Timnas Sepakbola Palestina Pilih Malaysia Jadi Kandang Sementara
Indonesia ikut menawarkan diri jadi kandang Timnas Palestina.
REPUBLIKA.CO.ID, DOHA – Malaysia akan jadi kandang sementara Tim Nasional Sepakbola Palestina pada pertandingan babak ke-3 Kualifikasi Piala Dunia 2026. Keputusan ini diambil setelah federasi sepak bola dunia (FIFA) menolak pertandingan kandang Palestina dilangsungkan di wilayah Palestina.
Setelah melaju ke putaran ketiga kualifikasi Piala Dunia, tim Palestina mengusulkan untuk mengadakan pertandingan di kandang sendiri di Al Ram. Asosiasi Sepak Bola Palestina (PFA) mengumumkan bahwa FIFA telah menolak permintaannya untuk menjadi tuan rumah pertandingan putaran ketiga dan terakhir kualifikasi Piala Dunia 2026, yang dimulai pada bulan September karena perang yang sedang berlangsung di Gaza.
“Asosiasi Sepak Bola Palestina telah menerima pesan dari FIFA mengenai pertandingan kandang kami untuk tahap kualifikasi ketiga dan terakhir Piala Dunia, yang memberi tahu kami bahwa kami tidak akan memainkan pertandingan kandang kami di Palestina.” kata PFA dalam sebuah pernyataan dilansor Doha News, pekan lalu.
“Kami telah lama membela hak kami untuk memainkan pertandingan-pertandingan ini di negara kami, menegaskan kembali komitmen kami kepada para pemain, penggemar, dan semangat sepak bola, terutama mengingat keadaan yang dihadapi rakyat kami saat ini, termasuk genosida Israel yang sedang berlangsung di Gaza dan pendudukan ilegal. Palestina,” tambah pernyataan itu.
Sebaliknya, PFA mengumumkan bahwa Malaysia telah dipilih sebagai tempat pertandingan antara tim nasional dan Yordania, yang dijadwalkan pada 10 September. Dalam pernyataannya, PFA mengucapkan terima kasih kepada beberapa negara Teluk termasuk Qatar, atas tawaran mereka menjadi tuan rumah pertandingan tersebut.
Namun, mereka memilih Malaysia karena kedekatan geografisnya dengan tempat laga pembuka timnas melawan Korea Selatan pada 5 September. “Mengingat kenyataan ini, kami memutuskan untuk memainkan pertandingan kandang pertama kami melawan Yordania pada 10 September di Malaysia. Kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada negara-negara yang menawarkan untuk menjadi tuan rumah pertandingan kandang kami, termasuk Arab Saudi, Yordania, Kuwait, Aljazair, Malaysia, Indonesia, dan Qatar. Dukungan mereka menunjukkan solidaritas yang kuat dan persahabatan yang mendalam dengan rakyat Palestina,” tambah pernyataan itu.
“Kami meminta maaf kepada fans kami karena tidak bisa memainkan pertandingan kandang kami di Palestina dan kami berharap dapat menemukan formula terbaik yang memungkinkan orang-orang kami mendukung tim nasional kami,” tambah pernyataan itu. “Kami berkomitmen untuk terus memperjuangkan hak kami untuk bermain di Yerusalem. Kami percaya ini adalah hak kami dan hak penggemar kami untuk mendukung tim mereka dan membuat sejarah bersama.”
Asosiasi Sepak Bola Malaysia (FAM) dalam pernyataannya pada Kamis (8/8/2024) mengiyakan keputusan itu. The Star melaporkan, keputusan tersebut diambil setelah diskusi antara presiden FAM Datuk Hamidin Mohd Amin dan PFA baru-baru ini.
“Setelah berdiskusi, tercapai kesepakatan antara FAM dan PFA dimana Datuk Hamidin yang juga anggota Dewan FIFA setuju untuk menawarkan tempat netral di Malaysia dan dipilihlah Stadion Sepak Bola Kuala Lumpur,” kata FAM. FAM sekaligus menggambarkan suatu kehormatan besar bagi Malaysia menjadi satu-satunya negara yang dipercaya Palestina menjadi tempat netral bagi timnasnya. FAM juga akan memberikan dukungan dan bantuan penuh kepada PFA selama timnas Palestina berada di Tanah Air.
Bulan lalu, tim Palestina mencetak sejarah dengan melaju ke babak ketiga kualifikasi kontinental untuk pertama kalinya. Karena perang genosida yang sedang berlangsung di Jalur Gaza, mereka memainkan pertandingan kandangnya di Kuwait dan Qatar. “Bermain di tempat netral tidaklah permanen dan tidak pernah dimaksudkan untuk itu, jadi Faisal Al-Husseini siap menjadi tuan rumah.”
Susan Shabali, wakil presiden PFA, mengatakan kepada The Associated Press. Stadion Internasional Faisal Al-Husseini, dengan kapasitas 12.500 orang, terletak di kota Al Ram, Tepi Barat. Pada tahun 2019, stadion ini menjadi tuan rumah pertandingan kandang kompetitif terbaru tim, kualifikasi Piala Dunia melawan Arab Saudi yang berakhir imbang 0-0.
Di tanah air mereka, sepak bola Palestina babak belur dihajar pemboman brutal oleh Israel. Namun di tengah nelangsa itu, al-Fida’i alias Para Pejuang, julukan yang kini sangat pas bagi Tim Nasional Sepak Bola Palestina, justru mencatatkan sejarah lolos ke babak ketiga kualifikasi Piala Dunia 2026.
Palestina menciptakan sejarah itu menyusul hasil imbang tanpa gol pada Kamis melawan Lebanon di Stadion Jassin al Hammad di Doha. Palestina, yang memasuki pertandingan Grup I dengan tujuh poin, hanya membutuhkan hasil imbang untuk lolos. Permainan kasar Lebanon, yang mendapatkan tujuh kartu kuning, tak berhasil menembus pertahanan Para Pejuang.
Catatan ini juga akan menandai keempat kalinya berturut-turut Palestina mengamankan tempat mereka di putaran final Piala Asia AFC, yang akan diselenggarakan oleh Arab Saudi pada tahun 2027. Pasukan manajer Makram Daboub akan menghadapi Australia pada 11 Juni mendatang untuk menentukan nasib mereka selanjutnya dalam upaya meraih tiket ke Piala Dunia 2026.
Capaian Palestina ini tergolong istimewa jika menengok kondisi persepakbolaan mereka di kampung halaman. Sejumlah stadion sepak bola profesional di Gaza tampaknya telah dimasukkan dalam daftar target tentara Israel sejak awal perang.
Sempat muncul gambar dan video yang memperlihatkan sejumlah besar pemuda Palestina ditelanjangi hingga hanya mengenakan pakaian dalam di bawah todongan senjata oleh tentara Israel di Stadion Yarmuk, di Gaza utara.
Asosiasi Sepak Bola Palestina mengatakan bahwa dalam periode antara 7 Oktober dan 6 Desember, mereka mendokumentasikan pembunuhan 85 atlet Palestina. Sebanyak 55 di antara mereka yang syahid adalah pemain sepak bola dan 30 lainnya adalah atlet cabang olahraga lain.
“Diindikasikan bahwa pasukan pendudukan Israel, dalam agresi berkelanjutan mereka terhadap wilayah utara dan selatan negara itu, menargetkan atlet dan fasilitas olahraga Palestina, terutama pemain sepak bola, dan presiden klub, administrator, wasit, dan lainnya,” tulis asosiasi sepak bola Palestina dalam surat meminta Israel disanksi oleh FIFA.
Kantor berita resmi Palestina, WAFA bahwa di antara para pemain sepak bola yang terbunuh termasuk 18 anak-anak dan 37 remaja. Dua di antaranya dibunuh di Tepi Barat. Jauh sebelum dimulainya perang Israel, para pemain sepak bola Palestina kerap menjadi sasaran militer Israel, sering kali dibunuh, disakiti, dan ditahan dengan berbagai alasan. Tim sepak bola Palestina, termasuk tim nasional, sering kali dilarang bergerak bebas antara Tepi Barat yang diduduki dan Gaza yang terkepung. Para pemain Gaza telah berulang kali dilarang bergabung dengan skuad tim nasional dalam pertandingan regional dan internasional.