Tentara Israel Kocar-Kacir oleh Hizbullah, 8 Personel Zionis Tewas, Termasuk Tiga Komandan

Hizbullah sukses menghancurkan tiga tank Merkava Israel.

AP Photo/Leo Correa
Tentara Israel bekerja di pengangkut personel lapis baja (APC) di Israel utara, Senin, 30 September 2024.
Red: Teguh Firmansyah

REPUBLIKA.CO.ID, BEIRUT -- Delapan tentara Israel telah tewas dalam pertempuran dengan Hizbullah di Lebanon selatan. Demikian disampaikan militer Israel dalam sebuah pernyataan pada hari Rabu. Tiga dari mereka yang tewas adalah komandan, dan tujuh tentara lainnya mengalami luka-luka kritis.

Baca Juga


Middle East Eye melaporkan, Hizbullah bentrok dengan pasukan Israel yang menyusup ke kota perbatasan Lebanon selatan, Maroun al-Ras. Hizbullah sukses menghancurkan tiga tank Merkava Israel dengan peluru kendali ketika mereka mendekat di dekat kota tersebut.

Dalam sebuah pernyataan terpisah, kelompok itu mengatakan bahwa beberapa tentara Israel terbunuh dan terluka dalam pertempuran di Maroun al-Ras dan Odaissah. Para pejuang Hizbullah melawan serbuan tentara infantri Israel di pagi hari, dan memaksa mereka untuk mundur.

Sky News Arabia mengutip sebuah sumber Israel yang mengatakan bahwa 14 tentara Israel tewas dalam pertempuran pada Rabu.

Tentara Lebanon mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa pasukan Israel melanggar garis demarkasi antara Lebanon dan Israel, yang dikenal sebagai Garis Biru. Mereka bergerak sekitar 400 meter ke dalam wilayah Lebanon, dan kemudian menarik diri beberapa saat kemudian.

Beberapa jam sebelumnya, Hizbullah mengatakan bahwa mereka melakukan serangkaian serangan terhadap pasukan Israel yang ditempatkan di sepanjang perbatasan dengan Lebanon. Mereka menargetkan tiga posisi militer yang berbeda dengan roket dan tembakan artileri, mencapai serangan langsung.

Kepala media Hizbullah Mohammad Afif mengatakan bahwa kelompok ini memiliki cukup pejuang, senjata dan amunisi untuk memukul mundur pasukan Israel.

Laman Telegram Israel mengatakan bahwa helikopter-helikopter penyelamat terlihat mengangkut para tentara dari perbatasan utara ke rumah sakit di Haifa setelah serangan tersebut. Tidak ada komentar langsung dari militer Israel.

 

Wartawan Israel Meron Rapoport mengatakan kepada Middle East Eye bahwa masih terlalu dini untuk mengatakan apakah korban jiwa yang banyak dari pihak Israel akan menghalangi invasi militer. Namun kerugian yang terus berlanjut mungkin akan berdampak pada militer Israel dan rencana Perdana Menteri Benjamin Netanyahu.

“Perang di Lebanon bukan hanya perang Netanyahu, tetapi juga perang tentara dan sebagian besar warga Israel mendukungnya. Mereka merasa bahwa mereka bisa menang, bahwa Hizbullah lemah dan bahwa Israel bisa mencapai beberapa tujuan.” kata dia menambahkan. 

“Sekarang hasil awal ini, di mana delapan perwira dan tentara Israel terbunuh segera setelah invasi darat dapat mengingatkan orang-orang di Israel akan trauma invasi Israel sebelumnya ke Lebanon pada tahun 1982 dan pada tahun 2006.”

Bentrokan tersebut terjadi ketika militer Israel mengatakan bahwa unit-unit infanteri dan lapis baja reguler bergabung dengan operasi darat di Lebanon selatan. Tentara itu didukung oleh angkatan udara dan tembakan artileri, sehari setelah Iran menyerang Israel dengan rentetan rudal balistik.

Pada Rabu sore, Hizbullah mengatakan bahwa mereka telah menargetkan sebuah unit Israel dengan sebuah alat peledak di dekat desa perbatasan selatan Yaroun, beberapa kilometer dari Maroun al-Ras.

“Ketika tentara musuh Israel mencoba menyelinap di sekitar desa Yaroun. pejuang [Hizbullah] mengejutkan mereka dengan meledakkan sebuah alat peledak,” kata laporan itu, yang melaporkan adanya korban dari pihak Israel.

Sejak mengumumkan rencananya untuk melakukan invasi darat ke Lebanon pada Senin malam, Israel menggambarkan operasinya sebagai salah satu serangan komando “terbatas”.

Namun, penambahan pasukan infanteri dan pasukan lapis baja dari Divisi ke-36, termasuk Brigade Golani, Brigade Lapis Baja ke-188 dan Brigade Infanteri ke-6, menunjukkan bahwa operasi tersebut telah bergerak lebih dari itu.

Operasi darat

Militer Israel mengklaim bahwa operasi daratnya terutama difokuskan pada pembongkaran terowongan Hizbullah dan infrastruktur lainnya di sepanjang perbatasan.

Pada Selasa, sumber-sumber yang dekat dengan Hizbullah mengatakan kepada Middle East Eye bahwa pasukan Israel memasuki terowongan-terowongan di sebuah wilayah kecil di perbatasan tanpa intervensi dari pasukan elite Radwan.

“Hal ini dilakukan dengan sengaja untuk menghindari pengungkapan rencana militer pasukan Hizbullah pada tahap awal pertempuran,” katanya.

Militer Israel pada hari Rabu memerintahkan penduduk di 24 kota di Lebanon selatan untuk meninggalkan rumah mereka dan menuju ke utara Sungai Awali, dan memperingatkan akan adanya serangan yang akan datang ke daerah-daerah tersebut.

Beberapa kota yang disebutkan berada di pinggiran kota Tyre, lebih dari 20 km sebelah utara perbatasan.

Seruan Israel kepada warga Lebanon untuk meninggalkan kota-kota di Lebanon selatan dan pinggiran kota Beirut sudah menjadi hal yang hampir setiap hari terjadi. Pada hari Selasa, Israel memperingatkan penduduk 29 desa untuk pergi karena tentaranya bersiap untuk menyisir daerah tersebut.

Sedikitnya 1,2 juta orang telah mengungsi akibat serangan Israel di seluruh Lebanon. Israel juga terus mengebom daerah-daerah di Lebanon selatan pada hari Rabu dan melakukan serangan di pinggiran selatan Beirut, yang secara lokal dikenal sebagai Dahiyeh, dengan setidaknya selusin serangan.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler