Ketika Mantan Musuh Islam Menerima Hidayah

Abu Sufyan bin al-Harits menangis terharu di kaki Rasulullah SAW.

Dok Republika.co.id
Sahabat Nabi (Ilustrasi)
Red: Hasanul Rizqa

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Betapa besar kemuliaan orang-orang yang hidup sezaman dengan Nabi Muhammad SAW dan pernah menjumpainya serta menyatakan beriman kepadanya. Bagaimanapun besar dosa dan kerusakan yang mereka lakukan pada masa pra-Islam, agama ini menyambutnya dengan terbuka. Seorang yang mualaf laksana bayi yang baru lahir ke dunia, kembali kepada fitrahnya dalam keadaan suci.

Baca Juga


Hal itulah yang terjadi pada Abu Sufyan bin al-Harits (bedakan dari Abu Sufyan bin Harb). Awalnya, dia merupakan dedengkot kaum musyrikin Makkah. Dia juga orang dekat Abu Lahab, "Firaun-nya umat zaman Nabi SAW."

Bahkan, Rasulullah SAW pernah mengimbau kaum Muslimin agar dapat membunuhnya. Sebab, yang bersangkutan sudah sering membuat onar, memerangi Islam, dan mengucapkan kata-kata yang menghina risalah tauhid ini.

Dalam Perang Badar, Abu Sufyan tampil terdepan untuk memukul mundur barisan Muslimin. Apa daya, pasukan musyrikin Quraisy justru kocar-kacir menghadapai sekira 313 pasukan Muslimin.

"Kami berhadapan dengan orang-orang yang berpakaian serba putih. Mereka mengendarai kuda hitam (berwarna) belang putih. Mereka menyerbu dari langit dan bumi. Tidak serupa dengan satu pun yang pernah kita lihat. Mereka pun tidak terhalangi apa pun," tutur Abu Sufyan bin al-Harits saat ditanya Abu Lahab tentang keadaan pasukan di Badar.

Saat itu, keyakinannya masih musyrik. Abu Sufyan belum tahu, itulah pasukan malaikat yang menolong Rasul-Nya dalam menumpas balatentara kafir musyrikin.

Tahun demi tahun silih berganti. Sesudah hijrah ke Yastrib (Madinah), posisi umat Islam kian jaya. Tinggal menunggu waktu, maka Makkah akan dikepung dan dikuasai pasukan Muslimin.

Sebelum itu terjadi, Abu Sufyan bin al-Harits ingin menemui langsung Rasulullah SAW. Dia hendak memeluk Islam.

Namun, dia masih terlalu takut untuk secara terang-terangan menghadap beliau. Maka dari itu, Abu Sufyan bersama dengan anaknya datang dengan menyamar. Ketika di Abwa', keduanya melihat rombongan Nabi SAW yang sedang bersama beberapa sahabat.

Ketika rombongan itu singgah, langsung saja Abu Sufyan menjatuhkan diri dari atas kudanya ke hadapan Rasulullah SAW. Dibukanya penutup wajah, sehingga tampak siapa dirinya. Nabi SAW kemudian memalingkan muka darinya. Maka Abu Sufyan menghampirinya dari arah lain. Namun, beliau tetap menghindar dari menatap wajahnya.

Maka Abu Sufyan dan putranya mengucapkan secara bersama-sama, "Asyhadu an laa ilaaha illa Allah, wa asyhadu anna Muhammad 'abduhu wa rasuluh." Abu Sufyan lantas mendekati Rasulullah SAW dan berkata, "Semoga tidak ada dendam dan penyesalan antara diri engkau dan diriku, wahai Rasulullah."

"Tidak ada dendam dan penyesalan, wahai Abu Sufyan," jawab Rasulullah SAW.

Sejak saat itu, mantan musuh Islam ini menjadi sahabat yang setia. Nabi SAW lantas menyuruh Ali bin Abi Thalib untuk mengajarkan kepadanya ibadah-ibadah wajib dan dasar-dasar agama.

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler