Penembakan Kepala Aktivis AS oleh Sniper Israel Dinilai Harus Dijawab dengan BDS
israel dinilai sudah semakin tidak terkendali.
REPUBLIKA.CO.ID, LONDON — Pembunuhan terhadap seorang aktivis Turki-Amerika di Tepi Barat yang dilakukan tentara Israel selama protes damai dinilai merupakan kekejaman mengerikan yang terus berlanjut, ujar seorang mantan anggota parlemen Inggris dari Partai Buruh, Claudia Webbe kepada Anadolu Agency.
Lebih jauh, dia mengatakan Israel tidak terkendali. Aysenur Ezgi Eygi ditembak mati oleh pasukan Israel pada Jumat saat berpartisipasi dalam demonstrasi menentang permukiman ilegal Israel di kota Beita, Palestina.
Laporan autopsi Ezgi Eygi telah mengonfirmasi bahwa dia terbunuh oleh peluru penembak jitu Israel di kepala, kata Gubernur Nablus Ghassan Daghlas pada Sabtu (7/9/2024).
Ezgi Eygi (26 tahun) telah terlibat aktif dalam gerakan solidaritas yang mendukung hak-hak Palestina. Kematiannya telah memicu kemarahan dan seruan untuk akuntabilitas dari komunitas lokal dan internasional.
"Pemberontakan di Tepi Barat, pemusnahan total rakyat Palestina, pembunuhan aktivis dan jurnalis tanpa rasa penyesalan dari Israel, itu adalah kenyataan mengerikan yang kita semua hadapi," kata Claudia Webbe.
"Kita melihat pembunuhan di siang bolong, dan itu benar-benar mengerikan," kata Webbe, menegaskan kembali seruannya untuk gencatan senjata segera di Jalur Gaza, tempat Israel telah membunuh lebih dari 40.000 warga Palestina sejak Oktober 2023.
Dia juga menyerukan penghentian persenjataan Israel, dengan mengatakan itu sangat penting. Inggris telah menangguhkan 30 dari 350 lisensi ekspor senjata ke Israel setelah melakukan peninjauan yang memperingatkan bahwa ada risiko bahwa peralatan tersebut dapat digunakan untuk melakukan pelanggaran serius terhadap hukum internasional.
Ke-30 lisensi tersebut mencakup komponen untuk pesawat militer, helikopter, pesawat nirawak, dan barang-barang yang memfasilitasi penargetan darat, tidak termasuk suku cadang yang dibuat di Inggris untuk program jet tempur F-35.
Berbicara tentang korban, Webbe, berkata: "Kami tahu bahwa masih banyak lagi yang cacat dan terluka, dua pertiganya adalah wanita dan anak-anak. Ini harus dihentikan."
"Kami berbaris untuk memastikan bahwa kami menunjukkan solidaritas kami. Kami tidak akan pernah berhenti berbaris sampai Palestina bebas, sampai ada negara Palestina dan pengakuan Palestina," kata dia menjelang pawai solidaritas nasional untuk warga Palestina di London pada Sabtu (7/9).
Webbe mengatakan, penghentian pengiriman senjata ke Israel tidaklah cukup. Dia menegaskan, orang-orang membutuhkan boikot, divestasi, dan sanksi sekarang. "Kami membutuhkan pemerintah untuk mendengarkan. Kami tidak dapat melanjutkan keterlibatan ini sementara warga sipil yang tidak bersalah terus meninggal, terus terluka, dan terus kehilangan orang yang dicintai," ujar Webbe.
"Anak-anak Gaza layak mendapatkan yang lebih baik. Palestina layak mendapatkan masa depan, dan kita semua harus terus berbaris sekarang," ujar Webbe.
Israel telah menggempur jalur Gaza sejak serangan lintas perbatasan oleh Hamas pada 7 Oktober 2023. Selain jatuhnya korban jiwa akibat operasi militer tersebut telah mengubah sebagian besar wilayah Gaza kantong berpenduduk 2,3 juta orang itu menjadi reruntuhan, menyebabkan sebagian besar warga sipil kehilangan tempat tinggal dan berisiko mengalami kelaparan.