Produksi Tinggi, Petani Khawatir Harga Garam Makin Anjlok

Petani khawatir harga garam akan semakin menurun

Dok Republika
Petambak garam di Desa Rawaurip, Kecamatan Pangenan, Kabupaten Cirebon, sedang memanen garam.
Rep: Lilis Sri Handayani Red: Arie Lukihardianti

REPUBLIKA.CO.ID, CIREBON--Memasuki akhir Agustus, produksi garam milik petambak di Kabupaten Cirebon cukup tinggi. Namun sayang, kondisi itu menyebabkan harga garam terus memgalami penurunan.

Seorang petambak garam di Desa Rawaurip, Kecamatan Pangenan, Kabupaten Cirebon, Ismail mengatakan, kondisi cuaca yang panas terik saat ini sangat mendukung petambak garam dalam mengolah dan memproduksi garam. Kondisi itu berbeda dibandingkan saat pekan ketiga Juli kemarin, dimana musim kemarau masih diselingi hujan. ‘’Produksi garam sekarang lagi lumayan bagus,’’ ujar Ismail kepada Republika, Kamis (29/8/2024).

Ismail mengatakan, lahan tambak garam saat ini rata-rata mampu menghasilkan garam sebanyak dua ton per hari. Menurutnya, produksi garam itu cukup tinggi dan akan terus berlangsung selama kondisi cuaca yang mendukung.

Namun sayang, kata Ismail, produksi garam yang bagus itu menyebabkan harga garam terus mengalami penurunan. Dia menjelaskan, harga di tingkat petambak sekarang berkisar di antara Rp 400 – Rp 500 per kilogram. ‘’Sebelumnya kan bisa mencapai Rp 700 – Rp 800 per kilogram,’’ kata Ismail.

Ismail pun mengaku khawatir harga garam akan semakin menurun. Pasalnya, musim panen garam masih terus berlangsung. Untuk itu, Ismail berharap agar pemerintah membantu harga garam agar bisa stabil. Pasalnya, selama ini harga garam hanya disetir oleh para tengkulak.

Menurut Ismail, mayoritas petambak memiliki bon atau utang kepada para tengkulak. Karenanya, mereka tidak memiliki pilihan kecuali menjual garamnya kepada tengkulak. ‘’Pemerintah harusnya turun tangan dengan menentukan harga garam yang selama ini tidak diperhatikan. Harus ada standardisasi/harga eceran tertinggi (HET) untuk garam,’’ kata Ismail.

Baca Juga


 

 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Berita Terpopuler