Usai Pembunuhan Ismail Haniyeh, Hamas Tegaskan tidak Akui Israel
Hamas menyatakan akan melanjutkan jihad dan perlawanan terhadap Israel.
REPUBLIKA.CO.ID, GAZA -- Pemimpin Hamas Khaled Meshaal menegaskan kembali Hamas tidak akan mengakui Israel, Jumat (2/8/2024). Ia menegaskan pembunuhan kepala biro politik kelompok itu, Ismail Haniyeh hanya memperkuat rakyat mereka.
Khaled menyampaikan pernyataan itu saat upacara pemakaman untuk pengawalnya Wasim Abu Shaban di Masjid Imam Muhammad bin Abdul Wahhab di Doha, Qatar.
"Kami tidak akan mengompromikan prinsip-prinsip kami dan tidak akan mengakui Israel. Rakyat kami akan menjaga persatuan nasional kami, melanjutkan jalan jihad, perlawanan, dan merebut kembali hak-hak kami," kata Meshaal.
"Musuh-musuh kami (Israel) tidak belajar dari pengalaman; mereka telah membunuh pada pemimpin kami selama seratus tahun, jadi apa yang terjadi?" tanyanya secara retoris.
"Setiap kali seorang pemimpin bangkit, lainnya muncul; ini hanya membuat rakyat kami lebih kuat."
Haniyeh dibunuh pada Rabu di ibu kota Iran, Teheran. Hamas dan Iran menyalahkan Israel atas pembunuhan tersebut, namun Tel Aviv tidak mengonfirmasi maupun membantah tanggung jawabnya.
Pembunuhan Haniyeh terjadi beberapa jam setelah komandan Hizbullah Fuad Shukr dibunuh dalam serangan udara Israel di pinggiran selatan Beirut.
Kekhawatiran atas kemungkinan perang besar-besaran antara Israel dan Hizbullah berkembang di tengah baku tembak di lintas batas antara kedua belah pihak.
Eskalasi itu terjadi menyusul serangan mematikan dan terus berlanjut Israel di Jalur Gaza. Genosida zionis Israel telah menyebabkan hampir 39.500 korban gugur sejak Oktober 2023.