Kelas Menengah Berkurang, Efek Pandemi Belum Sepenuhnya Hilang
Struktur ketenagakerjaan Indonesia mengalami perubahan sejak pandemi Covid-19.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (CORE) Mohammad Faisal mengatakan berkurangnya jumlah penduduk kelas menengah harus menjadi perhatian dari pemerintah. Faisal menyebut struktur ketenagakerjaan Indonesia mengalami perubahan sejak pandemi Covid-19.
"Sejak pandemi di 2020 itu menghantam Indonesia. Terjadi perubahan yang sangat signifikan dalam hal struktur ketenagakerjaan. Walaupun setelah pandemi di 2021, mobilitas sudah berangsur-angsur kembali pulih," ujar Faisal saat dihubungi Republika di Jakarta, Sabtu (31/8/2024).
Faisal menyampaikan masih banyak sektor yang belum bisa memulihkan kondisi seperti kondisi sebelum pandemi. Faisal menyampaikan kembali beroperasinya sektor usaha tak lantas membuat roda perekonomian berjalan optimal dan mencapai tingkat penjualan yang sama sebelum pandemi.
"Sebaliknya, banyak yang tadinya bekerja di sektor formal, artinya pada saat Covid mereka harus kehilangan pekerjaan dan mereka beradik ke sektor informal," ucap Faisal.
Faisal menyampaikan banyak pekerja yang belum bisa kembali lagi ke sektor formal akibat perubahan struktur usaha maupun. Faisal mengatakan jumlah pekerja di sektor formal saat ini mencapai 40 persen atau turun dari sebelum pandemi yang sebesar 45 persen.
"Ini juga yang mengakibatkan kenapa setelah krisis sampai sekarang, jumlah sektor informalnya menjadi 60 persen dari tadinya yang sebesar 55 persen," lanjut Faisal.
Faisal menyebut tingkat upah saat ini belum kembali ke kondisi sebelum pandemi, terutama pada sektor-sektor padat karya di perkotaan. Faisal mengatakan pertumbuhan tingkat upah di perkotaan setelah pandemi mengalami perlambatan.
"Sekarang tingkat upah itu tumbuh secara rata-rata, tumbuh sangat lambat. Bahkan di 2023 itu negatif. Jadi untuk upah riilnya, artinya mungkin secara nominal meningkat, tapi ketika dikoreksi atau dibandingkan dengan inflasinya, masih lebih tinggi inflasi dibandingkan dengan peningkatan pertumbuhan upah," ucap Faisal.
Faisal menyebut hal ini menjadi indikator menurunnya daya beli masyarakat, termasuk pada kelas menengah. Kondisi tersebut berdampak signifikan atas berkurangnya jumlah kelas menengah Indonesia.
"Jadi pengeluarannya berubah, jauh lebih sedikit, mengalami penurunan. Nah, ini yang menyebabkan banyak yang menyebabkan proporsi jumlah kelas menengah ke bawah itu mengalami penurunan yang sangat signifikan dan yang rentan miskin dan hampir miskin itu malah meningkat," kata Faisal.