Mengapa Harus Hafal 10 Ayat Pertama Al-Kahfi Agar Terjaga dari Dajjal Bukan Cuma Membaca?
Surat al-Kahfi mempunyai sejumlah keutamaan
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA-Fitnah Dajjal adalah salah satu godaan terbesar yang akan disaksikan oleh umat manusia sejak awal penciptaan hingga kebangkitan hari kiamat, sebagaimana sabda Rasulullah SAW.
ما بين خلق آدم إلى قيام الساعة أمر أكبر من الدجَّال
“Antara penciptaan Adam dan kebangkitan kiamat, tidak ada yang lebih besar daripada Dajjal.” (HR Muslim)
Telah diketahui bahwa godaan memiliki dampak yang sangat besar terhadap jiwa manusia, sehingga ketika godaan itu muncul, seseorang akan teralihkan dari segala sesuatu yang ada di sekelilingnya dan memusatkan seluruh usaha dan perhatiannya untuk mengikuti godaan tersebut, baik dengan cara terlibat dalam godaan tersebut maupun dengan cara menghindarinya mencari keselamatan.
Dalam hal ini, Nabi Muhammad SAW bersabda, “Beribadah pada saat huru hara bagaikan hijrah bagiku.” (HR Muslim). Haraj: Artinya “kebingungan dan perselisihan”.
Salah satu bentuk ibadah untuk menghalau fitnah Dajjal itu adalah menghafal 10 ayat pertama dari surat Al-Kahfi. Rasulullah SAW bersabda:
عن أبي الدرداء رضي الله عنه أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال: "من حفظ عشر آيات من أول سورة الكهف، عُصِم من الدجَّال"، وفي رواية: "من آخر سورة الكهف"؛ رواهما مسلم.
Dari Abu ad-Darda' RA, sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda, " Barang siap ayang menghafal 10 ayat pertama Surat al-Kahfi maka dia akan terjaga dari Dajjal." Dalam riwayat lain menyebutkan akhir surat al-Kahfi." (HR Muslim).
Sebagian ulama mengatakan, salah satunya Imam Al-Qurthubi RA bahwa pada masa-masa perselisihan, hati dan telinga manusia disibukkan dengan perselisihan, mengikutinya, dan menerima berita dari sana-sini, sehingga melalaikan mereka dari ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya SAW berpalingnya mereka dari ibadah pada masa-masa perselisihan itu bagaikan hijrahnya Rasulullah SAW.
Lantas mengapa Rasulullah SAW menganjurkan menghafalnya, bukan sekadar membacanya saja dari Mushaf Alquran?
Hal ini karena fitnah Dajjal adalah fitnah yang paling besar dari semua fitnah, maka persiapan untuk menghadapinya lebih besar daripada yang lain, maka menghafal ayat-ayat Alquran adalah yang dibutuhkan, bukan hanya membacanya, karena Allah Maha Mengetahui kapan fitnah itu muncul, di mana manusia akan berada ketika itu dekat atau jauh dari Alquran, dalam jangkauan “untuk membacanya” atau tidak dapat menjangkaunya?
Dia harus menyimpannya di dalam dadanya, di dalam dadanya, dengan menghafal dan merenungkannya, mengingatnya segera setelah dia membutuhkannya dalam bentuk kata, makna, pikiran dan perenungan, karena godaan seperti Dajjal membutuhkan keseriusan dalam merenungkan ayat-ayat Allah dalam hati.
Berikut Surat Al Kahfi Ayat 1-10 Lengkap:
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِيْٓ اَنْزَلَ عَلٰى عَبْدِهِ الْكِتٰبَ وَلَمْ يَجْعَلْ لَّهٗ عِوَجًا
al-ḥamdu lillāhillażī anzala 'alā 'abdihil-kitāba wa lam yaj'al lahụ 'iwajā
1. Segala puji bagi Allah yang telah menurunkan Kitab (Al-Qur'an) kepada hamba-Nya dan Dia tidak menjadikannya bengkok
قَيِّمًا لِّيُنْذِرَ بَأْسًا شَدِيْدًا مِّنْ لَّدُنْهُ وَيُبَشِّرَ الْمُؤْمِنِيْنَ الَّذِيْنَ يَعْمَلُوْنَ الصّٰلِحٰتِ اَنَّ لَهُمْ اَجْرًا حَسَنًا
qayyimal liyunżira ba`san syadīdam mil ladun-hu wa yubasysyiral-mu`minīnallażīna ya'malụnaṣ-ṣāliḥāti anna lahum ajran ḥasanā
2. Sebagai bimbingan yang lurus, untuk memperingatkan akan siksa yang sangat pedih dari sisi-Nya dan memberikan kabar gembira kepada orang-orang mukmin yang mengerjakan kebajikan bahwa mereka akan mendapat balasan yang baik,
مَّاكِثِيْنَ فِيْهِ اَبَدًاۙ
mākiṡīna fīhi abadā
3. Mereka kekal di dalamnya untuk selama-lamanya.
وَّيُنْذِرَ الَّذِيْنَ قَالُوا اتَّخَذَ اللّٰهُ وَلَدًا
wa yunżirallażīna qāluttakhażallāhu waladā
4. Dan untuk memperingatkan kepada orang yang berkata, "Allah mengambil seorang anak."
مَّا لَهُمْ بِهٖ مِنْ عِلْمٍ وَّلَا لِاٰبَاۤىِٕهِمْۗ كَبُرَتْ كَلِمَةً تَخْرُجُ مِنْ اَفْوَاهِهِمْۗ اِنْ يَّقُوْلُوْنَ اِلَّا كَذِبًا
mā lahum bihī min 'ilmiw wa lā li`ābā`ihim, kaburat kalimatan takhruju min afwāhihim, iy yaqụlụna illā każibā
5. Mereka sama sekali tidak mempunyai pengetahuan tentang hal itu, begitu pula nenek moyang mereka. Alangkah jeleknya kata-kata yang keluar dari mulut mereka; mereka hanya mengatakan (sesuatu) kebohongan belaka.
فَلَعَلَّكَ بَاخِعٌ نَّفْسَكَ عَلٰٓى اٰثَارِهِمْ اِنْ لَّمْ يُؤْمِنُوْا بِهٰذَا الْحَدِيْثِ اَسَفًا
Lafa la'allaka bākhi'un nafsaka 'alā āṡārihim il lam yu`minụ bihāżal-ḥadīṡi asafā
6. Maka barangkali engkau (Muhammad) akan mencelakakan dirimu karena bersedih hati setelah mereka berpaling, sekiranya mereka tidak beriman kepada keterangan ini (Alquran).
اِنَّا جَعَلْنَا مَا عَلَى الْاَرْضِ زِيْنَةً لَّهَا لِنَبْلُوَهُمْ اَيُّهُمْ اَحْسَنُ عَمَلًا
innā ja'alnā mā 'alal-arḍi zīnatal lahā linabluwahum ayyuhum aḥsanu 'amalā
7. Sesungguhnya Kami telah menjadikan apa yang ada di bumi sebagai perhiasan baginya, untuk Kami menguji mereka, siapakah di antaranya yang terbaik perbuatannya.
وَاِنَّا لَجَاعِلُوْنَ مَا عَلَيْهَا صَعِيْدًا جُرُزًا
wa innā lajā'ilụna mā 'alaihā ṣa'īdan juruzā
8. Dan Kami benar-benar akan menjadikan (pula) apa yang di atasnya menjadi tanah yang tandus lagi kering
اَمْ حَسِبْتَ اَنَّ اَصْحٰبَ الْكَهْفِ وَالرَّقِيْمِ كَانُوْا مِنْ اٰيٰتِنَا عَجَبًا
am ḥasibta anna aṣ-ḥābal-kahfi war-raqīmi kānụ min āyātinā 'ajab
9. Apakah engkau mengira bahwa orang yang mendiami gua, dan (yang mempunyai) raqim itu, termasuk tanda-tanda (kebesaran) Kami yang menakjubkan?
اِذْ اَوَى الْفِتْيَةُ اِلَى الْكَهْفِ فَقَالُوْا رَبَّنَآ اٰتِنَا مِنْ لَّدُنْكَ رَحْمَةً وَّهَيِّئْ لَنَا مِنْ اَمْرِنَا رَشَدًا
iż awal-fityatu ilal-kahfi fa qālụ rabbanā ātinā mil ladungka raḥmataw wa hayyi` lanā min amrinā rasyadā
10. (Ingatlah) ketika pemuda-pemuda itu berlindung ke dalam gua lalu mereka berdoa, "Ya Tuhan kami. Berikanlah rahmat kepada kami dari sisi-Mu dan sempurnakanlah petunjuk yang lurus bagi kami dalam urusan kami."