Tokoh Rekaan Bernama Ali al-Shakati yang Membakar Kerusuhan Anti Muslim di Inggris

Ada 27 juta tayangan di media sosial yang berspekulasi penyarang adalah Muslim.

Owen Humphreys/PA via AP
Sebuah mobil terbakar di Parliament Road, di Middlesbrough, Inggris, menyusul protes anti-imigrasi pada Ahad, 4 Agustus 2024.
Red: A.Syalaby Ichsan

REPUBLIKA.CO.ID, Demonstrasi yang membakar kota-kota di Inggris berawal dari peristiwa penikaman yang menewaskan nyawa tiga gadis belia pada akhir Juli lalu. Para pengunjuk rasa yang termakan isu hoaks menyalahkan imigran Muslim sebagai pelaku pembunuhan. Padahal, polisi sudah menyatakan pembunuh bukanlah Muslim bahkan pelaku yang merupakan remaja Kristen muncul di pengadilan. 

Baca Juga


Di Southport pada Selasa lalu, para pengunjuk rasa melempari batu bata ke arah polisi dan masjid setempat, melukai lebih dari 50 polisi. Keesokan harinya di London,, protes serupa terjadi dengan para demonstran di dekat Downing Street meneriakkan, "Selamatkan anak-anak kami," dan "Kami ingin negara kami kembali."

Inti dari protes tersebut adalah keyakinan bahwa tersangka, yang diidentifikasi sebagai Axel Rudakubana, 17 tahun, dan lahir dari orang tua Rwanda di Cardiff, adalah seorang imigran Muslim, padahal bukan.

Pada Kamis, Hakim Andrew Menary di Liverpool Crown Court mencabut perintah untuk tidak menyebutkan identitas Rudakubana karena kerusuhan yang terjadi. Rudakubana juga didakwa pada Kamis lalu dengan tiga tuduhan pembunuhan, sepuluh tuduhan percobaan pembunuhan dan satu tuduhan kepemilikan benda tajam.

 

Lantas, darimana dan bagaimana informasi hoaks ini dimulai?

Pada Senin, tiga anak perempuan - berusia 6, 7 dan 9 tahun - tewas akibat penikaman di sebuah acara tarian dan yoga bertema Taylor Swift untuk anak-anak di Southport. Delapan anak dan dua orang dewasa juga terluka.

 

Tidak banyak informasi yang dirilis mengenai tersangka mengingat dia masih berusia 17 tahun. Hukum di Inggris menyatakan jika mengidentifikasi tersangka yang masih di bawah umur adalah sebuah tindak pidana sampai proses hukum dimulai.


Meski demikian, dengan tidak adanya informasi dari organisasi media dan Kepolisian Merseyside, spekulasi yang tidak berdasar menghasilkan banyak unggahan bernada Islamofobia dan anti-imigran di media sosial.

Klaim palsu tentang asal-usul tersangka menyebar dengan cepat. Diantara informasi hoaks yang beredar yakni munculnya nama Ali al-Shakati sebagai pelaku tanpa adanya sumber resmi. Aljazeera di Instagram resminya melaporkan, nama tersebut bahkan tidak pernah ada. Ada juga klaim bahwa pelaku telah tiba di Inggris dengan perahu kecil pada tahun 2023, yang juga palsu.

Menurut Marc Owen Jones, seorang profesor studi Timur Tengah di Universitas Hamad bin Khalifa di Doha, di mana penelitiannya berfokus pada strategi pengendalian informasi, kesalahan tersebut sangat besar. 

Pada 30 Juli, sehari setelah kejadian, Jones telah melacak setidaknya 27 juta tayangan di media sosial untuk postingan yang menyatakan atau berspekulasi bahwa penyerang adalah seorang Muslim, seorang migran, pengungsi, atau orang asing, katanya lewat platform X.

Influencer Andrew Tate juga mengatakan dalam sebuah video di X bahwa seorang "migran tak berdokumen" yang "tiba dengan perahu" telah menyerang para gadis di Southport.

"Jiwa orang Barat begitu hancur sehingga ketika para penjajah membantai anak-anak perempuan Anda, Anda sama sekali tidak melakukan apa-apa," kata Tate.

Akun-akun lain di X juga menyalahkan Muslim atas serangan tersebut, termasuk Channel 3 Now, yang mengaku sebagai organisasi berita namun latar belakangnya masih belum jelas. Akun ini kemudian menyatakan permintaan maaf atas penyebaran informasi yang keliru tersebut, tulis Aljazeera.

Siapa penyebar informasi hoaks tersebut?

Pada Selasa, Tommy Robinson, seorang juru kampanye sayap kanan anti-Islam, mengatakan kepada 800.000 pengikutnya di X bahwa ada "lebih banyak bukti yang menunjukkan Islam adalah masalah kesehatan mental dan bukannya agama perdamaian".

"Mereka menggantikan bangsa Inggris dengan para pendatang yang bermusuhan, penuh kekerasan, dan agresif. ... Anak-anak Anda tidak penting bagi [pemerintah Partai Buruh]," kata dia.

 

Keterlibatan aktivis sayap kanan..

 

Menurut Kepolisian Merseyside, anggota Liga Pertahanan Inggris sayap kanan, yang didirikan Robinson, termasuk di antara mereka yang melakukan kerusuhan di Southport pada Selasa.

Pada saat yang sama, anggota parlemen sayap kanan Nigel Farage mengunggah video berdurasi satu menit di X yang mempertanyakan apakah polisi, yang mengatakan bahwa serangan itu tidak "terkait teror", mengatakan yang sebenarnya.


Dengan banyaknya disinformasi yang tersebar di dunia maya, anggota parlemen dari Southport, Patrick Hurley, mengatakan kepada program Radio 4 Today di BBC pada Rabu lalu bahwa aksi protes diinisiasi oleh orang-orang dari luar kota.

Dia menambahkan, para preman yang telah menguasai kereta api. Mereka menggunakan kematian tiga anak kecil untuk tujuan politik mereka sendiri.

Di X, Jones juga menjelaskan bahwa setelah serangan apa pun, ada upaya yang jelas untuk mengeksploitasi insiden tragis tersebut oleh para influencer dan grifter sayap kanan. Mereka mendorong agenda anti-imigran dan xenofobia meskipun tidak ada bukti.

Apa tanggapan dari polisi dan pemerintah?

Setelah protes digelar pada Rabu di Downing Street, Perdana Menteri Keir Starmer mengecam "preman-preman kejam" yang bentrok dengan polisi di London. Starmer mengatakan bahwa mereka akan merasakan kekuatan hukum.

Kepolisian Metropolitan London mengatakan pada Kamis bahwa 111 orang telah ditangkap atas pelanggaran termasuk kekacauan dengan kekerasan dan penyerangan terhadap petugas polisi.

Orang-orang di Southport juga mengecam protes kekerasan dan telah membantu membangun kembali bagian-bagian masjid setempat, yang diserang selama protes.

Pada Kamis, Starmer bertemu dengan para pemimpin polisi senior untuk menawarkan "dukungan penuh" setelah "insiden kekerasan ekstrem dan kekacauan publik".

"Meskipun hak untuk melakukan protes damai harus dilindungi dengan cara apa pun, kami akan menegaskan bahwa para penjahat yang mengeksploitasi hak tersebut untuk menebarkan kebencian dan melakukan tindakan kekerasan akan menghadapi kekuatan penuh dari hukum," kata kantornya sebelum pertemuan tersebut.

Dalam pertemuan tersebut, perdana menteri meminta para kepala polisi di seluruh negeri untuk meningkatkan koordinasi dalam menangani protes dengan kekerasan.

Starmer juga mengutuk aksi protes tersebut dalam sebuah konferensi pers pada hari Kamis, dengan mengatakan, "Sejauh menyangkut kelompok sayap kanan, ini terkoordinasi. Ini disengaja."

"Ini bukan protes yang lepas kendali. Ini adalah sekelompok individu yang benar-benar bertekad untuk melakukan kekerasan."

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Berita Terpopuler