Dendam Kesumat Israel, Dua Kali Diusir Nasrallah dari Lebanon

Nasrallah sempat lolos dari percobaan pembunuhan oleh Israel pada 2006.

AP Photo/Mohammed Zaatari
Warga Lebanon dan Palestina memegang potret pemimpin Hizbullah Sayyed Hassan Nasrallah, dalam unjuk rasa di kota pelabuhan selatan Sidon, Lebanon, Sabtu, 28 September 2024.
Red: Fitriyan Zamzami

REPUBLIKA.CO.ID, BEIRUT – Sekretaris Jenderal Hizbullah Sayyid Hassan Nasrallah syahid diterjang rudal-rudal Israel di Beirut pada Jumat (27/9/2024). Ia demikian dimusuhi Israel karena berhasil dua kali mengusir penjajah tersebut dari wilayah Lebanon.

Baca Juga


Pada 31 Agustus 1960, Hassan lNasrallah lahir. Ia anak tertua dari delapan bersaudara dan dibesarkan di lingkungan Karantina, salah satu daerah termiskin dan paling miskin di Pinggiran Timur ibu kota Lebanon, Beirut. Hassan, digelari "sayyid" karena diklaim merupakan keturunan Nabi Muhammad.

Sayyed Hassan yang belajar di Irak kembali ke Lebanon pada 1978 dan melanjutkan studi dan pengajaran studi Islam di madrasah Imam al-Muntazar. Belakangan ia kemudian bergabung dengan gerakan perlawanan yang bertujuan mengusir Israel dari wilayah Lebanon. Israel melakukan agresi dan kemudian penjajahan di Lebanon sejak 1982.

Pada 16 Februari 1992, pasukan Israel membunuh sekretaris jenderal Sayyid Abbas al-Mousawi, bersama istri dan putranya yang berusia lima tahun. Dewan Syura Hizbullah kemudian bersidang dan memilih Nasrallah yang telah bergabung sebagai sekretaris jenderal kelompok tersebut, meskipun usianya relatif muda dibandingkan anggota dewan lainnya.

Ia awalnya menolak keputusan terpilih karena usianya baru 32 tahun. Namun, setelah desakan mereka, ia menyelesaikan sisa masa jabatan Sayyid al-Mousawi, yang berakhir pada tahun 1993, dan sejak itu terpilih kembali beberapa kali sebelum ia syahid.

Dalam sebuah wawancara dengan Almayadeen, Hassan Nasrallah mengenang bahwa keputusan pertama yang diambilnya sebagai sekretaris jenderal adalah menargetkan pemukiman Israel dengan roket Katyusha. Ini pertama kali Hizbullah mengebom permukiman Israel.

Selama masa jabatan Sayyed Nasrallah sebagai Sekretaris Jenderal, Perlawanan Islam di Lebanon terlibat dalam berbagai konfrontasi dengan pendudukan Israel, terutama selama Perang Tujuh Hari pada Juli 1993, agresi pada bulan April 1996, dan berpuncak pada kemenangan bersejarah pada 25 Mei 2000, ketika sebagian besar wilayah Lebanon dibebaskan dari pendudukan Israel. Hal ini disusul dengan kekalahan strategis dan bersejarah militer Israel pada perang 2006. 

Warga Lebanon dan Palestina memegang potret pemimpin Hizbullah Sayyed Hassan Nasrallah, dalam unjuk rasa di kota pelabuhan selatan Sidon, Lebanon, Sabtu, 28 September 2024. - (AP Photo/Mohammed Zaatari)

 

Pembebasan 25 Mei 2000

"Israel" telah menduduki Lebanon selatan pada tahun 1978, dan tetap melakukan pendudukannya bahkan setelah pasukannya menarik diri dari Beirut pada 1982, menjarah kekayaan wilayah tersebut, menganiaya warga sipil dan pejuang perlawanan, serta menyiksa dan membunuh siapa saja yang berani melawan diktat pasukan pendudukan.

Bertahun-tahun setelah Hizbullah, bersama dengan faksi-faksi Perlawanan lainnya, memikirkan pembebasan wilayah Lebanon yang diduduki Israel, mereka terlibat dalam pertempuran sengit dengan militer Israel dan milisi kolaboratornya, Tentara Lahd pada 2000. Pertempuran itu berhasil mencapai tujuan yang telah lama ditunggu-tunggu, memaksa Israel untuk pertama kalinya menarik diri tanpa syarat dari wilayah Lebanon Arab yang diduduki. Hari itu di Lebanon dikenal sebagai Hari Pembebasan.

Kemenangan ini membuat mitos militer Israel sebagai tentara yang tak terkalahkan hancur di tangan perlawanan, membuktikan bahwa "Israel" memang bisa dikalahkan. Dalam pidatonya di kota pembebasan Bint Jbeil pada perayaan setelah pencapaian bersejarah tersebut, Sayyed Hassan menggambarkan "Israel" sebagai "lebih lemah dari jaring laba-laba."

 

Perang  2006

Kemenangan strategis terulang kembali pada 2006 setelah Hizbullah pada 12 Juli menangkap dua tentara Israel dalam operasi lintas batas yang bertujuan untuk ditukar dengan tahanan di penjara pendudukan.


Tak lama setelah operasi tersebut, "Israel" melancarkan agresi brutal selama 33 hari di Lebanon, yang mengakibatkan serangan udara, laut, dan darat terhadap rakyat Lebanon, menghadapi perlawanan sengit dari Hizbullah dan beberapa faksi Perlawanan Lebanon lainnya.

Dua hari setelah perang, Hizbullah menyerang sebuah kapal perusak Kelas Saar-5 di sepanjang garis pantai Lebanon yang ikut serta dalam blokade laut yang diberlakukan di Lebanon, menembaki kota-kota besar dan kecil. Operasi tersebut diumumkan oleh Hassan Nasrallah. "Sekarang... Di tengah laut... Lihatlah kapal perang yang menyerang Beirut, sementara kapal itu terbakar dan tenggelam di depan mata Anda."

Perang berakhir pada 14 Agustus 2006, setelah Dewan Keamanan PBB mengadopsi Resolusi 1701, yang menyerukan penghentian segera permusuhan antara militer pendudukan Israel dan Perlawanan Lebanon. 

 

Percobaan pembunuhan... baca halaman selanjutnya

Pada 2006, Nasrallah sempat lolos dari serangan udara Israel yang menghantam rumah dan kantornya. ''Sekretaris Jenderal Hizbullah, keluarganya, dan pengawal-pengawalnya selamat dan kini dalam keadaan sehat," lapor stasiun televisi Hizbullah Al-Manar, Sabtu (15/7/2006) pagi. Serangan udara itu dilakukan Israel pada Jumat tengah malam. Pasukan Israel menyerang daerah Haret Hreik yang dijaga ketat dan dilengkapi kamera pengawas. 

Di daerah pinggiran selatan Beirut ini terdapat kantor pusat partai dan rumah Nasrallah. Daerah itu berpenduduk mayoritas Syiah --sebuah kawasan utama Hizbullah. Serangan-serangan itu menghancurkan bangunan tempat Sekjen Hizbullah dan rumahnya. Gerilyawan Hizbullah segera menutup daerah tersebut.

Seorang juru bicara militer Israel membenarkan serangan terhadap markas kelompok Hizbullah, termasuk dua bangunan yang digunakan oleh pemimpin-pemimpin senior, di Beirut selatan itu. Jaringan televisi Israel Channel 2 mengatakan, serangan udara itu dilancarkan sesuai dengan informasi intelijen bahwa Nasrallah berada di dalam bangunan tersebut pada saat serangan itu dilakukan.

Sebagai balasan terhadap serangan-serangan Israel yang makin membabi buta, anggota Hizbullah kala itu menyerang sebuah kapal perang Israel di lepas Pantai Lebanon. Empat pelaut dilaporkan hilang dan sejumlah tentara Israel luka-luka. Serangan juga mengenai sebuah kapal sipil asing. Kapal itu terbakar terkena tembakan.

 

Amerika bersuka

Terkait pembunuhannya pekan lalu, Wakil Presiden Amerika Serikat (AS) Kamala Harris menyebut Hassan Nasrallah sebagai “seorang teroris yang berlumuran darah Amerika” sambil mendesak solusi diplomatik ketika Israel terus menyerang Lebanon dan Gaza.

Asap mengepul akibat serangan udara Israel di pinggiran selatan Beirut, Sabtu, 28 September 2024. - ( AP Photo/Hussein Malla)

“Selama beberapa dekade, kepemimpinannya di Hizbullah mengguncang Timur Tengah dan menyebabkan pembunuhan banyak orang tak bersalah di Lebanon, Israel, Suriah, dan di seluruh dunia. Saat ini, para korban Hizbullah mendapatkan keadilan,” kata Harris dalam sebuah pernyataan.

“Saya mempunyai komitmen teguh terhadap keamanan Israel. Saya akan selalu mendukung hak Israel untuk mempertahankan diri melawan Iran dan kelompok teroris yang didukung Iran seperti Hizbullah, Hamas, dan Houthi.”

Sebaliknya, bagi Hizbullah, Nasrallah adalah Syuhada. “Yang mulia, ahli perlawanan, hamba yang shaleh, telah meninggal dunia untuk bersama junjungannya yang ridha kepadanya sebagai seorang syahid yang agung. Kepemimpinan Hizbullah berjanji untuk melanjutkan jihadnya dalam menghadapi musuh [Israel], mendukung Gaza dan Palestina, dan membela Lebanon serta rakyatnya yang teguh dan terhormat.”

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler