'Selamat Datang di Neraka', Laporan tentang Kamp Penyiksaan untuk Tahanan Palestina

Sebanyak 60 orang tahanan Palestina meninggal sejak 7 Oktober

AP/Sebastian Scheiner
Seorang penjaga penjara berdiri di penjara Gilboa di Israel utara, Senin, 6 September 2021. Pasukan Israel pada hari Senin melancarkan perburuan besar-besaran di Israel utara dan Tepi Barat yang diduduki setelah beberapa tahanan Palestina melarikan diri semalam dari fasilitas keamanan tinggi di sebuah pelarian yang sangat langka.
Red: A.Syalaby Ichsan

REPUBLIKA.CO.ID, DOHA — Kelompok hak asasi manusia Israel, B'Tselem, telah mengumpulkan kesaksian dari 55 warga Palestina, termasuk 21 orang dari jalur Gaza, yang pernah ditahan di penjara-penjara Israel. Para tahanan ini merinci penyiksaan yang mereka alami.

Baca Juga


Laporan B'Tselem, yang berjudul 'Selamat Datang di Neraka', yang dirilis pada Selasa (6/8/2024), mengungkapkan,  lebih dari selusin fasilitas penjara Israel telah diubah menjadi jaringan kamp yang "didedikasikan untuk penyiksaan narapidana" sejak dimulainya perang Israel di Gaza.

Tentara IDF membawa warga Palestina dari Jalur Gaza untuk dimasukkan ke kamp tahanan. - (IDF/X)

"Tempat-tempat seperti itu, di mana setiap narapidana dengan sengaja dihukum dengan rasa sakit dan penderitaan yang parah dan tanpa henti, pada kenyataannya beroperasi sebagai kamp-kamp penyiksaan," kata laporan itu yang dikutip Aljazirah, Rabu (7/8/2024).

Pelanggaran-pelanggaran tersebut termasuk tindakan kekerasan  dan sewenang-wenang; kekerasan seksual; penghinaan dan degradasi; kelaparan yang disengaja; kondisi yang tidak higienis secara paksa; kurang tidur; pelarangan, dan tindakan hukuman untuk ibadah keagamaan; penyitaan semua barang komunal dan pribadi; dan penolakan perawatan medis yang memadai."

B'Tselem mengatakan setidaknya 60 orang Palestina telah meninggal dalam tahanan Israel sejak 7 Oktober, termasuk sekitar 48 orang dari Gaza. Laporan tersebut mengatakan bahwa kesaksian para tahanan menunjukkan kebijakan institusional yang sistemik dan terfokus pada pelecehan dan penyiksaan yang terus-menerus terhadap semua tahanan Palestina.

Kebijakan ini, katanya, dilaksanakan di bawah arahan Menteri Keamanan Nasional Itamar Ben-Gvir, dengan dukungan penuh dari Perdana Menteri Benjamin Netanyahu.

Mengingat beratnya tindakan tersebut, sejauh mana ketentuan hukum internasional dilanggar, dan fakta bahwa pelanggaran ini ditujukan kepada seluruh populasi tahanan Palestina setiap hari dan dari waktu ke waktu, laporan tersebut mengungkapkan, satu-satunya kesimpulan yang mungkin adalah bahwa dalam melakukan tindakan ini, Israel melakukan penyiksaan yang merupakan kejahatan perang bahkan kejahatan terhadap kemanusiaan, kata laporan itu dalam kesimpulannya.

 

Seruan penyelidikan ICC.. 

 

 

Laporan tersebut meminta Mahkamah Pidana Internasional (ICC) untuk menyelidiki individu-individu yang dicurigai merencanakan, mengarahkan, dan melakukan kejahatan-kejahatan tersebut. Menurut B' Tselem penyelidikan tidak mungkin dilakukan di dalam Israel mengingat seluruh sistem negara, termasuk peradilan, telah dimobilisasi untuk mendukung kamp-kamp penyiksaan tersebut.

B'Tselem juga mencatat bahwa jumlah warga Palestina yang ditahan di penjara Israel telah meningkat dua kali lipat menjadi 9.623 orang sejak perang di Gaza dimulai.

"Kami mengimbau semua negara dan semua lembaga dan badan internasional untuk melakukan segala cara untuk mengakhiri kekejaman yang dilakukan terhadap warga Palestina oleh sistem penjara Israel, dan mengakui bahwa rezim Israel yang menjalankan sistem ini adalah rezim apartheid yang harus diakhiri," demikian kesimpulan dari kelompok tersebut.

Tidak ada reaksi langsung terhadap laporan tersebut dari pihak berwenang Israel.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler