Diundang Rabithah Alawiyah Bahas Nasab Ba'alawi, Hanya Guru Gembul yang Datang

Kiai Imaduddin, Rhoma Irama, hingga Mama Gufron tak hadiri diskusi Rabithah Alawiyah.

Republika.co.id
Guru Gembul (kiri) menghadiri diskusi yang diadakan Rabithah Alawiyah.
Red: Erik Purnama Putra

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Rabithah Alawiyah menggelar acara diskusi bertema 'Membedah Tulisan yang Membatalkan Nasab Ba'alawi' di Jakarta pada Sabtu (7/9/2024) dan Ahad (8/9/2024). Sayangnya, beberapa tamu undangan yang selama ini mempertanyakan nasab Ba'alawi batal hadir.

Baca Juga


Termasuk pendiri Pondok Pesantren Nahdlatul Ulum Kiai Imaduddin Utsman al Bantani, raja dangdut Rhoma Irama, dan pendakwah Mama Gufron tak terlihat batang hidungnya. Padahal, penyelenggara acara sudah menyiapkan sesi tersendiri dan waktu diskusi bagi kelompok yang selama kontra.

BACA JUGA: Long Weekend Pekan Ini, Maulid Nabi Muhammad 2024 Jatuh Tanggal Berapa? Ini Jadwalnya

Kendati begitu, diskusi tetap berlangsung dengan menghadirkan tim peneliti dan pamateri dari Rabithah Alawiyah. Hanya saja, pada Ahad, Guru Gembul di siniarnya sempat juga mempertanyakan nasab Ba'alawi datang menghadiri undangan Rabithah Alawiyah. Dia datang seorang diri.

"Dengan ini saya mengakui Guru Gembul gentleman. Terima kasih sudah mau datang. Apapun hasil akhirnya, saya mengapresiasi beliau dan pandangan beliau terhadap Ba'alwi. Jika ada pihak RA (Rabithah Alawiyah) yang dipanggil ke podcast GG (Guru Gembul), semoga juga dipenuhi," kata Habib Hafidz Alattas melalui akun X @HafidzAlattas dikutip Republika.co.id di Jakarta, Senin (9/9/2024).

Dia pun mempertanyakan, mengapa Kiai Imad yang di berbagai kesempatan selalu membantah nasab Ba'alawi termasuk keturunan Nabi Muhammad SAW, malah tidak hadir. Dengan hadirnya Guru Gembul, kata Hafidz, hal itu menandakan diskusi di Rabithah Alawiyah berjalan baik. "By the way, Ki Imad dan kawan-kawan, ini bukti RA 'ruang aman' untuk semua," ucapnya.

Dalam tayangan streaming Nabawi TV, pengurus DPP Rabithah Alawiyah, Habib Muhammad bin Husein Al-Habsyi menyampaikan pemaparannya. Dia menjelaskan, acara tersebut perlu diadakan karena membahas tentang nasab, yang saat ini telah menjadi pembahasan yang disampaikan secara liar, baik di tabligh akbar atau di medsos. "Maka kami merasa perlu untuk mendudukkan pihak-pihak terkait. Jadi agar bukan satu arah semuanya," kata Husein Al-Habsyi.

Menurut dia, sebelum acara juga telah disampaikan bahwa diskusi itu berlangsung ilmiah. Sehingga, sebelum dipersilahkan moderator tidak boleh memotong penjelasan orang lain.

"Nggak boleh ada saling potong ucapan, kemudian ada hal-hal yang lain yang menyeleweng dari ranah-ranah ilmiah, nggak ada sama sekali. Memang betul-betul niat kami adalah mendudukkan pihak-pihak, jadi sekalian sekarang dipertemukan. Kadang-kadang kalau ketemu itu cuma di dunia maya, itu beda," kata Husein Al-Habsyi.

Baca: Super Garuda Shield 2024 di Puslatpur 5 Marinir Juga Diisi Baksos

Sebelumnya, pendiri Pondok Pesantren Nahdlatul Ulum Kiai Imaduddin Utsman al Bantani menganggap, habib di Indonesia bukan cucu nabi. Secara ilmu nasab berdasar sejumlah kitab nasab abad 5-9 hijriah, kata dia, para habib tersebut tidak tercatat sebagai keturunan Nabi Muhammad SAW.

"Leluhur habib baru mengaku sebagai keturunan Nabi pada abad 9 hijriah melalui kitab yang leluhur habib ini karang, nama kitabnya Al Burqotul Musiqoh," ujarnya kepada Republika.co.id di Jakarta, beberapa waktu lalu.

Tim peneliti bahas nasab... 

Jika pun perwakilan dari Kiai Imaduddin hadir di lokasi, pihaknya akan memperlakukannya dengan akhlak yang sama seperti tim tergugat. "Seandainya tim penggugat itu mau hadir ke sini, maka dia betul-betul akan menyaksikan bahwa kami akan memperlakukan dengan akhlak yang sama kepada tim penggugat maupun kepada tim peneliti," jelasnya.

Pantauan Republika.co.id, peserta yang hadir adalah Ketua Maktab Daimi Syaikhon bin Abdulqadir Assegaf dan Ahmad bin Muhammad Al-Attos. Adapun tim peneliti yang datang adalah Muhammad Hanif Alatas, Rumail Abbas, Idrus Al Masyhur, Maimun Nafis, Muhaimin Bahirudin, M Fuad A Wafi, dan Muhammad Assegaf.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Berita Terpopuler