Muslimah Berhijab Juara Panahan Berkuda di Prancis, Benarkah Pemanah akan Dapat Pahala?
Memiliki ketrampilan memanah mendapatkan surga satu derajat lebih tinggi.
REPUBLIKA.CO.ID, Sebagai salah satu olahraga yang diwariskan dari peradaban lampau, panahan memang tak sepopuler sepak bola, bulu tangkis, atau bola basket. Meski demikian, bagi umat Islam, panahan menempati posisi yang istimewa karena merupakan salah satu olahraga yang dianjurkan oleh Rasulullah SAW.
Rasulullah SAW bersabda, "Ajarilah anak-anak kalian berkuda, berenang, dan memanah. (HR Bukhari dan Muslim). Sementara, dalam kesempatan lain, Rasullullah bersabda, "Lemparkanlah (panah) dan tunggangilah (kuda).''(HR Muslim).
Pada masa Rasulullah dan Khulafa ar-Rasyidin, memanah menjadi sarana penting untuk berperang. Seseorang yang memiliki keahlian memanah pada masa itu, dapat memberi sumbangsih besar kepada kaum Muslimin dalam memetik kemenangan di berbagai medan perang.
Kendati makna memanah untuk konteks saat ini dapat ditafsirkan kembali, tapi setidaknya memanah jadi bekal personal mempertahankan diri. Dikatakan oleh Nabi SAW, “Barangsiapa yang melepaskan anak panah di jalan Allah, maka ia seperti orang yang membebaskan budak.” (HR. Ahmad).
Dr KH Syamsul Yakin MA dalam artikelnya bertajuk Pahala Belajar Memanah yang dimuat di Republika pada 20 Juli 2020 lalu mengutip hadits tersebut dari Syekh Nawawi Banten dalam Tanqih al-Qaul al-Hatsits. Hadits ini maksudnya melepaskan panah dalam berjuang melawan orang-orang kafir untuk menegakkan agama Allah SWT.
Tak hanya itu, memiliki keterampilan memanah mendapat surga setingkat lebih tinggi. Nabi SAW menjanjikan, “Barangsiapa yang melepaskan anak panah dengan tepat sasaran, maka ia mendapat satu derajat lebih tinggi di surga.” (HR. Hakim). Dalam peperangan, pasukan pemanah terdiri dari tentara pilihan yang sangat diandalkan untuk menjatuhkan mental musuh.
Begitu juga dalam sejumlah peperangan yang dipimpin oleh Nabi SAW di dalam kota Madinah atau di luar kota itu, sangat mengandalkan pasukan pemanah. Uqbah bin Amir berkata, “Aku mendengar Rasulullah SAW saat berada di atas mimbar bersabda, “Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi.” (QS. al-Anfal/8: 60).
"Ingatlah, sesungguhnya kekuatan itu adalah memanah. Ingatlah, sesungguhnya kekuatan itu adalah memanah. Ingatlah, sesungguhnya kekuatan itu adalah memanah.” (HR. Muslim). Tiga kali Nabi SAW mengulang kalimat ini. Tentu dapat dipahami maknanya. Dengan tafsir apapun dan pada masa kapan saja, kemampuan memanah ini sangat penting dikuasai.
Bagi seorang penulis, pena dan tinta adalah senjata pengganti busur dan anak panah. Ia berusaha “memanah” secara akurat informasi penting yang harus diketahui oleh kaum muslimin. Penulis dalam konteks ini bisa wartawan, ulama, dan cendekiawan muslim yang konsisten melahirkan berita dan karya yang dapat dibaca untuk memperkaya pengetahuan.
Beragam profesi dan keterampilan haruslah dapat “melepaskan anak panah” secara cepat dan akurat. Semua itu didedikasikan untuk mempertahankan diri dari desakan ekonomi, sosial, budaya dan politik.
Harus disadari kendati kita berjuang dari lini yang berbeda-beda, tapi untuk cita-cita yang sama. Yakni, bagi kesejahteraan kaum muslim dan masyarakat dunia.Untuk itu, mari kita belajar memanah, mengajarkannya, dan mempertahankan keterampilan memanah.
Nabi SAW katakan dalam sebuah hadits yang dikutip oleh Imam Jalaluddin al-Suyuthi dalam Lubab al-Hadits , “Barangsiapa yang meninggalkan memanah setelah belajar, maka sungguh ia telah meninggalkan kesunahan dari sunahku”.
Orang yang telah belajar memanah kemudian tidak menyukai lagi sunah Nabi SAW tersebut, terancam sebagai bukan bagian dari kaum muslim. Nabi SAW memperingatkan, “Barangsiapa yang telah belajar memanah, kemudian meninggalkannya, maka ia bukanlah termasuk golongan kami.” (HR. Muslim). Artinya, ia tidak lagi mengamalkan sunah Nabi SAW.
Terakhir, mengajarkan memanah dengan anak panah kepada anak-anak hukumnya, tulis Syaikh Nawawi Banten, sunah muakadah (sunah yang sangat ditandaskan) ketimbang mengajarkan keterampilan memainkan pedang. Tentu terdapat rahasia besar dalam keterampilan memanah. Oleh karena itu, kalau belum mahir memanah mari kita belajar bersama-sama.