Dewan Muslim: Politikus AS tak Berbuat Cukup untuk Akhiri Genosida di Gaza
Dalam pemilu AS kali ini, suara pemilih Muslim mengenai Gaza seperti diabaikan.
REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Kalangan Muslim Amerika Serikat (AS) merasa terasing pada masa pemilihan umum (pemilu) kali ini. Mereka mengaku frustrasi karena banyak politikus, baik dari Partai Demokrat maupun Republik, tidak berbuat cukup untuk mengakhiri genosida di Jalur Gaza, Palestina.
"Krisis yang sedang berlangsung di Gaza telah meningkatkan perasaan frustrasi dan ketidakberdayaan dalam komunitas Muslim AS," ujar Sekretaris Jenderal Dewan Organisasi Muslim AS, Oussama Jammal, kepada Sputnik, Rabu (17/7/2024).
"Ada persepsi bahwa kedua partai (Demokrat dan Republik) tidak melakukan upaya yang cukup untuk advokasi penyelesaian konflik yang adil dan merata. Ini menimbulkan rasa kehilangan hak dan kekecewaan terhadap proses politik," lanjutnya.
Partai Republik dan Demokrat dinilai memiliki kandidat yang kebijakan dan tindakannya kurang menguntungkan komunitas Muslim AS. Umat Islam setempat pun merasa diabaikan secara politik. Sebab, Jammal mengatakan, tidak ada pihak yang dinilai sepenuhnya mengerti keprihatinan mereka.
Menurut dia, Partai Republik secara tradisional mengambil sikap pro-Israel yang terkadang dapat meminggirkan perspektif Muslim Amerika, termasuk mengenai kebijakan ihwal Palestina-Israel. Ada juga kekhawatiran mengenai sikap parpol itu terhadap imigrasi dan keamanan nasional, yang terkadang cenderung memuat retorika anti-Muslim.
Sementara itu, Partai Demokrat lebih terbuka untuk berinteraksi dengan komunitas Muslim AS. Namun, masih terdapat perpecahan di dalam parpol ini mengenai pendiriannya terhadap Israel dan Palestina.
Menurut Jammal, sejumlah pemilih dari kalangan Muslim AS merasa, kandidat dari Demokrat kerap mengabaikan komitmen substansial untuk mengatasi masalah spesifik yang disorot umat Islam. Ini membuat pemilih dari kalangan Islam mempertimbangkan untuk mendukung kandidat alternatif yang lebih selaras dengan nilai-nilai dan keprihatinan mereka.
"Atau bahkan memutuskan untuk tidak ikut serta dalam pemilu kali in, yang akan berdampak signifikan pada lanskap pesta demokrasi tersebut," kata Jammal.