Nagasaki Tolak Undang Israel untuk Peringati Bom Atom, Negara Barat Ngambek

Wali Kota Nagasaki sebelumnya mendesak gencatan senjata di Gaza.

Kyodo News via AP
Walikota Nagasaki Shiro Suzuki (kanan) mengheningkan cipta saat upacara peringatan 78 tahun bom atom di Nagasaki, Jepang selatan Rabu, 9 Agustus 2023.
Red: Fitriyan Zamzami

REPUBLIKA.CO.ID, NAGASAKI – Wali Kota Nagasaki Shiro Suzuki menegaskan keputusan kotanya menolak kehadiran Israel dalam seremonial peringatan bom atom yang dijatuhkan AS di negara itu pada 1945. Keputusan itu membuat sejumlah negara Barat menolak menghadirkan duta besar mereka.

Baca Juga


Japan Times melansir, Suzuki menyatakan menyayangkan penolakan duta besar AS dan Inggris untuk menghadiri upacara memperingati bom atom tahun 1945. Namun, ia tetap pada keputusan untuk tidak mengundang “Israel” ke acara tahunan pada Jumat nanti.

Ia menekankan bahwa kebijakan “tidak bersifat politis” dan bertujuan untuk menghindari potensi protes mengenai genosida Israel yang sedang berlangsung terhadap warga Palestina di Gaza. “Sangat disayangkan mereka telah menyampaikan kepada kami bahwa duta besar mereka tidak dapat hadir,” kata Shiro Suzuki kepada wartawan.

“Kami mengambil keputusan yang komprehensif bukan karena alasan politik. Kami ingin upacara berjalan lancar dalam suasana damai dan khidmat,” tambahnya. 

Suzuki mengatakan pekan lalu bahwa Duta Besar Israel untuk Jepang Gilad Cohen tidak diundang ke acara pada Jumat di kota Jepang selatan itu karena risiko kemungkinan protes atas perang Israel-Hamas. Suzuki juga mengatakan pada Juni bahwa Nagasaki telah mengirim surat ke kedutaan Israel yang menyerukan gencatan senjata segera di Gaza.

Para duta besar dari negara-negara Barat termasuk Amerika Serikat menyatakan akan melewatkan upacara yang menandai peringatan 79 tahun pemboman Nagasaki setelah Israel dihina, kata para pejabat pada Rabu.

Kedutaan besar AS dan Inggris mengatakan pada hari Rabu bahwa duta besar mereka tidak akan ambil bagian dalam pertemuan tersebut dan bahwa negara mereka akan diwakili oleh diplomat berpangkat lebih rendah.

Upacara Hiroshima dan Nagasaki diadakan setiap tahun pada tanggal 6 dan 9 Agustus, tanggal dimana Amerika Serikat menjatuhkan senjata nuklir di kota-kota Jepang, menewaskan lebih dari 100,00 orang dan menyebabkan Jepang menyerah tanpa syarat dan berakhirnya Perang Dunia II.

Pada 9 Agustus 1945, Amerika Serikat menjatuhkan bom atom di Nagasaki, menewaskan 74.000 orang termasuk banyak penyintas dari ledakan tetapi kemudian meninggal karena paparan radiasi. Ini terjadi tiga hari setelah bom nuklir pertama di Hiroshima yang menewaskan 140.000 orang. Jepang mengumumkan penyerahannya pada Perang Dunia II pada 15 Agustus 1945.

Amerika Serikat, Inggris, Perancis, Italia, dan Uni Eropa – ditambah Kanada dan Australia – semuanya mengirimkan diplomat di bawah tingkat duta besar untuk menghadiri upacara tersebut.

Dalam surat mereka kepada Suzuki yang dilihat oleh AFP, enam utusan Barat telah memperingatkan “akan sulit bagi kami untuk berpartisipasi dalam acara ini” jika Israel tidak diikutsertakan.

Pemandangan awan jamur yang difoto dari darat pada pengeboman atom Nagasaki pada 9 Agustus 1945. - (NAGASAKI ATOMIC BOMB MUSEUM)

Hanya kedutaan besar AS dan Inggris yang secara eksplisit mengaitkan keputusan Nagasaki untuk tidak mengundang Duta Besar Israel Gilad Cohen, meskipun sebuah sumber mengatakan kepada AFP bahwa tindakan Italia juga merupakan konsekuensi langsung.

Kedutaan Besar Inggris mengatakan Duta Besar Julia Longbottom juga tidak akan berada di Nagasaki saat upacara. Mereka menambahkan bahwa tidak mengundang Israel “menciptakan persamaan yang disayangkan dan menyesatkan dengan Rusia dan Belarus – dua negara lain yang tidak diundang pada upacara tahun ini.”

Seorang juru bicara kedutaan Perancis menyebut keputusan Suzuki “disesalkan dan dipertanyakan,” sementara misi Jerman mengkritik “menempatkan Israel pada level yang sama dengan Rusia dan Belarus.”

Cohen, yang menghadiri upacara peringatan serupa di Hiroshima pada Selasa, mengatakan pekan lalu bahwa keputusan Nagasaki “mengirimkan pesan yang salah kepada dunia.”

Kedubes AS di Jepang digeruduk pendemo...baca halaman selanjutnya

Keputusan Kedubes AS di Jepang menolak hadir di Nagasaki tersebut langsung memicu reaksi. Sejumlah pengunjuk rasa pro-Palestina berkumpul di luar misi diplomatik Washington di Tokyo untuk memprotes penolakan AS. Video yang diposting di platform media sosial X menunjukkan pengunjuk rasa meneriakkan slogan-slogan pro-Palestina dan anti-Israel dan polisi menghentikan mereka mendekati gedung kedutaan.

Sambil membawa bendera Palestina tiga warna, para pengunjuk rasa terdengar meneriakkan “Bebaskan Gaza”, “Tidak, Tidak untuk penjajahan”, dan “Iya untuk pembebasan” dalam video yang diposting oleh aktivis perdamaian Thoton Akimoto, yang vokal menentang invasi Israel ke Gaza.

Video lain yang diposting oleh @kojiskojis menunjukkan para pengunjuk rasa membawa spanduk dan plakat bertuliskan slogan-slogan anti-Israel. Sebuah video yang diposting di akun yang sama menunjukkan para pengunjuk rasa berkumpul di luar Kedutaan Besar Inggris di Tokyo dan mengibarkan slogan-slogan pro-Palestina.

Sedangkan kelompok hak-hak sipil di AS berterima kasih kepada Nagasaki karena tidak mengundang perwakilan negara yang tidak mematuhi perjanjian antisenjata nuklir, ‘walaupun memiliki senjata nuklir’. Dewan Hubungan Amerika-Islam (CAIR), organisasi advokasi dan hak-hak sipil Muslim terbesar di AS, hari ini mengecam keputusan duta besar AS untuk Jepang yang menolak undangan menghadiri upacara peringatan perdamaian tahunan di Nagasaki.

Bulan lalu, CAIR bergabung dengan seruan internasional agar kota Hiroshima tidak mengundang Israel dari peringatan tahunan bom atom tahun 1945 sehubungan dengan genosida Israel yang sedang berlangsung di Gaza.

“Daripada membela pemerintahan sayap kanan yang melakukan genosida, perwakilan negara kita di seluruh dunia harus menganut standar universal hak asasi manusia dan kemanusiaan yang tidak mengecualikan rakyat Palestina. Kami berterima kasih kepada kota Nagasaki karena tidak mengundang perwakilan negara yang saat ini terlibat dalam genosida dan tidak mematuhi Perjanjian Non-Proliferasi Nuklir, meskipun memiliki senjata nuklir,” bunyi pernyataan CAIR.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler