Produsen Energi Surya dan Angin Brasil Ancam Hentikan Investasi

Brasil mendorong perusahaan-perusahaan untuk berinvestasi pada energi surya.

REPUBLIKA/ABDAN SYAKURA
Petugas beraktivitas di dekat panel surya (ilustrasi). Produsen energi surya dan angin Brasil memperingatkan, mereka akan mempertimbangkan ulang investasi pada masa depan.
Rep: Lintar Satria Red: Qommarria Rostanti

REPUBLIKA.CO.ID, RIO DE JANEIRO -- Produsen energi surya dan angin Brasil memperingatkan, mereka akan mempertimbangkan ulang investasi pada masa depan. Peringatan ini disampaikan setelah operator jaringan listrik berulang kali membatasi berapa banyak energi yang dapat disalurkan.

Pembatasan ini menekan keuntungan para produsen energi surya dan angin. Brasil mendorong perusahaan-perusahaan untuk berinvestasi pada energi surya, angin, dan sumber energi terbarukan lainnya dengan menawarkan banyak pembiayaan dan subsidi. Namun semua listrik yang dihasilkan produsen energi surya dan angin membebani jaringan listrik.

Baca Juga



Lebih dari satu lusin eksekutif dan perwakilan industri mengatakan investasi energi terbarukan kurang layak dilakukan berdasarkan kebijakan "pembatasan" yang diberlakukan Operator Sistem Listrik Nasional (ONS) saat ini. ONS dapat membatasi berapa banyak listrik yang mereka terima dari pembangkit listrik tenaga surya dan angin. Tekanan semakin parah di timur laut Brasil, pusat investasi energi terbarukan.

Terjadi penyumbatan transmisi listrik ke Sao Paulo, Rio Janeiro dan daerah terpadat lainnya di sebelah selatan. Sejak Agustus 2023 ONS mengelola jaringan listrik dengan lebih hati-hati setelah terjadi pemadaman di daerah timur laut yang menyebar hampir ke seluruh negeri.

Artinya semakin banyak pembatasan ketika listrik yang dihasilkan melebih konsumsi atau kurangnya kapasitas transmisi. ONS mengatakan pembatasan dilakukan tidak berlebihan dan diperlukan untuk keselamatan.

Perusahaan operator itu mengatakan data menunjukkan bulan lalu hanya 3 persen listrik yang dihasilkan pembangkit listrik tenaga surya dan angin yang hilang akibat pembatasan. Perusahaan konsultan energi Volt Robotics menganalisa data ONS.

Asosiasi Energi Angin Brasil, ABBEolica, memperkirakan sektor energi angin kehilangan sekitar 700 juta reais atau 120 juta dolar AS tahun lalu. Asosiasi Energi Surya Brasil, Absolar, mengestimasi industri energi surya kehilangan 500 juta reais dalam empat bulan sampai bulan Juli.

"Energi terbarukan untuk negeri akan terbuang percuma," kata Chief Executive Officer perusahaan energi terbaru Engie Brasil Energia Eduardo Sattamini, Kamis (23/8/2024).

Perusahaan energi Equatorial Energia mengatakan kompleks energi angin Serra do MeL II B mereka di Rio Grande do Norte yang paling terdampak. Perusahaan itu mengatakan dari bulan Januari sampai awal Agustus 58 persen listrik yang dihasilkan pembangkit listrik tenaga angin mereka ditolak jaringan listrik.

Dalam pernyataannya unit energi terbarukan Equatorial, Echoenergia mengatakan pembatasan merugikan operasi mereka dan menaikan resiko investor, hal ini dapat memangkas investasi baru. "Ini bukan lingkungan yang tepat untuk pengambilan keputusan tentang proyek-proyek baru," kata perusahaan tersebut.

Volt Robotics mengatakan pembangkit listrik tenaga surya di kompleks SPIC Banabuiu milik China yang paling terdampak pembatasan. PLTS itu kehilangan 50 persen listrik yang dihasilkannya sejak Januari sampai awal Agustus.

CEO SPIC Brasil Adriana Waltrick mengatakan sangat penting untuk menyelesaikan tantangan jaringan listrik, yang “dapat meningkatkan biaya energi di masa depan dan berdampak pada daya saing sektor energi terbarukan di Brasil”.

Kerugian dapat bertambah karena generator sering kali harus membeli listrik dengan harga pasar untuk memenuhi kontrak dengan distributor dan konsumen. Voltalia, produsen energi terbarukan dengan hampir dua pertiga kapasitasnya di Brasil, memperkirakan pembatasan ini akan mengurangi sekitar 40 juta euro atau 44,48 juta dolar AS dari laba sebelum bunga, pajak, depresiasi dan amortisasi tahun ini.

Dalam laporan keuangan kuartal kedua perusahaan listrik yang dikendalikan State Grid China, CPFL Energia juga menyoroti masalah ini. Mereka mengatakan mengalami kerugian hingga sebesar 21 juta reais.

Beberapa perusahaan meminta kompensasi di pengadilan atas kerugian yang ditimbulkan ONS. Pertarungan hukum tersebut bisa memakan waktu bertahun-tahun.

Pemerintah federal Brasil menawarkan beberapa bantuan seperti mengadakan lelang bagi perusahaan-perusahaan swasta untuk membangun jalur transmisi. Tetapi banyak proyek tersebut yang butuh waktu bertahun-tahun lagi untuk dapat selesai.

Direktur operasi ONS Christiano Vieira mengatakan mulai bulan September akan semakin banyak listrik dari timur laut akan mulai disalurkan ke jaringan listrik nasional. Ketika jalur transmisi baru akan mulai beroperasi, yang dapat membantu mengurangi pemadaman. 

sumber : Reuters
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Berita Terpopuler