Pembangunan Ketiga Kuil Sulaiman dan Ritual Sapi Merah di Masjid Al-Aqsa , Ancaman Nyata?

Zionis Israel terus melakukan provokasi di Masjid Al-Aqsa

AP Photo/Mahmoud Illean
Warga Palestina menghadiri perayaan hari raya Idul Fitri di dekat kuil Kubah Batu di kompleks Masjid Al Aqsa di Kota Tua Yerusalem, Rabu, (10/4/2024).
Rep: Fitrian Zamzami, Andri Saubani Red: Nashih Nashrullah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA-Gerakan Zionis telah mencoba sejak abad ke-19 untuk menggali kisah Bait Suci dari lipatan sejarah kuno dan mengeksploitasinya sebagai dalih untuk menduduki Palestina.

Sementara fakta sejarah membuktikan bahwa orang-orang Yahudi, berdasarkan keyakinan mereka, hanya memiliki entitas politik selama 70 tahun, yaitu periode di mana dua nabi Allah, Daud dan Sulaiman 'alaihissalam, memerintah dari tahun 1000 SM hingga 928 SM.

Sementara Palestina tetap menjadi wilayah Arab Muslim sejak penaklukan Islam pada abad ketujuh Masehi hingga sekarang, dan periode singkat ketika orang-orang Yahudi membentuk kerajaan tidak memberikan mereka dasar historis untuk mengklaim Palestina.

Para ekstremis gerakan Zionis menekankan klaim mereka bahwa situs Bait Suci yang dihancurkan pada 70 Masehi adalah tempat yang sama di mana Masjid Al-Aqsa dibangun.

Banyak sejarawan dan arkeolog Muslim telah membantah klaim ini, termasuk bahwa Masjid Al-Aqsa dibangun lebih dari seribu tahun sebelum kemunculan Nabi Sulaiman dan tetap ada sejak tanggal tersebut hingga hari ini, dan bahwa orang yang membangun Masjid Al-Aqsa adalah seorang nabi, apakah itu Adam, Abraham atau Yakub, dan bahwa orang yang membangun Bait Suci juga seorang nabi, yaitu Sulaiman.

Maka tidak dapat diterima secara akal sehat bahwa seorang nabi datang untuk menghancurkan sebuah tempat yang dibangun oleh nabi sebelumnya untuk membangun sebuah bait suci di atas reruntuhannya, dan juga disebutkan dalam berbagai sumber referensi tentang pembangunan dan pembongkaran Bait Suci beberapa kali, tetapi tidak ada satupun referensi tentang pembongkaran Masjid Al-Aqsa.

Akhirnya, otoritas pendudukan Israel telah menggali beberapa area di bawah Temple Mount sejak tahun 1967, dan tidak menemukan jejak yang menunjukkan bahwa tempat ini pernah menjadi tempat sebuah kuil.

Baca Juga



Meskipun demikian, kaum Zionis masih bersikeras bahwa Bait Suci adalah bagian dari Tembok Barat Masjid Al-Aqsa, dan bahwa tembok ini adalah sisa-sisa terakhir dari Kuil Salomo, yang mereka sebut sebagai Tembok Ratapan.

Namun, pernyataan ini tidak didasarkan pada dasar agama, sejarah atau hukum apa pun, dan ada kontradiksi yang jelas dalam sumber-sumber sejarah yang mereka andalkan dalam aspek ini

Menghidupkan kembali...


Menghidupkan kembali kisah Bait Suci

Baru pada abad kesembilan belas orang-orang Yahudi mengangkat isu pencarian dan pembangunan kembali Kuil Sulaiman sebagai persiapan untuk penerbitan Deklarasi Balfour yang terkenal dan pendirian negara nasional bagi mereka di tanah Palestina, dan tulisan-tulisan Yahudi muncul di koran-koran besar Barat yang menyerukan pembangunan kembali Bait Suci di Palestina.

Langkah-langkah praktis pertama ke arah ini diambil pada 20 Maret 1918, ketika sebuah delegasi Yahudi yang dipimpin oleh Haim Weizmann tiba di Yerusalem dan mengajukan permohonan kepada gubernur militer Inggris saat itu, Jenderal Storrs, memintanya untuk mendirikan universitas Ibrani di Yerusalem dan menerima Tembok Barat di Bukit Bait Allah, di samping proyek untuk memiliki tanah di Kota Suci.

Revolusi Al-Buraq (1929)

Setelah gerakan nasional Palestina menyadari tuntutan-tuntutan ini, sebuah revolusi rakyat besar-besaran pecah pada 1929. Pada tahun itu, sebuah demonstrasi yang penuh kekerasan terjadi di mana kaum Muslimin bentrok dengan sekelompok Zionis yang ingin menyerbu Masjid Al-Aqsa dan mengadakan upacara keagamaan di Tembok Al-Buraq.

Demonstrasi-demonstrasi ini memicu pendirian perkumpulan "Hirasat al-Masjid al-Aqsa/Menjaga Masjid Al-Aqsa", yang cabang-cabangnya tersebar di sebagian besar kota-kota Palestina.

Tak hanya Muslim, umat Kristiani ikut serta dengan para pemimpin gerakan nasional untuk mempertahankan tanah Palestina, dan selama periode itu Komite Eksekutif Konferensi Kristiani Islam terpilih dan melakukan beberapa kunjungan ke luar negeri ke negara-negara Arab dan beberapa ibu kota Eropa untuk memperingatkan akan adanya bahaya yang akan terjadi.

Laporan Liga Bangsa-Bangsa

Sebagai hasil dari gangguan-gangguan ini dan gerakan-gerakan politik yang menyertainya, Liga Bangsa-Bangsa membentuk sebuah komite internasional untuk menyelidiki kepemilikan Tembok, dan menyiapkan laporannya, yang diterbitkan pada tahun 1930, yang menyatakan:

"Komite ini menyatakan, berdasarkan penyelidikannya, bahwa kepemilikan dan hak pembuangan Tembok dan tempat-tempat yang berdekatan yang dibahas dalam laporan ini adalah milik kaum Muslim, karena Tembok itu sendiri adalah milik kaum Muslim sebagai bagian integral dari Haram al-Syarif... Trotoar di Tembok tempat orang-orang Yahudi melakukan ritual juga merupakan milik kaum Muslim."

Sebelumnya...

Sebelumnya, Polisi Israel telah mengeluarkan larangan selama enam bulan terhadap Imam Masjid Al-Aqsa Syekh Ikrimah Sabri untuk memasuki Kompleks al-Aqsa.

Hal ini diumumkan tak lama setelah sekelompok ekstremis Yahudi melakukan latihan penyembelihan sapi merah sebagai persiapan penghancuran situs tersuci ketiga umat Islam tersebut.

Keputusan pelarangan tersebut, yang diumumkan pada Kamis pagi, dikonfirmasi oleh pengacara Sheikh Sabri, Khaled Zabarqa, dalam pernyataan pers. 

New Arab menyatakan larangan tersebut menyusul penangkapan Syekh Sabri Jumat lalua setelah menyampaikan khotbah di Masjid al-Aqsa memuji kesyahidan kepala biro politik Hamas Ismail Haniyeh.

Meskipun ia dibebaskan tak lama setelah itu, larangan tersebut secara resmi diberlakukan Kamis. Dewan Wakaf Islam dan Tempat Suci di Yerusalem mengecam keras larangan tersebut.

Dalam siaran persnya, dewan tersebut mengkritik pemerintah Israel karena menerapkan larangan terhadap Ikrimah Sabri, seorang anggota dewan dan seorang tokoh terkemuka, untuk memasuki masjid selama enam bulan.

Dewan menegaskan kembali posisinya bahwa umat Islam memegang hak eksklusif atas Masjid al-Aqsa, termasuk seluruh area seluas 144 dunam, semua tempat ibadah, bangunan, halaman, tembok, dan jalur aksesnya. Ditegaskan bahwa tidak ada otoritas yang berhak mencegah Muslim manapun mengakses masjid untuk shalat dan menunaikan kewajiban agama mereka.

Dewan Wakaf Islam menggarisbawahi bahwa tindakan terhadap anggotanya tidak akan menghalangi mereka dari tugas membela dan melindungi Masjid Al-Aqsa.

Dewan menegaskan kembali bahwa masjid tersebut adalah situs suci Islam khusus bagi umat Islam, di bawah perwalian Raja Abdullah II bin Al-Hussein, yang mengawasi situs suci Islam dan Kristen di Yerusalem. Israel telah menduduki Tepi Barat Palestina, termasuk Yerusalem Timur, sejak 1967.

Provokasi Israel di Kompleks Masjid al-Aqsa - (Republika)

Warga Palestina takut bahwa Israel pada akhirnya akan mencoba membongkar masjid tersebut dengan kuil Yahudi atau membagi tempat suci tersebut antara Muslim dan Yahudi berdasarkan waktu dan ruang yang tersedia. 

Pemukim dan pihak berwenang Israel telah lama berupaya mengubah Yerusalem Timur dari kawasan Muslim dan Kristen Palestina menjadi kawasan Yahudi. Ancaman terhadap kesucian Al-Aqsa adalah masalah besar bagi banyak warga Palestina dan Muslim di seluruh dunia.

Baca jugaMedia Amerika Serikat Ungkap Hamas Justru Semakin Kuat, Bangun Kembali Kemampuan Tempur

Satu kelompok religius Israel seperti diberitakan oleh Middle East Eye, Rabu (7/8/2024) berlatih mempraktikkan ritual pengurbanan sapi merah, yang adalah simbol dari dimulainya proses pembangunan kuil Yahudi di lokasi berdirinya Masjid al-Aqsa saat ini.

Merujuk tradisi Yahudi, abu hasil pembakaran sapi merah dibutuhkan dalam proses pemurnian sebagai syarat dibangunnya kuil di Yerusalem.

 Kuil itu, menurut...
 

Kuil itu, menurut kepercayaan kelompok Yahudi radikal, harus dibangun di perbukitan di Kota Tua Yerusalem yang dikenal dengan Bukit Bait Suci di mana Masjid al-Aqsa dan Kubah Shakhrah alias Kubah Batu saat ini berdiri. Sebagian orang percaya rangkaian ritual pengurbanan sapi merah dan pembangunan kuil sebagai syarat kedatangan sang penyelamat atau messiah dan hari kiamat.

"Para jemaat kuil saat ini mempraktikkan the Mitzvah (kewajiban religius) dari sapi merah di depan Bukit Bait Suci, yang akan membuat kembalinya proses pemurniaan dan praktik dari semua peribadatan di kuil," ujar jurnalis, Yinon Magal pada Selasa (7/8/2024) lewat unggahan foto bergambar para aktivis dari Institut Kuil.

Selama bertahun-tahun, anggota dari komunitas Kuil Ketiga yang dikomandoi oleh Institut Kuil berbasis di Yerusalem, mencari seekor sapi merah yang sesuai dengan deskripsi Taurat.

Sapi merah yang sempurna tidak boleh memiliki cacat sedikitpun, dan tanpa sehelai rambut berwarna putih atau hitam di tubuhnya, hingga akhirnya pada 2022, lima sapi merah tiba di Israel dari Texas dan sekarang dikandangkan di sebuah taman arkeologi di Shilo, dekat wilayah kota Palestina, Nablus.

Pada akhir Maret 2024 lalu, puluhan warga dan Rabi Israel berkumpul dalam sebuah konferensi di Shilo. Mereka berkumpul mendiskusikan ritual kurban sapi merah.

Dalam kepercayaan bangsa Yahudi, sapi merah yang sempurna tidak pernah ada atau terlihat dalam 2.000 tahun terakhir. Tidak pernah ada sejak Kekaisaran Romawi menghancurkan Kuil Kedua yang diyakini pernah berdiri di lokasi Bukit Bait Suci, sekitar tahun 70 setelah Masehi.

Baca juga: Jubir Al-Qassam Abu Ubaidah: Yahya Sinwar Resmi Dibaiat, Bukti Hamas Kuat Semakin Solid

Atas dasar itu, beberapa aktivis Yahudi bersama pemeluk Kristen Evangelis di AS, yang meyakini pembangunan Kuil Ketiga akan menjadi syarat kedatangan kedua Yesus (Isa Almasih) dan perang besar (Armageddon), memutuskan untuk mengembangbiakkan sendiri sapi merah. Hingga pada akhir 2022, lima sapi merah yang dinilai menjanjikan dan sesuai kriteria tiba di Israel dari Texas.

Pada Januari 2024, juru bicara sayap militer Hamas, Abu Ubaidah, membuat pidato yang menandai 100 hari serangan 7 Oktober.

Dalam pidatonya, ia menarik hubungan langsung antara keputusan Hamas menyerang Israel dan aktivitas importasi sapi merah demi kepentingan pembangunan Kuil Ketiga. "(Aktivitas itu) menyerang perasaan bangsa Palestina," kata Abu Ubaidah.

Sumber: aljazeera

Rahasia Masjid Al Aqsa - (Republika)

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler