Apa yang akan Dilakukan Tim Olimpiade Palestina Jika Berpapasan dengan Kontingen Israel?
Komite Olimpiade Palestina berupaya tak ada pelanggaran terhadap Piagam Olimpiade
REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Presiden Komite Olimpiade Nasional Palestina Jibril Rajoub menegaskan, dia tidak akan berjabat tangan dengan para atlet dari Israel, atau delegasi mereka jika berpapasan di Olimpiade Paris 2024. Meski demikian, sikap tersebut bisa berubah jika mereka mengakui hak Palestina untuk merdeka.
Jibril Rajoub sebelumnya juga menyerukan agar atlet Israel dilarang mengikuti kompetisi internasional di tengah perang di Gaza. Kepada Guardian, dia mengaku tidak akan berinteraksi dengan Yael Arad atau rekan-rekannya karena prinsip-prinsip tersebut jika mereka berpapasan selama Olimpiade.
Dia juga mengklaim bahwa tim Palestina belum diberi instruksi tentang bagaimana harus bersikap jika mereka berhadapan dengan atlet Israel. Hanya saja, Rajoub menegaskan, pihaknya akan menjaga agar tidak ada pelanggaran terhadap Piagam Olimpiade.
“Sebelum Anda bertanya kepada saya, tanyakan kepada mereka: apakah mereka mengakui keberadaan rakyat Palestina dan hak kami untuk mendirikan negara merdeka, di samping Israel, sesuai dengan legitimasi PBB?” kata Rajoub. “Jika mereka memiliki komitmen ini, pada prinsipnya saya tidak memiliki masalah untuk berjabat tangan dengan siapa pun yang mengakui hak kami untuk menentukan nasib sendiri dan hak kami untuk hidup. Tetapi saya tidak akan berjabat tangan sebagai basa-basi dengan siapa pun yang tidak (mengakui). Ini bukan masalah kesopanan, ini masalah prinsip. Mereka harus siap berjuang untuk membangun jembatan perdamaian dengan saling mengakui.”
Di sisi lain, atlet Ukraina yang negaranya juga tengah berperang, tidak akan berjabat tangan dengan atlet Rusia atau Belarusia di Olimpiade musim panas ini. Rajoub mengatakan tidak ada dekrit serupa yang diturunkan kepada kontingen Palestina yang terdiri dari delapan orang dan mengatakan tidak ada rencana untuk manifestasi apa pun yang berada di luar kode etik gerakan Olimpiade.
“Para atlet Palestina dan saya akan mengikuti prinsip-prinsip IOC. Dan jika kami merasa ada pelanggaran dari pihak kami, kami harus melawannya. Bola ada di pihak lawan. Pergilah dan tanyakan kepada presiden komite Olimpiade nasional Israel bagaimana mereka dapat mendorong tentara mereka, bagaimana juara judo mereka dapat melakukan hal ini. Jangan tanya korban, tanyakan pada penjahatnya.”
Rajoub merujuk pada Peter Paltchik, seorang pejudo yang ditunjuk sebagai salah satu pembawa bendera Israel untuk upacara pembukaan dan diduga telah mengunggah foto-foto rudal Israel di media sosial dengan judul “Dari saya untuk Anda dengan senang hati”.
Tim Israel tidak menanggapi permintaan komentar dari The Guardian.
Komite Olimpiade Nasional Palestina mengklaim, sekitar 400 atlet Palestina telah terbunuh sejak 7 Oktober, dengan sebagian besar infrastruktur olahraga hancur. Hal itu merupakan salah satu pilar dari upaya Palestina untuk membuat Israel ditangguhkan. Klaim lainnya adalah pengeboman yang terus berlanjut di Gaza merupakan pelanggaran terhadap tradisi gencatan senjata Olimpiade. Rajoub mengatakan, fakta bahwa Palestina mampu membawa tim ke Paris harus dilihat sebagai sebuah inspirasi.
“Kami tidak dapat membawa satu pun atlet dari Gaza,” katanya tentang tim yang sebagian besar perwakilannya berbasis di luar negeri. “Jadi, menghadiri Olimpiade adalah sebuah pencapaian yang luar biasa. Ini adalah pesan yang baik bahwa kami ada di sini, terlepas dari segalanya. Frustrasi dan menyerah tidak akan menjadi bagian dari posisi kami. Kami hadir dengan semangat yang nyata dan pesan yang jelas kepada seluruh dunia.”
Rajoub, yang berbicara di sebuah hotel di Paris, mengutip sambutan hangat yang diterima para atlet Palestina dari kerumunan sekitar 100 orang di bandara Charles de Gaulle pada Kamis dalam keputusannya untuk bergerak bebas di antara para tamu dan delegasi.
“Saya berjalan dan bergerak ke mana-mana dan saya merasa aman,” katanya. “Tidak ada yang menjaga, tidak ada yang mengawasi saya. Logo negara saya diterima dengan ramah oleh semua orang. Mendapat sambutan seperti itu merupakan sebuah pesan harapan bagi rakyat kami, namun juga kartu merah bagi pihak lain.”