Menteri Israel Ini Sebut Zionis Diam-Diam Izinkan Yahudi Ibadah di Al-Aqsa
Zionis meyakini bahwa Kompleks Al Aqsa merupakan bagian situs kuno Yahudi.
REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV -- Menteri Keamanan Nasional sayap kanan Israel, Itamar Ben Gvir tak henti-hentinya membuat pernyataan kontroversial. Ia mengatakan pada Rabu (25/7/2024) bahwa ibadah Yahudi 'diizinkan' di Masjid Al-Aqsa.
Berbicara pada konferensi di parlemen Israel bertajuk 'Kembalinya Israel ke Bukit Bait Suci", yang mengacu pada nama Yahudi untuk situs suci tersebut, Ben Gvir mengatakan bahwa persepsi bahwa 'kepemimpinan politik' Israel menentang perubahan status quo di situs tersebut tidaklah akurat.
“Temple Mount sedang mengalami perubahan. Kita semua memahami apa yang saya bicarakan – apa yang perlu diucapkan secara diam-diam akan dilakukan secara diam-diam. Saya berada di Temple Mount (Kompleks Al-Aqsa). Saya berdoa di Temple Mount,” katanya kepada para hadirin.
"Mereka selalu mengatakan kepada saya bahwa 'kepemimpinan politik' menentang hal itu. Saya adalah pemimpin politik. Dan kepemimpinan politik mengizinkan ibadah orang Yahudi di Bukit Bait Suci."
Berdasarkan ketentuan status quo di Yerusalem menyatakan bahwa Yahudi dilarang beribadat di Kompleks Masjid Al-Aqsa, Yerusalem Timur.
Keyakinan Yahudi
Selama ini situs Al-Aqsha diyakini Israel sebagai lokasi dua kuil Yahudi kuno. Orang Yahudi diizinkan untuk berdoa di Tembok Barat, yang membentang di sepanjang salah satu sisi bukit dan dianggap sebagai bagian terakhir dari Kuil Yahudi Kedua yang dihancurkan Romawi pada tahun 70 M.
Adapun pembatasan terhadap non-Muslim untuk memasuki masjid Al-Aqsha telah diberlakukan sejak status quo Ottoman yang menetapkan situs-situs suci Yerusalem bagian milik Muslim pada 1757. Kepala Rabbi Yerusalem sejak 1921, secara resmi melarang orang-orang Yahudi memasuki Bukit Bait Suci.
Namun, selama satu abad terakhir, kelompok Zionis telah menganjurkan kembalinya shalat Yahudi di Al-Aqsa, bahkan ada yang menganjurkan pembongkaran masjid dan rekonstruksi kuil.
Pada Rabu, Ben Gvir mengeklaim bahwa pembatasan ibadah Yahudi saat ini adalah contoh 'rasisme' dan diskriminasi terhadap orang Yahudi.
“Tidak ada alasan bagi Temple Mount untuk tidak dibuka 24 jam sehari, 7 hari seminggu, dan bagi orang Yahudi tidak diperbolehkan datang pada hari Sabat,” katanya kepada Knesset.
"Semua area Temple Mount harus terbuka bagi orang-orang Yahudi yang akan datang."
Komentarnya memicu kritik, termasuk dari koalisi berkuasa di mana Ben Gvir menjadi bagiannya.
Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant mengatakan dia menentang rencana apa pun untuk menempatkan Ben-Gvir di kabinet perang baru. Ini merujuk pada pemerintahan persatuan nasional yang kini dibubarkan dan dibentuk untuk melancarkan perang di Gaza.
“Duduk di pemerintahan Israel adalah seorang pyromaniac yang mencoba membakar Timur Tengah,” tulisnya.
Menteri Dalam Negeri Moshe Arbel, dari Shas, partai ultra-Ortodoks lainnya, menggambarkan komentar Ben Gvir sebagai 'penghujatan' dan mengatakan bahwa larangan ibadah Yahudi di Temple Mount adalah sikap semua tokoh besar Israel selama beberapa generasi".
Ben Gvir telah melakukan sejumlah kunjungan ke Masjid Al-Aqsa, termasuk sejak awal perang di Gaza pada Oktober 2023. Kunjungannya telah memicu kemarahan baik dari warga Palestina maupun Israel yang telah memperingatkan bahwa kunjungan tersebut sengaja bersifat provokatif.
Kunjungan pemimpin Israel Ariel Sharon ke Al-Aqsa pada tahun 2000 disebut-sebut sebagai penyebab utama Intifada Kedua, yang mengakibatkan ribuan warga Palestina dan Israel terbunuh selama lima tahun berikutnya.
Menanggapi komentar Ben Gvir, anggota parlemen dari Partai Buruh, Gilad Kariv, menuduhnya sebagai "=orang gila yang tertarik untuk memicu Intifada Ketiga.