IAAI Temukan Bukti Peradaban Terkubur 400 Tahun di Proyek MRT Jakarta

Ekskavasi di jalur MRT jadi langkah penting menyelamatkan situs arkeologi bersejarah.

Antara/Mentari Dwi Gayati
Ragam artefak atau benda bersejarah yang disimpan di ruang visitor center MRT Jakarta di kawasan Monas, Jakarta Pusat.
Rep: Antara Red: Erik Purnama Putra

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ikatan Ahli Arkeologi Indonesia (IAAI) menguak temuan benda-benda bersejarah bukti peradaban Jakarta yang telah terkubur sekitar 400 tahun dari proyek Moda Raya Terpadu (MRT) Jakarta fase dua. Proyek tersebut membentang dari Stasiun Bundaran HI, Jalan MH Thamrin, Monas, Harmoni, Sawah Besar, Mangga Besar, Glodok, dan Kota.

Baca Juga


"Ekskavasi di jalur MRT menjadi langkah penting untuk penyelamatan situs arkeologi yang berharga. Kami menemukan banyak sekali bukti-bukti peradaban Jakarta di masa lampau, mulai dari pipa terakota yang menandakan sistem pengelolaan air bersih pada masa kolonial, pecahan-pecahan keramik, hingga saluran air pada masa VOC," kata Ketua IAAI Marsis Sutopo di Palmerah, Jakarta Barat, Selasa (24/9/2024) malam WIB.

Dia menyampaikan hal tersebut saat pembukaan pameran "Jakarta dari Bawah Tanah" di Bentara Budaya Jakarta hingga 29 September 2024. Pameran itu merupakan hasil kerja sama dengan MRT Jakarta, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek), Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Universitas Leiden, Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jakarta, dan pemangku kepentingan lainnya.

"Temuan arkeologis dari penggalian di proyek pembangunan MRT Jakarta kawasan Glodok dan Pintu Besar Selatan misalnya, yang paling banyak, bisa mengokohkan jati diri bangsa. Di abad ke-19 terdapat sistem trem dan stasiun-stasiunnya di jalur tersebut serta jejak-jejaknya terkuak dalam penggalian arkeologis," ujar Marsis.

Dia menjelaskan, beberapa temuan di antaranya pecahan gerabah keramik dari hasil penggalian sedalam 2,5 sampai 3 meter, hingga batu bata pada zaman Batavia. Semua barang itu tertanam di sepanjang jalur pembangunan MRT fase dua.

"Dalam pembangunan salah satu ruasnya, MRT melibatkan para arkeolog karena jalur sepanjang Gajah Mada dan Pintu Besar Selatan merupakan bagian dari pusat Kota Batavia di masa lalu, kami mengapresiasi ini karena peranan asosiasi profesi semakin dihargai dari waktu ke waktu," ucap Marsis. Menurut dia, penemuan tersebut masih terus dilakukan dengan proses riset yang lebih mendalam bersama BRIN.

Pelaksana Tugas Kepala Museum dan Cagar Budaya atau Indonesian Heritage Agency Ahmad Mahendra menyampaikan, pameran dan diskusi tentang temuan penting dari proyek MRT fase dua tersebut dapat menjadi pembelajaran tentang interaksi budaya di masa lampau. Sehingga pihak berwenang sekarang bisa membangun peradaban yang bisa bertahan hingga saat ini.

"Temuan di Glodok, misalnya, membuat kita bisa berpikir bahwa Glodok itu kan daerah strategis sebetulnya, ada lintas interaksi yang banyak terjadi di situ, itu juga perlu diteliti, bagaimana interaksi budayanya sehingga Jakarta terbentuk menjadi sesuatu yang ada saat ini," kata Mahendra.

Selain itu, menurut dia, pameran tersebut menjadi bagian yang harus dipahami dan diteruskan kepada masyarakat untuk membuka cakrawala pengetahuan tentang Jakarta. "Temuan-temuan arkeologis ini tentu berimbas juga memberi pengetahuan seperti interaksi budaya karena tentu tidak mungkin ada struktur kalau tidak ada manusianya," kata Mahendra.

Dia menyebutkan, setelah dipamerkan benda-benda bersejarah akan diserahkan kepada Dinas Kebudayaan Jakarta. "Sudah diserahkan ke dinas, jadi kami titip untuk dirawat sebagai upaya pelindungan dan pelestarian, agar memberi wajah tentang sejarah Jakarta dan peninggalan yang penting pada generasi muda," ujar Mahendra.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Berita Terpopuler