Negeri Jenggala
Kisah negeri jenggala 3 hari usai merdeka.
Tiga hari setelah Negeri Jenggala merdeka bergaunglah dalam warta buana tentang pembaharuan sebuah keputusan kepemimpinan dari kelompok singa. Dengan berselimut martabat dan diakui kharismanya melalui kuku dan taring ketegasan, kelompok singa berharap Negeri Jenggala kian rengkuh sentaosa.
Kabar tersiar mengalun bagai kidung masuk setiap penjuru bahkan hingga menelusup ke sarang semut-semut kecil yang hidup dalam lorong sempit dan semerawut. Manakala banjir datang pasukan semut akan coba meraih pijakan. Kadang kebanyakan dari mereka malah bertengkar saling serang hingga banyak yang jatuh jadi korban.
Sehari setelah warta tersiar di Negeri Jenggala, fraksi anjing menggonggong tidak setuju dengan dalih kesemakmuran dan keseimbangan dalam kepemimpinan. Pada satu momen saat rapat di ruang istana terbuka yang penuh keriuhan suara dan hidangan tulang, daging, susu, serta kolam renang lumpur, fraksi anjing ternyata telah berkoalisi dengan babi; salah satu pentolan anjing berjalan naik ke podium dan menyeru:
"Kita telah buat surat pernyataan kepada sang singa melalui tulisan ini. Izinkan saya bacakan Tuan-Puan!"
Mendadak suara senyap.
"Kepada Tuan Singa, kami hari ini telah sepakat dua hal. Pertama, untuk merevisi pasal B 217an ayat 100 tentang UU Seleksi Bertahta Wilayah (Slebew) yang berfokus pada jumlah standar poin dari fraksi Negeri Jenggala baik yang dapat kursi ataupun tidak. Tuan singa yang kami hormati" lanjut perwakilan anjing sambil menjulurkan lidahnya. "Rencana ambang batas yang tuan tetapkan terlalu mengikat dan keluar dari sila leluhur kita tentang harkat dan demokrasi. Ini otoriter karena banyak fraksi baik yang koalisi atau indipenden akan gagal maju jika tak terpenuhi standar poin yang tuan tuangkan dalam undang-undang. Apakah satu ini setuju!!!!!!!" lantang Anjing.
"Setujuu!!! Gukgukgukhauuukkkk!!!!!!!!" teriak fraksi anjing girang sambil ambungkan tulang belulang.
"Merdeka !!!! Ngrokngrokngroook!!!!!!!!" fraksi babi tak kalah senang dengan mencebur ke kolam lumpur sambil saling tunggang.
Pentolan anjing di podium angguk-angguk bangga. Dia rentangkan tangan ke depan dan melambai isyarat ketenangan. Dua binatang dengan puncak kasta tertinggi itu bergeming diam.
"Bagus?? Bagus?? Bagus.., saya lanjutkan yang ke.."
"Tunggu!!" teriak hewan lain dari pintu masuk.
Fraksi anjing dan babi serentak menoleh.
Bersemat mahkota berlian, emas, dan batu bara raja buaya yang tua masih jaya melenggang di kawal pengikut dan putra-putranya. Rombongan itu dengan percaya diri masuk mendekati podium. Fraksi anjing yang melihat itu tunduk dan kian menjulurkan lidah bahkan kali ini bertumpah ruahlah ludahnya. Sementara itu fraksi babi haturkan sembah. Dalam senyum licik bercelemotan lumpur kotor itu fraksi babi berlagak suci dengan sembunyikan label haramnya.
Raja tua buaya naik ke podium untuk perjelas kuasanya.
Serentak keriuhan tepuk tangan menggemakan seisi hutan.
"Haaaaaaadirin" ucap raja tua buaya buka mulut sambil edarkan pandang. Dalam sinar cahaya yang menerangi antar rongga mulutnya tampak jelas raja tua buaya tak memiliki lidah. Hal itu tentu akan membuat ia tak akan puas oleh segala macam rasa. Puncaknya ia akan menjadi binatang yang terus lapar dan telan bulat-bulat tanpa pikir panjang.
"Sudah saatnya kita keluar dari kungkungan dan ciptakan kemerdekaan sejati. Di mana kemerdekaan yang hakiki ialah dengan pemilihan pemimpin yang telah tau tindak tanduk dan turunannya. Untuk itu, saya selaku buaya tua dan berencana serahkan tampuk pimpinan ini kepada putra saya, si buaya muda; menghimbau agar fraksi-fraksi di sini sepakat untuk teken tolak undang-undang batasan usia dalam Slebew dari fraksi singa. Dukung saya dengan calonkan dia" menunjuk putra buaya "Putra mahkota untuk jadi calon pemimpin wilayah ini. Apakah setuju!!!!"
Setuju!!!!
Setuju!!!!
Hidup buaya!!! Hidup buaya!!!!
Merdeka!!
Riuh sorai pecah kembali.
Si pentolan anjing mendekat sambil usap kaki buaya dengan lap basah oleh air liurnya. Merasa tak kinclong, dia menjilatnya sambil berkata:
"Titah raja tua buaya lebih kuasa bahkan melebihi perintah raja Sulaiman."
Raja tua kembali lanjutkan. Ia minta pentolan anjing minggir dan semua fraksi kembali fokus.
"Baik, tuntutan kita sudah layangkan sebagai surat protes untuk fraksi singa. Tinggal kita tunggu tuan kancil dan timnya yang akan berpihak kepada siapa. Tapi kita yakin, undang-undang slebew itu akan terombak dengan isi dari permintaan kita. Ini bukan pemberontakan. Ini adalah kemerdekaan!!!!!!"
Semua menyeru: Merdekaaa!!!!
Pertemuan gempita itu lalu ditutup dengan pesta ria. Semua fraksi berdansa dan menyeringaikan gigi-gigi taringnya. Dalam tawa hura-hura negeri Jenggala itu diambang nestapa.
Kabar beradu kabar. Semua pecah menciptakan intuisi-intuisi rasa kemunafikan dan tak percaya akan pemimpin ke depan. Melalui sebuah seruan terukur yang melayang di langit biru dan jatuh sebagai hujan yang ciptakan mortir, semua rakyat jenggala mulai geram. Dari dalam keramaian negeri, barisan dara terpelajar bersatu dengan gagak suarakan kecaman. Dari perkebunan, barisan serikat kaki seribu berbondong-bondong lontarkan ketidaksetujuan. Dari dalam batang kelapa yang terpangkas itu kerumunan ulat putih maju perlahan gemakan belenggu pengetahuan, dan dari dalam lubang-lubang rapuh sisi jalan keramaian, tentara semut menggerung semesta dengan tekad pembelotan atas putusan fraksi anjing, babi, dan buaya. Semua binatang tumpah ruah membludak di jalanan. Kerbau-kerbau perkasa berdiri di samping jalan memantau dengan dua kemungkinan. Pikiran ini memberundel sebagian besar binatang apakah mereka disebut pahlawan atau pembelot peradaban. Sementara itu dalam sebuah lorong gang yang cukup gelap, tampak siluet banteng memandang aksi itu dengan penuh peluang dan perhitungan.
******"Selesai********
Bionarasi
Heri Haliling merupakan nama pena dari Heri Surahman. Dia lahir di Kapuas, 17-08-1990. Heri Haliling merupakan guru di SMAN 2 Jorong dan penulis aktif, karya-karyanya antara lain:
1. Novlet Rumah Remah Remang (J-Maestro, 2024)
2. Novel Perempuan Penjemput Subuh (Juara 2 Sayembara Novel Guru dan Dosen; Aksara Pustaka Media, 2024)
3. Cerpen Bukan Dia, Romeomu terbit di Radar Utara dan Juara Favorit 3 Sayembara Cerpen Buncha Publisher 2024
4. Cerpen Sekuntum Mawar dengan Tangkai yang Patah, juara lomba cerpen Guru dan Dosen; Sediksi Publisher 2024
Email: heri.surahman17@gmail.com
Nope dan Dana: 083104239389
Rek Bank Kalsel: 2002714321/ a.n. Heri Surahman