Makkah dengan tangan hampa. Bukannya sukses, para pemuka Quraisy itu justru membuat Raja an-Najasyi makin bersimpati terhadap Islam.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler