Berapa Sebenarnya Jumlah Rakaat Sholat Tahajud yang Paling Afdhal?

Sholat tahajud memiliki keutamaan yang luar biasa.

ABDAN SYAKURA/REPUBLIKA
Umat muslim membaca Alquran di dalam tenda saat beritikaf pada sepuluh malam terakhir Ramadhan 1444 H di Masjid Habiburrahman, Jalan Kapten Tata Natanegara, Cicendo, Kota Bandung, Rabu (12/4/2023) dini hari. Pada sepuluh hari menjelang berakhirnya Bulan Suci Ramadhan, umat muslim melakukan Itikaf untuk meraih malam kemuliaan (Lailatul Qadar) dengan membaca Alquran, Shalat Tahajud dan berzikir.
Red: A.Syalaby Ichsan

REPUBLIKA.CO.ID, Rasulullah SAW mengimbau umatnya untuk membiasakan sholat tahajud mengingat sholat  yang satu ini meski sunah, tetapi merupakan wujud ketaqwaan dan cinta seorang hamba kepada Allah SWT.

Baca Juga


Sholat tahajud sering dianggap shalat sunah yang sangat berat untuk dilakukan, karena sholat sunnah ini dilakukan pada malam hari, ketika kebanyakan manusia tengah tertidur lelap setelah lelah bekerja pada siang hari. 

Karena itu, tahajud ini memiliki keutamaan yang luar biasa. Hanya orang yang bertakwa dan cinta kepada Allah SWT yang mampu melaksanakan sholat tahajud terus menerus setiap malam.

Jumlah rakaat sholat tahajud 

Mengenai jumlah rakaat sholat tahajud ini amat beragam bilangannya. Berikut ini dikutip dari buku “Terapi Shalat Tahajud” oleh Moh. Sholeh, diuraikan hanya beberapa model jumlah rakaat sholat tahajud yang dipandang bersumber pada hadis yang sahih dan terkenal di kalangan kaum muslimin.

Telah berkata Aisyah, "Bahwasanya Rasulullah Saw pernah shalat antara waktu Isya dan Shubuh sebelas rakaat, yaitu beliau beri salam pada tiap-tiap dua rakaat, dan beliau sembahyang witir satu rakaat" (HR Bukhari).

Umat muslim menunaikan Shalat Qiyamul Lail saat beritikaf pada sepuluh malam terakhir Ramadhan 1444 H di Masjid Habiburrahman, Jalan Kapten Tata Natanegara, Cicendo, Kota Bandung, Rabu (12/4/2023) dini hari. Pada sepuluh hari menjelang berakhirnya Bulan Suci Ramadhan, umat muslim melakukan Itikaf untuk meraih malam kemuliaan (Lailatul Qadar) dengan membaca Alquran, Shalat Tahajud dan berzikir. - (ABDAN SYAKURA/REPUBLIKA)

Telah berkata Aisyah, "Bahwasanya Rasulullah Saw. pernah shalat malam tiga belas rakaat. Dari tiga belas rakaat itu, beliau shalat witir lima rakaat, dan tidak duduk di antara rakaat-rakaat itu, ecuali pada rakaat terakhir” (HR Bukhari dan Muslim).

Telah berkata Aisyah, "Bahwasanya Rasulullah Saw. pernah shalat tahajud empat rakaat, tetapi jangan engkau tanya bagusnya dan panjangnya, kemudian beliau shalat lagi empat rakaat, dan jangan kau tanya bagus dan panjangnya, kemudian beliau shalat witir tiga rakaat" (HR Bukhari dan Muslim).

Ketiga hadits tersebut menunjukkan bervariasinya bilangan rakaat dan model yang ditempuh Rasulullah Saw dalam menjalankan shalat tahajud.  

 

Menurut ustadz Hamdi El-Natary dalam bukunya “Shalat Tahajud Cara Rasulullah SAW: Sesuai Alqur'an dan Hadits”, menyebutkan bahwa jumlah rakaat shalat Tahajud (Qiyamul laili) sebenarnya tidak ada batasannya. Karenanya, bila kondisi tidak memungkinkan cukup dengan mengerjakan shalat witir tiga rakaat atau satu rakaat sesudah shalat Isya. Rasulullah SAW bersabda:

"Dari Ibnu Abbas, ia berkata, 'Kita diperintah oleh Rasulullah mengerjakan shalat malam dan benar-benar menganjurkannya sehingga beliau berkata, 'Kerjakan shalat malam sekalipun hanya satu rakaat." (HR. Thabrani dalam kitab Al-Kabir dan Al-Ausath)

Namun demikian, jumlah rakaat yang paling utama dan paling kuat adalah sebelas rakaat. Jumlah tersebut juga sudah termasuk tiga rakaat shalat Witir. Pelaksanaannya, dapat 4+4+3 (4 shalat Tahajud + 4 shalat Tahajud + 3 rakaat shalat Witir). Dapat juga 2+2+2+2 (shalat Tahajud) + tiga rakaat shalat Witir yang dilaksanakan 2+1 rakaat atau tiga rakaat sekaligus. Pendapat tersebut didasarkan pada hadits dari Aisyah RA bahwa ia berkata:

"Rasulullah tidak pernah menambah shalat malam itu, baik ketika bulan Ramadhan atau bulan lainnya dari sebelas rakaat. Beliau shalat empat rakaat. Jangan tanya tentang baik dan panjangnya. Kemudian, shalat lagi empat rakaat, jangan tanya baik dan panjangnya. Kemudian, shalat Witir tiga rakaat. Saya bertanya, 'Wahai Rasulullah, apakah engkau tidur sebelum Witir? Beliau menjawab, “ya Aisyah. Walau kedua mataku tidur, namun hatiku tidak tidur,” (HR Bukhari Muslim)

"Dari lbnu Umar, ia berkata, 'Nabi Muhammad SAW mengerjakan shalat malam dua rakaat-dua rakaat dan shalat Witir satu rakaat." (HR. Bukhari Muslim)

 

Doa dan niat sholat tahajud.. 

 

Niat shalat tahajud 

اُصَلِّى سُنَّةً التَّهَجُّدِ رَكْعَتَيْنِ مُسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةِ ِللهِ تَعَالَى

Arab latin: Ushallii sunnata-t-tahajjudi rak'ataini mustaqbilal qiblati lillahi ta'alla.

Terjemah: "Aku niat sholat sunnah tahajud 2 rakaat, menghadap kiblat, karena Allah Ta'ala,"

Doa setelah sholat tahajud

اَللهُمَّ رَبَّنَا لَكَ الْحَمْدُ اَنْتَ قَيِّمُ السَّمَوَاتِ وَاْلاَرْضِ وَمَنْ فِيْهِنَّوَلَكَ الْححَمْدُ اَنْتَ مَلِكُ السَّمَوَاتِ واْلاَرْضِ وَمَنْ فِيْهِنَّوَلَكَ الْحَمْدُ اَنْتَ نُوْرُ السَّمَوَاتِوَاْلاَرْضِ وَمَنْ فِيْهِنَّوَلَكَ الْحَمْدُ اَنْتَ الْحَقُّ وَوَعْدُكَ الْحَقُّ وَلِقَاءُكَ حَقٌّ وَقَوْلُكَ حَقٌّ وَالْجَنَّةُ حَقٌّ وَالنَّارُ حَقٌّ وَالنَّبِييُّوْنَ حَقٌّ وَمُحَمَّدٌ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَحَقٌّ وَالسَّاعَةُ حَقٌّاَللهُمَّ لَكَ اَسْلَمْتُ وَبِكَ اَمَنْتُ وَعَلَيْكَ تَوَكَّلْتُ وَاِلَيْكَ اَنَبْتُ وَبِكَ خَاصَمْتُ وَاِلَيْكَ حَاكَمْتُ فَاغْفِرْلِيْ مَاقَدَّمْتُ وَمَا اَخَّرْتُ وَمَا اَسْرَرْتُوَمَا اَعْلَنْتُ وَمَا اَنْتَ اَعْلَمُ بِهِ مِنِّيْاَنْتَ الْمُقَدِّمُ وَاَنْتَ الْمُؤَخِّرُ لاَاِلَهَ اِلاَّ اَنْتَوَلاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ اِلاَّ بِاللهِ

Arab latin:

Allaahumma lakal hamdu anta qayyimus samaawaati wal ardhi wa man frihin, wa lakal hamdu laka mulkus samaawaati wal ardhi wa man frihin, wa lakal hamdu anta nuurus samaawati wal ardh. Wa lakal hamdu antal haqqu wa wa'dukal haqqu wa liqaa'uka haqqun wa qauluka haqqun, wal jannatu haqqun, wanaaru haqqun, wan nabiyyuna haqqun, wa muhammadun shallallaahu 'alaihi wasallama haqqun, was sad'atu haqqun. Allahumma laka aslamtu, wa bika aamantu, wa ilaika tawakkaltu, wa ilaika anabtu, wa bika khasamtu, wa ilaika haakamtu, faghfirlii maa qaddamtu, wa maa akhkhartu, wa maa asrartu wa maa a'lantu, antal muggaddimu wa antal mu'akhkhiru, laa ilaaha illaa anta, wa laa ilaaha ghairuka wa laa haula wa laa quwwata illaa billaah.

Terjemah: “Ya Allah, bagi-Mu segala puji. Engkau-lah penegak langit dan bumi dan alam semesta serta segala isinya. Bagi-Mu lah segala puji. Engkau raja penguasa langit dan bumi serta segala isinya. Bagi-Mu lah segala puji, pemancar cahaya langit dan bumi. Bagi-Mu lah segala puji, Engkau-lah yang hak, dan janji-Mu adalah benar, dan perjumpaan-Mu itu adalah hak, dan firman-Mu adalah benar, dan surga adalah hak, dan neraka adalah hak, dan nabi-nabi itu hak benar, dan Nabi Muhammad SAW. adalah benar dan saat hari kiamat itu benar. Ya Allah, kepada-Mu lah aku berserah diri, kepada Engkau aku beriman dan kepada Engkau, aku bertawakal, kepada EngiJu jualah aku kembali, dan kepada-Mu lah aku rindu, dan kepada Engkau-lah aku berhukum. Ampunilah aku atas kesalahan yang sudah aku lakukan dan yang sebelumnya, baik yang aku sembunyikan maupun yang aku nyatakan. Engkau-lah Tuhan yang terdahul dan Tuhan yang terakhir, Tiada Tuhan melainkan Engkau dan tiada Tuhan selain-Mu. Tiada daya dan kekuatan melainkan dengan Allah."

 

Umat muslim membaca Alquran saat beritikaf pada sepuluh malam terakhir Ramadhan 1442 H di Masjid Pusdai, Kota Bandung, Senin (3/5) dini hari. Pada 10 hari menjelang berakhirnya bulan Ramadhan, umat muslim melakukan Itikaf untuk meraih malam kemuliaan (Lailatul Qadar) dengan membaca Alquran, Shalat Tahajud (malam) dan berzikir. Foto: Republika/Abdan Syakura - (REPUBLIKA/ABDAN SYAKURA)

 

sumber : Pusat Data Republika
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Berita Terpopuler