Ekstremis Yahudi Serbu Al-Aqsa, MUI: Mereka Ingin Merebutnya dan Hancurkan Palestina
Ribuan ekstremis Yahudi serbu Masjid Al-Aqsa
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA- Ketua MUI Bidang Hubungan Luar Negeri dan Kerja Sama Internasional, Prof Sudarnoto Abdul Hakim, mengatakan upaya tiada henti Zionis Israel dan ekstremis Yahudi untuk merebut Masjid Al Aqsa sudah dilakukan sejak lama.
Karena itu, Israel sampai saat ini tidak mau melakukan gencajatan senjata permanen dengan pejuang Palestina.
Menurut Prof Sudarnoto, Zionis dan pendukungnya yakni ekstremis Yahudi memang memiliki program untuk menghabisi total Palestina dan membuat sebuah peta baru yang benar-benar berada di bawah kendali Israel.
"Karena itu sampai perkembangan terakhir ini kan kita bisa menyaksikan bahwa pemerintah Zionis itu tidak mau berkompromi dan terus melakukan genosida pembunuhan sampai hari ini," ujar dia saat dihubungi Republika.co.id Selasa (13/8/2024).
Bahkan, lanjut dia, zionis Israel mendorong ekskalasi konflik itu menjadi semakin tajam, terutama setelah dibunuhnya tokoh penting Hamas, Ismail Haniyeh.
"Solusi damai melalui proses permanent ceasefire itu kan juga tidak diterima oleh Israel dan bersikukuh lah Israel untuk menghancurkan termasuk yaitu merebut dan menguasai Al-Aqsa dan ini bukan baru kemarin sudah lama sebenarnya. Memang Al Aqsa pada akhirnya nanti diharapkan bisa dikuasai oleh Israel," ucap dia.
"Jadi memang benar-benar ini program bumi hangus yang dilakukan oleh Zionisme Israel," ucap Prof Sudarnoto.
Selama ini, menurut dia, sebetulnya sudah dilakukan langkah-langkah penegakan hukum internasional melalui Mahkamah Internasional (ICJ). Dalam Mahkamah Internasional ini, kata dia, sudah ada beberapa negara, termasuk Indonesia yang memberikan advisory opinion. Sehingga, tinggal menunggu sidang di Dewan Keamanan PBB.
"Di sidang Dewan Keamanan PBB inilah kita semua berharap ada keputusan yang sangat efektif yaitu penetapan secara hukum bahwa Israel benar-benar melakukan okupasi melakukan genosida dan karena itu harus kita diberi sanksi secara internasional," kata dia.
"Jadi memang mereka itu ingin merebut Al Aqsa, menghancurkan sama sekali Palestina," ucap Prof Sudarnoto.
REPUBLIKA.CO.ID, DOHA-Pada hari ke-312 perang Israel di Jalur Gaza, 42 warga Palestina gugur syahid akibat gempuran penjajah di beberapa wilayah di Jalur Gaza, 30 di antaranya di kamp Khan Yunis dan Nuseirat di pusat Jalur Gaza, bertepatan dengan pertempuran sengit di Khan Yunis dan Rafah antara perlawanan dan tentara penjajah, dan Israel mengakui bahwa seorang sersan gugur dan dua lainnya terluka akibat tembakan penembak jitu.
Brigade Al-Qassam mengumumkan bahwa mereka menargetkan penjajah dan kendaraan-kendaraan mereka dengan kapak di Jalur Gaza, selain menembaki Tel Aviv dan pinggirannya dengan dua rudal "M90", sementara tentara Israel melaporkan bahwa dua roket ditembakkan dari Gaza tanpa menyalakan sirine, dan mengatakan bahwa satu rudal jatuh ke laut di lepas pantai Tel Aviv dan yang lainnya "tidak melewati perbatasan Israel.
Di Yerusalem yang diduduki, Departemen Wakaf Islam mengatakan bahwa 2958 pemukim ekstremis, termasuk dua menteri dan seorang anggota Knesset, menyerbu halaman Masjid Al-Aqsa sejak Selasa pagi, di bawah perlindungan ketat polisi penjajah, pada hari yang disebut sebagai "hari peringatan penghancuran Bait Suci".
Lebih dari seribu pemukim Israel menyerbu kompleks Masjid al-Aqsa di Yerusalem yang diduduki pada Selasa pagi di bawah perlindungan pasukan polisi Israel. Mereka melakukan ritual Talmud yang sedianya terlarang di kompleks suci umat Islam tersebut.
Menurut Wakaf Islam yang mengelola Masjid al-Aqsa, 1.200 penjajah masuk ke masjid secara berkelompok, melakukan ritual Talmud di halamannya dalam sebuah adegan operasi penyerbuan yang belum pernah terjadi sebelumnya. Ribuan pemukim diperkirakan masih akan menyerbu Masjid Al-Aqsa pada hsore hari waktu setempat.
Kantor berita WAFA melansir, Wakaf Islam menambahkan bahwa pasukan penjajah menghalangi masuknya umat Islam ke halaman Masjid Al-Aqsa sementara mengerahkan pasukan besar di gerbangnya untuk memfasilitasi penyerbuan penjajah ke tempat suci Islam.
Bertepatan dengan serangan tersebut, polisi Israel mengubah Kota Tua Yerusalem menjadi zona militer yang dijaga ketat. Ratusan petugas dikerahkan di sekitar gerbang masjid dan di seluruh Kota Tua. Langkah-langkah keamanan yang ditingkatkan termasuk kontrol ketat terhadap akses jamaah.
Persiapan sedang dilakukan oleh kelompok-kelompok yang berafiliasi dengan gerakan Temple Mount untuk memperingati apa yang mereka sebut sebagai "Penghancuran Kuil".
Rencana mereka termasuk rantai manusia di sekitar tembok Kota Tua yang dijadwalkan pada Senin malam, dengan acara dimulai dari Tembok Buraq dan meluas menuju Kota Tua. Kemudian dilanjutkan dengan pawai pengibaran bendera.
Selain itu, kelompok-kelompok ini menyerukan serangan besar-besaran ke Masjid Al-Aqsa pada hari Selasa untuk memperingati peristiwa yang sama.
The Times of Israel melaporkan, Menteri Keamanan Nasional Itamar Ben Gvir dan sesama menteri Otzma Yehudit Yitzhak Wasserlauf memasuki Masjid al-Aqsa bersama ratusan orang Yahudi menandai hari puasa Tisha B’Av, yang menandai penghancuran Kuil Yahudi yang pernah berdiri di sana.
Lusinan peziarah yang menemani para menteri sayap kanan berbaring di tanah sambil berdoa, melanggar instruksi polisi dan status quo yang melarang hal tersebut.
Ben Gvir, yang bertanggung jawab atas kepolisian, telah berulang kali mengatakan bahwa menurutnya, orang Yahudi diizinkan untuk salat di sana. Perdana Menteri Benjamin Netanyahu menolak pernyataan tersebut.
Selain itu, Amit Halevi dari Partai Likud juga tiba di Masjid al-Aqsa, meskipun dalam kasusnya, polisi hanya mengizinkan dia masuk sendirian, tanpa sekelompok orang Yahudi lagi.
Imam Masjid Al-Aqsa, Syekh Ikrimah Sabri, mengatakan pada hari Kamis (8/9/2024) lalu bahwa polisi Israel mengeluarkan keputusan untuk mengusirnya dari Masjid Al-Aqsa selama enam bulan dengan dalih mendukung terorisme, dan menjelaskan bahwa ia menolak tuduhan tersebut baik secara keseluruhan atau parsial.
Berbicara kepada Al Jazeera.net, Syekh Ikrimah mengatakan, "Sebuah keputusan dikeluarkan hari ini oleh polisi penjajah untuk mengusir saya dari Masjid Al-Aqsa selama enam bulan dengan dalih bahwa saya mendukung terorisme, yang merupakan tuduhan palsu yang saya sanggah saat diinterogasi."
Jumat lalu, Syeikh Ikrima diinterogasi selama sekitar lima setengah jam di kantor polisi penjajah di Yerusalem setelah ia memuji syuhada Ismail Hina dari atas mimbar Masjid Al Aqsha dan melaksanakan shalat ghaib untuk alharmum dan para syuhada.
Syekh Sabri menggambarkan keputusan pengusiran tersebut sebagai tidak sah dan tidak sah, dan tidak didasarkan pada bukti atau keyakinan apa pun.
Menurut Pusat Informasi Lembaga HAM Wadi Hilweh, sembilan keputusan pengusiran dikeluarkan pekan ini untuk warga Yerusalem dari Masjid Al-Aqsa untuk jangka waktu antara satu minggu hingga enam bulan.
Syekh Sabri menambahkan bahwa pengusiran tersebut merupakan keputusan administratif yang biasa dilakukan terhadap Masjid Al-Aqsa dan menjelaskan, "Kami dianiaya karena kami membela Al-Aqsa yang diberkahi, yang merupakan bagian dari keimanan kami."
Namun, dia menekankan bahwa pendiriannya tidak akan berubah, menekankan bahwa keputusan-keputusan Zionis Israel ini tidak mengurangi nilai Al-Aqsa atau melemahkan hubungannya dengan Al-Aqsa, dan dia akan terus membelanya
Syekh Ikrimah mengatakan bahwa keputusan pengusiran dari Masjid Al-Aqsha "bertentangan dengan kebebasan beribadah dan demokrasi yang diklaim oleh otoritas penjajah," dan menambahkan bahwa "keputusan-keputusan ini sudah ilegal."
Dia mencatat bahwa jumlah keputusan pengusiran meningkat dari hari ke hari dan targetnya adalah Al-Aqsa, menjelaskan bahwa tidak ada cara untuk mengajukan keberatan atas keputusan ini secara hukum karena polisi penjajah tidak menanggapi keberatan apa pun sejak awal.
Syekh Ikrimah mengatakan bahwa pengusiran dari tempat ibadah adalah fenomena aneh yang tidak ada di negara-negara di dunia, dan tidak ada negara yang mengusir orang dan jamaah dari tempat ibadah mereka, kecuali otoritas penjajah.
Baca juga: 11 Kondisi Sebenarnya Perekonomian Israel Akibat Perangi Gaza yang Ditutup-tutupi
Syekh Ikrimah memperingatkan agar tidak melanggar kesucian Masjid Al-Aqsa pada hari-hari besar dan acara-acara Yahudi yang akan datang, terutama yang disebut sebagai Hari Kehancuran Temple Mount, menambahkan, "Ritual-ritual mereka sangat banyak dan mereka mengeksploitasinya untuk menyerang Masjid Al-Aqsa, dan serangan-serangan tersebut ditolak mentah-mentah."
Hari ini, Selasa (13/9/2024) adalah hari peringatan "Hancurnya Kuil", di tengah seruan kelompok-kelompok pemukim untuk menyerbu Masjid Al-Aqsa.