1 Juta Orang Lebanon Mengungsi Akibat Serangan Brutal Israel, Terburuk Sepanjang Sejarah
Jumlah ini menandai gelombang pengungsian terbesar dalam sejarah negara tersebut.
REPUBLIKA.CO.ID, BEIRUT - Perdana Menteri sementara Lebanon Najib Mikati mengatakan, sekitar satu juta orang Lebanon telah mengungsi akibat serangan Israel. Jumlah ini menandai gelombang pengungsian terbesar dalam sejarah negara tersebut.
"Lebanon tengah mengalami gelombang pengungsian terbesar dalam sejarahnya," kata Mikati dalam konferensi pers setelah pertemuan komite darurat pemerintah di Beirut, Ahad (30/9/2024).
Mikati menuturkan, prioritas Lebanon adalah menghentikan agresi Israel yang sedang berlangsung melalui upaya diplomasi berkelanjutan. “Kami tidak punya pilihan lain,” ucapnya.
Dirinya juga menegaskan kembali komitmen Lebanon terhadap Resolusi Dewan Keamanan PBB 1701 yang menyerukan penghentian permusuhan antara Israel dan Hizbullah. “Tentara Lebanon siap melaksanakan resolusi tersebut,” ucapnya, seraya menekankan pentingnya mencegah eskalasi lebih lanjut.
Secara terpisah, Mikati melakukan panggilan telepon dengan mitranya dari Irak, Mohammed Shia al-Sudani dan mengucapkan terima kasih kepada Baghdad atas dukungan dan bantuannya kepada Lebanon. Sudani menegaskan kembali komitmen Irak untuk mendukung Lebanon, menurut pernyataan kantor Mikati.
Sang Perdana Menteri Irak juga menyampaikan belasungkawa atas terbunuhnya Sekretaris Jenderal Hizbullah, Hassan Nasrallah dalam serangan udara Israel di Beirut pada Jumat.
Tentara Israel telah menyerang Lebanon sejak 23 September, menewaskan sedikitnya 816 orang dan melukai lebih dari 2.500 orang, kata Kementerian Kesehatan Lebanon.
Hizbullah dan Israel telah terlibat dalam perang lintas batas sejak dimulainya perang Israel di Gaza yang telah menewaskan hampir 41.600 orang, kebanyakan wanita dan anak-anak, menyusul serangan lintas batas oleh Hamas pada 7 Oktober lalu.