RK Bantah Isu Dirinya Ditolak Warga Jakarta, Jelaskan Insiden di Bamus Betawi

Menurut Emil, kejadian di Bamus Betawi beberapa waktu lalu bukan penolakan warga.

ANTARA FOTO/Indrianto Eko Suwarso
Bakal calon Gubernur DKI Jakarta Ridwan Kamil membuat makanan khas betawi kerak telor disela bertemu dengan mantan Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo di Museum Betawi, Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan, Jakarta, Rabu (4/9/2024). Ridwan Kamil bersilaturahim dengan mantan Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo untuk meminta nasihat serta menyerap aspirasi sebagai bekal maju dalam Pilgub Jakarta 2024.
Rep: Bambang Noroyono Red: Andri Saubani

REPUBLIKA.CO.ID, BEKASI — Calon Gubernur (Cagub) Jakarta Ridwan Kamil membantah dirinya mendapatkan penolakan dari warga dalam sejumlah kunjungannya bersama cawagub Suswono ke beberapa kelompok masyarakat menjelang Pilkada Jakarta 2024. Mantan gubernur Jawa Barat (Jabar) itu mengatakan, yang terjadi di lapangan dalam kunjungan ke beberapa tempat, hanya masalah kekurangan dalam koordinasi dan komunikasi dengan pemimpin perangkat wilayah.

Bang Emil, begitu Ridwan Kamil ingin akrab disapa selama Pilkada Jakarta, mengatakan, reaksi masyarakat di lapangan, tak bisa disimpulkan hanya berdasarkan satu peristiwa. Karena terjadinya peristiwa tersebut, tentunya ada pangkal soalnya, dan berakhir pada muara kejadian.

“Untuk yang saya ke Bamus Betawi itu kan terjadinya dinamika di lapangan, yang ujung-ujungnya kita salaman, selfie (foto bareng) sama saya, dan mendukung juga,” kata Bang Emil usai sowan dengan mantan Gubernur DKI Jakarta Sutiyosi di Bekasi, Jawa Barat (Jabar), Kamis (12/9/2024).

Menurut Emil, kejadian di Bamus Betawi beberapa waktu lalu itu, bukan penolakan warga. “Itu kan hanya gara-gara belum koordinasi di level Pak RT. Jadi memang ada hal-hal teknis yang kecil, yang kadang-kadang, mohon juga untuk diberitakan secara profesional. Jadi itu bukan penolakan. Jadi ada acara, koordinasinya belum seratus persen. Karena kurangnya koordinasi, jadinya begitu. Dan itu bukan ke saya saja (yang mengalami),” kata Emil.

Meskipun begitu, kata cagub dari Koalisi Indonesia Maju (KIM) Plus itu, dirinya menerima beragam reaksi masyarakat di Jakarta atas dirinya saat ini sebagai kontestan pilkada. Emil mengatakan, dirinya tak bisa memaksa perasaan yang berbeda-beda di masyarakat Jakarta sebagai pemilih.

Menurutnya, apapun ekspresi yang dimunculkan terhadapnya oleh masyarakat di Jakarta, harus diterima sebagai bentuk hak dalam demokrasi. “Bagi saya, dalam alam demokrasi, ekspresi menyukai, tidak menyukai, menerima, menolak, itu biasa saja. Karena dalam alam demokrasi kita punya niat baik, saya dan Pak Suswono punya niat yang baik,” kata Emil.

Komisi Pemilihan Umum Daerah (KPUD) Jakarta, baru akan menetapkan resmi para pasangan calon gubernur dan calon wakil gubernur (cagub - cawagub) untuk Pilkada Jakarta, pada 22 September mendatang. Namun sebelum penetapan tersebut, sudah tiga paslon cagub-cawagub yang mendaftar. Paslon Emil - Suswono, usungan dari 15 partai politik (parpol) yang tergabung dalam KIM Plus.

Satu paslon lainnya Pramono Anung - Rano Karno yang diusung oleh PDI Perjuangan. Lainnya, paslon dari jalur independen, Dharma Pongrekun - Kun Wardhana.

Sebelum KPUD Jakarta menetapkan resmi paslon tersebut, para kontestan cagub - cawagub sudah melakukan safari politik ke sejumlah tokoh-tokoh daerah, maupun nasional. Juga melakukan berbagai macam kunjungan ke beberapa kelompok masyarakat.

Bang Emil dan Suswono, pada Jumat (6/9/2024) lalu berkunjung ke Bamus Betawi di Jakarta Timur (Jaktim). Namun dalam kunjungan tersebut, diberitakan terjadi penolakan dari sejumlah warga dan pemuda. Pekan sebelumnya, politikus dari Partai Golkar itu juga disambut oleh warga dengan teriakan-teriakan sinis, saat berkunjung ke Makam Mbah Priok di Jakarta Utara.

Baca Juga



 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Berita Terpopuler