BRIN Sebut Mpox Clade Ib Timbulkan Gejala Lebih Parah dan Cepat Menular

Mpox Clade Ib disebut menyebabkan gejala lebih parah, termasuk pada anak-anak.

Pixabay
Cacar monyet atau Mpox (Monkeypox) (ilustrasi). BRIN menyebut Mpox varian Ib memiliki tingkat penularan lebih cepat dan gejala lebih parah.
Rep: Antara Red: Qommarria Rostanti

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) memberikan peringatan mengenai varian baru virus cacar monyet atau monkey pox (Mpox) yaitu varian Clade Ib. Menurut BRIN, varian ini memiliki tingkat penularan yang lebih cepat dan dapat menyebabkan gejala yang lebih parah, termasuk pada anak-anak.

Baca Juga


"BRIN sebagai badan organisasi riset memiliki salah satu tanggung jawab dalam upaya pencegahan wabah/KLB di Indonesia. Penelitian lebih lanjut perlu terus dilakukan terkait epidemiologi, transmisi dan pengembangan vaksin atau terapi baru dalam upaya pengendalian Mpox," kata kepala Organisasi Riset Kesehatan BRIN Ni Luh Putu Indi Dharmayanti dalam keterangan resminya di Jakarta, Rabu (4/9/2024).

Indi menjelaskan, Mpox dipengaruhi oleh beberapa clade yaitu clade Ia, clade lb, dan clade Ilb. Clade Ia berkaitan dengan kasus yang terjadi pada anak-anak dan juga dewasa dengan manifestasi klinis yang lebih berat.

Sedangkan clade lb dan Ilb, penularan antarmanusia sebagian besar terjadi melalui kontak seksual. Skrining ketat dilakukan menyusul ditemukannya varian Clade Ib di luar kawasan Afrika.

Ia menjelaskan untuk mencegah peningkatan kasus Mpox, pemerintah melakukan gerak cepat dengan memperketat pemeriksaan kesehatan di pintu masuk negara dan mengaktifkan kembali pelacakan mobilitas pelaku perjalanan melalui aplikasi SATUSEHAT Health Pass.

Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengatakan pemerintah memutuskan untuk mengaktifkan kembali sistem deteksi dini penyakit menular guna mencegah importasi penyakit Mpox di dalam negeri. Upaya tersebut merupakan strategi surveilans yang ditempuh pemerintah dalam merespons kemunculan strain Mpox terbaru yang bernama 1B, karena lebih berisiko mematikan dari strain pendahulunya, 2B.

"Strain 1B ini fatalitasnya lebih tinggi daripada yang sebelumnya, yang ada di Indonesia, di Asia itu umumnya 2B. Jadi rupanya kekhawatirannya lebih, karena adanya varian baru yang fatalitasnya mendekati 10 persen dibandingkan dengan varian lama yang 0,1 persen," kata dia.

Metode Electronic Surveillance Card, kata Budi, sama halnya seperti Aplikasi Pedulilindungi yang sebelumnya diterapkan sepanjang periode pandemi Covid-19. Setiap orang yang datang dari luar negeri, kata Budi, akan memindai kode batang atau QR code, yang merekam riwayat perjalanan, dengan notifikasi warna kuning, hijau, dan merah. Kemenkes sudah menyiapkan dua unit mesin PCR yang bisa 30-40 menit mendeteksi gejala Mpox, masing-masing disimpan di Jakarta, Cengkareng, dan Bali.

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler