Laporan: AS-Israel Utus Mediator untuk Redam Serangan Iran, akankah Teheran Melunak?

Iran diprediksi akan menyerang Israel pada Senin ini.

reuters
Sejumlah pesawat nirawak (drone) terlihat selama latihan militer di lokasi yang dirahasiakan di Iran,
Red: A.Syalaby Ichsan

REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN — Salah seorang pejabat Iran mengatakan pada Aljazeera pada Ahad (4/8/2024), setelah Israel melanggar kedaulatan Iran, mereka mengirim mediator untuk meredam dampak dari pembunuhan tersebut. 

Baca Juga


Utusan tersebut yakni kunjungan Menteri Luar Negeri Yordania Ayman Safadi, yang mengatakan bahwa ia tiba di Teheran dengan membawa pesan-pesan dari Raja Yordania dan para pemimpin Amerika Serikat dan Israel. Dia menyebutkan, "Teheran menyampaikan dua pesan kepada Safadi, satu untuk kepemimpinan Yordania dan satu lagi untuk Amerika Serikat dan Israel."

Pejabat tersebut mengonfirmasi Iran telah menolak tawaran dari utusan tersebut. Dia menegaskan, Israel telah melewati semua garis merah dengan peristiwa pembunuhan terhadap Ismail Haniyeh di Teheran pada Rabu (31/7/2024) lalu. Sumber tersebut menegaskan bahwa Israel harus menghadapi konsekuensi atas tindakannya, dengan menyatakan, "Kami tidak ragu bahwa mereka akan membayar harga yang mahal."

Pejabat tersebut juga menolak anggapan bahwa Teheran tidak akan memberikan tanggapan atau hanya memberikan tanggapan simbolis terhadap pembunuhan tersebut. Dia menegaskan bahwa pembalasan apa pun akan "keras dan menyakitkan."


Menteri Luar Negeri Yordania  Ayman Al Safadi. - (EPA-EFE/ANNA SZILAGYI)

Pertemuan dengan Menteri Yordania

Safadi tiba di Teheran pada Ahad lalu untuk bertemu dengan para pejabat Iran, termasuk Pelaksana Tugas Menteri Luar Negeri Iran Ali Bagheri Kani.

Setelah pertemuan tersebut, Safadi mengklarifikasi bahwa ia tidak membawa pesan dari Israel, dengan menyatakan, "Langkah pertama untuk mencegah ketegangan lebih lanjut di wilayah ini adalah menghentikan perang Israel terhadap Gaza."

Dia menambahkan bahwa tujuan kunjungannya ke Teheran adalah untuk menyelesaikan perbedaan antara kedua negara secara transparan, dengan cara yang sesuai dengan kepentingan bersama.

Harapan AS-Israel..

 

Sementara itu, website berita Amerika, Axios, melaporkan sumber-sumber Amerika dan Israel memprediksi Iran akan melakukan serangan yang menargetkan Israel, kemungkinan mulai Senin ini. Serangan tersebut bertepatan dengan kunjungan komandan militer Amerika ke wilayah tersebut untuk menggalang dukungan bagi Israel.

Axios melaporkan bahwa para pejabat Amerika dan Israel mengantisipasi Iran akan segera melancarkan serangan ke Israel, kemungkinan paling cepat pada Senin.

"Para pejabat AS memperkirakan bahwa pembalasan Iran akan berasal dari buku pedoman yang sama dengan serangan 13 April terhadap Israel - tetapi berpotensi lebih besar dalam cakupannya - dan juga dapat melibatkan Hizbullah di Lebanon," kata laporan tersebut.

Menurut portal berita tersebut, para pejabat Amerika dan Israel tidak yakin apakah Iran dan Hizbullah akan mengkoordinasikan serangan-serangan mereka atau beroperasi secara independen. Mereka percaya bahwa baik Iran maupun Hizbullah masih bekerja untuk menyelesaikan rencana militer mereka dan menyetujuinya di tingkat politik, tambah laporan tersebut.

Kapal Induk AS

Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin baru-baru ini mengumumkan pengerahan kapal induk Abraham Lincoln ke Mediterania timur dan satu skuadron jet tempur F-22 untuk bergabung dengan kapal induk Roosevelt yang ditempatkan di Samudra Hindia dekat Laut Arab. Beberapa kapal perusak juga telah dikerahkan di lepas pantai Israel.

Axios mengutip seorang pejabat Amerika yang mengatakan, keputusan Washington untuk meningkatkan kehadiran militernya di wilayah tersebut dimaksudkan untuk menghalangi Iran dan Hizbullah dan mempengaruhi strategi militer mereka.

Di tengah meningkatnya ketegangan, Jenderal Michael Kurilla, yang memimpin pasukan AS di Timur Tengah, telah memulai kunjungan ke beberapa negara Teluk, serta Yordania dan Israel.

Sementara itu, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengadakan rapat kabinet keamanan pada hari Minggu untuk menilai situasi.

Surat kabar Yedioth Ahronoth melaporkan bahwa otoritas keamanan dan politik Israel telah mengintensifkan konsultasi dengan Amerika Serikat tentang bagaimana menanggapi potensi serangan dan bahwa para pejabat telah mendiskusikan kemungkinan untuk meluncurkan serangan preemptive.

Surat kabar ini juga mencatat bahwa kementerian-kementerian telah diinstruksikan untuk mempersiapkan diri untuk semua skenario, termasuk kemungkinan perang multi-barisan yang melibatkan ribuan target. Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengadakan rapat kabinet keamanan pada Ahad ini untuk menilai situasi.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler