Ayatollah Khamenei tak Lagi Pakai Kata 'Hukuman' untuk Israel, Tapi 'Darah Dibalas Darah'

Khamenei telah menginstruksikan para komandan IRGC untuk siapkan serangan ke Israel.

EPA-EFE/ABEDIN TAHERKENAREH
Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei dilaporkan telah memberikan perintah serangan langsung ke Israel.
Rep: Andri Red: Andri Saubani

REPUBLIKA.CO.ID, Terbunuhnya pemimpin Hamas, Ismail Haniyeh dalam sebuah ledakan di kediamannya di Teheran, Iran pada Rabu (31/7/2024) sepertinya sangat membuat Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei marah hingga ia menyiapkan suatu serangan balasan serius kepada Israel. Meski hingga kini pihak Israel belum secara langsung mengaku bertanggung jawab atas kematian Haniyeh, Khamenei telah mengeluarkan pernyataan menyasar rezim zionis di bawah kepemimpinan Benjamin Netanyahu.

Baca Juga


Jika merujuk pada pernyataan terakhir Khamenei saat merespons kematian Haniyeh, ia tidak menggunakan diksi "hukuman" seperti sebelumnya kala Iran melancarkan serangan drone pada April lalu sebagai balasan atas dibomnya kantor konsulat Iran di Suriah. Kini, Khamanei menggunakan frasa yang lebih tegas, yakni jika diartikan maknanya sebagai "darah dibalas darah".

Pernyataan Khamenei keluar beberapa jam setelah Haniyeh terbunuh pada Rabu (31/7/2024) dini hari waktu Teheran. Dilansir the Telegraph mengutip tiga pejabat dan dua anggota IRGC, Khamenei memberikan instruksi menyerang Israel dalam rapat Dewan Keamanan Nasional Tertinggi Iran pada Rabu. 

Khamenei, yang memiliki kewenangan tertinggi termasuk dalam mendeklarasikan perang dan sekaligus komandan angkatan bersenjata Iran, telah menginstruksikan para komandan IRGC untuk menyiapkan rencana baik untuk melancarkan serangan dan bertahan jika peperangan nantinya meluas. Dalam pernyataan kepada publik setelah kematian Haniyeh, Khamenei memberikan isyarat bahwa Iran akan melancarkan serangan secara langsung, sambil mengatakan, "Kita melihat pembalasan atas darahnya (Haniyeh) adalah kewajiban," karena pembunuhan terjadi di wilayah Republik Islam Iran.

Khamenei menyanjung Haniyeh sebagai "seorang pemimpin yang berani dan pejuang Palestina yang khas," sambil menambahkan, bahwa front pejuang saat ini tengah berduka.

Haniyeh bersama pemimpin Jihad Islam Ziad Nakhaleh sempat bertemu langsung dengan Khamenei saat menyaksikan pengucapan sumpah Pezeshkian sebagai Presiden Iran pada Selasa (30/7/2024).

Daftar Panjang Pembunuhan Politik Israel - (Republika)

Utusan Iran untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Amir Saeed Iravani menegaskan, pada Rabu (31/7/2024) juga menegaskan, bahwa negaranya akan membalas pembunuhan Ismail Haniyeh di Teheran.

"Republik Islam Iran memiliki hak yang melekat untuk membela diri sesuai dengan hukum internasional untuk menanggapi tindakan teroris dan kriminal ini secara tegas ketika dianggap perlu dan tepat," kata Iravani kepada Dewan Keamanan PBB.

Iravani menyebut kematian Haniyeh "hasil dari tindakan terorisme agresif oleh rezim pendudukan Zionis Israel". Dia menggambarkan serangan itu sebagai kelanjutan dari kegiatan teroris dan sabotase yang dilancarkan Israel di kawasan.

Iravani juga menegaskan kembali "komitmen Iran untuk menegakkan hukum internasional serta tujuan dan prinsip Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa." Perdamaian di kawasan itu hanya dapat dicapai dengan menghormati prinsip-prinsip tersebut, katanya. Dia menuduh Israel mengambil sikap agresif terhadap semua negara di kawasan itu.

Iravani menyebut "para pemimpin rezim (Israel) yang kasar dan suka berperang" tidak menghormati prinsip-prinsip dasar hukum internasional. Amerika Serikat, menurutnya, juga memikul tanggung jawab karena merupakan "sekutu strategis dan pendukung utama rezim Israel."

Dia mendesak masyarakat internasional dan Dewan Keamanan PBB untuk tidak tinggal diam dalam menghadapi kejahatan keji tersebut.

"Selama hampir 10 bulan, negara-negara tertentu, khususnya AS, telah melindungi Israel dari tanggung jawab apa pun atas pembantaian di Gaza dan kegiatan jahat di kawasan itu," ujarnya.

Iravani menuduh negara-negara tersebut tidak hanya menghalangi hak Palestina untuk membela diri secara sah tetapi juga berusaha melegitimasi pembantaian dan genosida Israel terhadap rakyat Palestina, yang mengarah pada salah tafsir konsep pembelaan diri. Iravani mendesak Dewan Keamanan untuk segera mengambil tindakan guna meminta pertanggungjawaban Israel atas serangan tersebut, termasuk sanksi dan tindakan lain guna mencegah rezim Zionis itu terus melancarkan serangan berbahaya.

Feda Abdelhady, wakil duta besar Palestina untuk PBB, mengatakan warga sipil Palestina dilanda ketakutan, penderitaan, dan kerugian yang meningkat setiap hari akibat kekuatan pendudukan Israel. Abdelhady menekankan, bahwa para pemimpin Palestina mengutuk keras pembunuhan Haniyeh dan bahwa keadaan berkabung telah dideklarasikan di Palestina.

Iravani mengatakan bahwa Israel lebih menyukai "kekerasan dan teror" daripada penghormatan pada hukum internasional, diplomasi dan kehidupan manusia. Utusan Palestina tersebut mengatakan tidak ada anak, perempuan, pria, atau bayi yang bisa lolos dari penargetan oleh tentara pendudukan Israel dan milisi pemukim Israel.

Dia mengingatkan bahwa para pejabat Israel merasa yakin tidak akan dihukum atas kejahatan-kejahatan yang mereka perbuat. Abdelhady mendesak masyarakat internasional untuk menghadapi kenyataan tersebut dan mengakhiri kejahatan serta serangan ini.

"Israel tidak memiliki hak untuk mengeklaim pembenaran atas kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan ini," katanya, menegaskan.


 

Pada Kamis (1/8/2024), pemimpin kelompok Houthi Yaman, Sayyed Abdul Malik al-Houthi mengatakan, pembunuhan Kepala Politik Hamas Ismail Haniyeh oleh Israel telah meningkatkan pertempuran ke lingkup yang lebih luas yang konsekuensinya akan berat bagi Tel Aviv.

“Kejahatan menargetkan Haniyeh akan menjadi motivasi yang lebih besar untuk menghukum musuh kriminal,” kata al-Houthi dalam pernyataan yang dipublikasikan saluran TV Al-Masirah.

Pada 20 Juli, Israel melancarkan serangan udara terhadap tangki bahan bakar dan pembangkit listrik di pelabuhan Al Hudaydah di Yaman barat sebagai tanggapan atas tewasnya seorang warga Israel dalam serangan pesawat nirawak Houthi di Tel Aviv pada 19 Juli. Lalu, pada Rabu pagi, kelompok perlawanan Palestina Hamas mengumumkan pembunuhan Haniyeh dalam "serangan udara Zionis yang berbahaya" di kediamannya di ibu kota Iran, Teheran, setelah ia menghadiri pelantikan presiden baru Iran, Masoud Pezeshkian.

“Kami tidak akan menyia-nyiakan upaya apa pun, dengan izin Allah dan bekerja sama dengan saudara-saudara kami di Poros Perlawanan dalam membalaskan dendam para martir dan semua martir serta ketidakadilan yang diderita rakyat Palestina,” ucap al-Houthi.

Israel yang mengabaikan resolusi Dewan Keamanan PBB yang menuntut gencatan senjata segera, telah menghadapi kecaman internasional di tengah serangan brutalnya yang terus berlanjut di Gaza sejak serangan 7 Oktober 2023 oleh kelompok perlawanan Palestina Hamas. Setidaknya 39.445 warga Palestina telah tewas sejak saat itu, sebagian besar korban adalah wanita dan anak-anak, serta lebih dari 91.000 orang terluka, menurut otoritas kesehatan setempat.


sumber : Antara, Anadolu
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Berita Terpopuler