Siapa Yahya Sinwar, Mengapa Ia Dipilih Gantikan Ismail Haniyeh?

Penunjukkan Yahya Sinwar mengirimkan sinyal kuat ke Israel.

AP/John Minchillo
Yahya Sinwar, pemimpin Palestina Hamas di Jalur Gaza.
Red: Fitriyan Zamzami

REPUBLIKA.CO.ID, GAZA – Kelompok perlawanan Palestina, Hamas, mengumumkan pemimpin mereka di Gaza, Yahya Sinwar sebagai kepala biro politik menggantikan Ismail Haniyeh yang syahid pekan lalu. Siapa tokoh itu dan apa pesan penunjukannya sebagai kepala biro politik?

Baca Juga


Patut dicatat, Hamas memiliki sejumlah tokoh yang berada di posisi yang lebih aman di luar Palestina. Sementara Sinwar saat ini bersama warga Gaza tengah bertahan dari gempuran brutal Israel di wilayah terkepung tersebut.

Selain itu, Sinwar juga dilihat sebagai sosok yang lebih frontal dalam perlawanannya terhadap Israel. Ia Dianggap sebagai arsitek serangan 7 Oktober terhadap Israel. Pihak Israel tak menutup-nutupi niatan mereka menghabisi Sinwar. Para petinggi militer penjajah bahkan menyatakan bahwa Sinwar saat ini “hidup dalam waktu pinjaman”.

Artinya, penunjukkan Sinwar adalah juga pesan penting terhadap Israel: Bahwa perlawanan di Gaza tak akan mengendur. Penunjukkan ini bisa dilihat dalam kerangka tantangan kepada entitas penjajah.

“Saya pikir fokus pada Gaza, dan fokus pada Sinwar, adalah sinyal pembangkangan yang besar,” kata analis politik senior Aljazirah, Marwan Bishara. “Dan fakta bahwa Hamas tidak akan kehilangan Gaza, bahwa Hamas akan tetap menjadi kekuatan di Gaza, dan karenanya pemimpinnya tetap ada di sana.”

Analisis dari American Enterprise Institute’s Critical Threats Project, Institute for the Study of War dan CNN melansir bahwa hampir setengah dari batalion militer Hamas di Gaza utara dan tengah telah membangun kembali beberapa kemampuan tempur mereka. Hal ini menyangkal klaim Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu bahwa mereka berhasil melumpuhkan pejuang Hamas.

Sayap militer Hamas, yang dikenal sebagai Brigade al-Qassam, dibagi menjadi 24 batalyon yang tersebar di seluruh wilayah, menurut militer Israel. Per 1 Juli, hanya tiga dari 24 batalyon ini yang tidak lagi bisa bertempur secara efektif karena dihancurkan oleh militer Israel, menurut penilaian CTP dan ISW. Delapan batalyon tempur efektif, mampu melaksanakan misi melawan tentara Israel di darat di Gaza.

Sedangkan 13 sisanya telah terdegradasi, hanya mampu melakukan serangan gerilya secara sporadis dan sebagian besar tidak berhasil. Batalyon di Gaza tengah adalah yang paling sedikit mengalami kerusakan di jalur tersebut, menurut sumber dan analisis militer Israel. Sumber-sumber Israel mengatakan mereka belum “menangani” batalyon-batalyon tersebut secara memadai karena mereka diyakini menyandera banyak orang Israel.

Analisis CTP, ISW dan CNN mengenai kemampuan Hamas untuk menyusun kembali fokus pada 16 batalyon di Gaza tengah dan utara, yang merupakan target serangan Israel yang paling lama berjalan. Tujuh dari 16 batalyon ini telah mampu menyusun dan membangun kembali beberapa kemampuan militer mereka setidaknya sekali dalam enam bulan terakhir. Semua ini berada di bagian utara Jalur Gaza yang diluluhlantakkan Israel.

Daftar Panjang Pembunuhan Politik Israel - (Republika)

“Dia [Sinwar] telah melejit ke posisi berpengaruh di Hamas, memimpin Hamas di Gaza. Pilihan Hamas untuk menunjuknya sebagai pemimpin gerakan tersebut kini menempatkan Gaza sebagai pusat perhatian, bukan hanya kejadian di lapangan, namun tentu saja dinamika dalam gerakan Hamas,” kata Nour Odeh, seorang analis politik Palestina yang berbasis di Ramallah kepada Aljazirah. “Dan ini benar-benar mengirimkan sinyal, sejauh menyangkut negosiasi gencatan senjata, bahwa Gazalah yang mengambil keputusan.”

Hizbullah menyambut baik penunjukan Sinwar pada Selasa malam, dan menyebutnya sebagai pesan yang kuat kepada Israel dan Amerika Serikat, dan menunjukkan bahwa Hamas bersatu dalam pengambilan keputusan. “Memilih saudara Yahya Sinwar dari jantung Jalur Gaza yang terkepung – yang berada di garis depan dengan pejuang perlawanan dan di antara anak-anak bangsanya, di bawah reruntuhan, blokade, pembunuhan dan kelaparan – menegaskan kembali bahwa tujuan yang ingin dicapai musuh yakni membunuh para pemimpin telah gagal,” kata kelompok itu dalam sebuah pernyataan.

Sinwar kini akan mencoba mendorong gerakan tersebut melewati masa-masa yang tidak menentu di seluruh wilayah dari lokasi yang tidak diketahui di Gaza. Pemimpin Palestina yang tinggal di Gaza adalah musuh publik nomor satu di Israel. Jadi, dengan memilihnya sebagai kepala biro politik, Hamas mengirimkan pesan pembangkangan kepada pemerintah Israel.

Namun masih belum jelas bagaimana Sinwar dapat berkomunikasi dengan sesama anggota Hamas, menjalankan operasi politik sehari-hari gerakan tersebut, dan mengawasi perundingan gencatan senjata di Gaza sambil bersembunyi.

Begini profil Yahya Sinwar, baca halaman selanjutnya

Lahir pada 1962 di Khan Younis, Sinwar sering digambarkan sebagai salah satu pejabat tinggi Hamas yang paling tidak kenal kompromi. Dia ditangkap berulang kali oleh Israel pada awal tahun 1980an karena keterlibatannya dalam aktivisme anti-pendudukan di Universitas Islam di Gaza.

Setelah lulus, ia membantu membangun jaringan pejuang untuk melakukan perlawanan bersenjata melawan Israel. Kelompok tersebut kemudian menjadi Brigade Qassam, sayap militer Hamas. Sinwar bergabung dengan Hamas sebagai salah satu pemimpinnya segera setelah kelompok itu didirikan oleh Syekh Ahmad Yasin pada tahun 1987.

Tahun berikutnya, ia ditangkap oleh pasukan Israel dan dijatuhi empat hukuman seumur hidup – setara dengan 426 tahun penjara – karena tuduhan keterlibatan dalam penangkapan dan pembunuhan dua tentara Israel dan empat tersangka mata-mata Palestina. Dia menghabiskan 23 tahun di penjara Israel di mana dia belajar bahasa Ibrani dan menjadi ahli dalam urusan Israel dan politik dalam negeri.

Dia dibebaskan pada tahun 2011 sebagai bagian dari kesepakatan pertukaran tahanan yang mencakup pembebasan tentara Israel Gilad Shalit, yang telah ditangkap oleh Hamas.

Setelah dibebaskan, Sinwar dengan cepat kembali naik pangkat di Hamas. Pada tahun 2012, ia terpilih menjadi anggota biro politik kelompok tersebut dan ditugaskan untuk berkoordinasi dengan Brigade Qassam.

Dia memainkan peran utama politik dan militer selama tujuh minggu serangan Israel terhadap Gaza pada tahun 2014. Tahun berikutnya, Amerika Serikat mencap Sinwar sebagai “teroris global yang ditetapkan secara khusus”.

Pada tahun 2017, Sinwar menjadi ketua Hamas di Gaza, menggantikan Haniyeh, yang terpilih sebagai ketua biro politik kelompok tersebut. Berbeda dengan Haniyeh, yang telah melakukan perjalanan regional dan menyampaikan pidato selama perang yang berlanjut di Gaza, hingga pembunuhannya, Sinwar bungkam sejak 7 Oktober.

foto Yahya Sinwar, pemimpin Palestina Hamas di Jalur Gaza, menyapa para pendukungnya di rapat umum menyusul gencatan senjata yang dicapai setelah perang 11 hari antara penguasa Hamas Gaza dan Israel, Senin, 24 Mei 2021, di Kota Gaza, Jalur Gaza. - (AP/John Minchillo)

Namun dalam sebuah wawancara dengan Vice News pada tahun 2021, Sinwar mengatakan bahwa meskipun orang-orang Palestina tidak ingin berperang karena biayanya yang mahal, mereka tidak akan “mengibarkan bendera putih”. “Untuk waktu yang lama, kami melakukan perlawanan damai dan kerakyatan. Kami berharap dunia, masyarakat bebas dan organisasi internasional akan mendukung rakyat kami dan menghentikan pendudukan yang melakukan kejahatan dan pembantaian rakyat kami. Sayangnya, dunia hanya diam dan menyaksikan,” katanya.

Sinwar kemungkinan menggambarkan Great March of Return, di mana warga Palestina melakukan protes setiap minggu selama berbulan-bulan di perbatasan Gaza pada tahun 2018 dan 2019, namun menghadapi tindakan keras Israel yang menewaskan lebih dari 220 orang dan melukai lebih banyak lagi.

Ketika ditanya tentang taktik Hamas, termasuk menembakkan roket tanpa pandang bulu yang dapat membahayakan warga sipil, Sinwar mengatakan warga Palestina berperang dengan segala cara yang mereka miliki.

Dia menuduh Israel sengaja membunuh warga sipil Palestina secara massal, meski memiliki persenjataan canggih dan tepat sasaran. “Apakah dunia mengharapkan kita menjadi korban yang berkelakuan baik saat kita dibunuh, agar kita dibantai tanpa membuat keributan?” kata Sinwar.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Berita Terpopuler