Biografi Abah Guru Sekumpul
Abah Guru Sekumpul merupakan seorang ulama besar dan mursyid tarekat dari Kalsel.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Muhammad Zaini Abdul Ghani merupakan seorang ulama besar dari Kalimantan Selatan. Alim keturunan Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari ini masyhur dengan sebutan Abah Guru Sekumpul.
Dia lahir pada 11 Februari 1942 di Kampung Tunggul Irang Seberang, Martapura, Kalsel. Sejak kecil, dirinya sudah ditempa dengan ilmu-ilmu agama Islam.
Bahkan, beberapa riwayat menyebutkan bahwa Muhammad Zaini kecil sudah hafal Alquran saat masih berusia tujuh tahun. Dia juga disebut-sebut memiliki karamah yang karenanya kelak ketika dewasa ia dipandang masyarakat sebagai seorang wali Allah (waliyullah).
Seperti dikutip dari artikel Mirhan AM yang terbit di Jurnal Ilmu Ushuluddin (Januari 2012), pada usia tujuh tahun Muhammad Zaini belajar di Pondok Pesantren Darussalam Martapura. Di antara guru-gurunya yang berjumlah total 179 orang itu adalah KH Husin Qadri, Seman Mulya, Syekh Salman Jalil, Syekh Syarwani Abnan (Bangil), dan Syekh al-Sayyid Muhammad Amin Kutbi.
Dalam artikelnya di Jurnal al-Banjari (2011), Ahmad Zakki Mubarak menjelaskan, pendidikan lanjutan tokoh ini dilakukan di Madrasah Darussalam Pesayangan, Martapura. Muhammad Zaini menempuhnya hingga dirinya berusia 20 tahun. Kemudian, dia hijrah ke Bangil, Jawa Timur, untuk menimba ilmu di sejumlah pesantren setempat.
Begitu lulus dari sana, dia kembali ke Martapura untuk mengajar di Pondok Pesantren Darussalam, setidaknya selama lima tahun. Di luar lingkungan sekolah, Muhammad Zaini juga menggelar pengajian di kediaman pribadinya serta lingkungan Keraton Martapura sejak 1970-an. Pada 1988, lokasi kegiatan keagamaan ini berpindah ke Kompleks Sekumpul, Martapura, yang berada tak jauh dari Masjid ar- Raudhah.
Karena itulah, mubaligh ini dipanggil sebagai Abah Guru Sekumpul. Para peserta pengajiannya berasal dari dalam dan luar Kalimantan Selatan. Bahkan, tidak sedikit yang datang dari mancanegara, seperti Malaysia, Brunei Darussalam, Singapura, dan Yaman.
Abah Guru Sekumpul mengajarkan kitab-kitab yang ditulis tentang beragam keilmuan Islam. Sebut saja, Ihya Ulum ad-Din karya Imam Ghazali; Kitab Sifat 20 karya Usman bin Abdullah bin al-Alawi; Al-'Ilmu an-Nabras fi at-Tanbih 'Ala Manhaj al-Akyasi karangan Sayyid Abdullah bin Alawi bin Hasan Al-Attas; serta Tanbih al-Mughtarin oleh Abdul Wahab Asy-Sya'rani.
Abah Guru Sekumpul mengajarkan pentingnya meniru akhlak tiga generasi emas Islam, yakni para sahabat, tabiin dan tabiut tabiin. Sebab, mereka begitu dekat dengan zaman Nabi Muhammad SAW serta meneladan beliau dengan sebaik-baiknya.
Pada 10 Agustus 2005, Abah Guru Sekumpul wafat di kediamannya. Beberapa hari sebelumnya, sang mursyid Tarekat Sammaniyah telah mendapatkan perawatan medis lantaran penyakit gagal ginjal yang dialaminya.