Terus Memanas, AS dan Israel Berencana Serang Fasilitas Perminyakan Iran

Biden menyatakan tidak mendukung Israel menyerang fasilitas nuklir Iran.

AP Photo/Evan Vucci
Presiden Joe Biden menyampikan pidato nasional dari Ruang Oval Gedung Putih, Washington, AS Rabu (24/7/2024).
Red: Mas Alamil Huda

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON - Amerika Serikat (AS) berdiskusi dengan Israel terkait dengan apakah perlu untuk menyerang fasilitas perminyakan Iran. Presiden AS Joe Biden menyebut langkah itu mungkin dilakukan sebagai tanggapan atas serangan rudal balasan Negara Mullah tersebut pada awal pekan ini.

Baca Juga


"Kami tengah mendiskusikan hal itu, saya pikir itu akan menjadi kecil kemungkinan…," kata Biden kepada wartawan ketika ditanya apakah kepala negara AS itu akan mendukung Israel untuk menyerang fasilitas perminyakan Iran.

Biden menambahkan bahwa tidak akan terjadi apa-apa pada hari ini sehubungan dengan rencana serangan balik yang akan dilakukan oleh pihak Israel terhadap Iran.

Sebelumnya pada Rabu (2/10/2024), Biden menyatakan tidak mendukung Israel menyerang fasilitas nuklir Iran setelah Iran menembakkan serangkaian rudal secara besar-besaran ke Israel pada Selasa (1/10/2024).

Rangkaian rudal yang diluncurkan oleh Iran itu merupakan bentuk tanggapan atas pembunuhan pemimpin Hizbullah Hassan Nasrallah, pemimpin politik Hamas Ismail Haniyeh, dan komandan senior Korps Garda Revolusi Iran (IRGC) Abbas Nilforoushan.

Sementara itu, militer Israel mengatakan ada sekitar 180 rudal balistik yang ditembakkan Iran, di mana sebagian besar rudal berhasil dicegat.

Daftar Panjang Pembunuhan Politik Israel - (Republika)

Ancaman Presiden Iran.. baca di halaman selanjutnya.

 

Presiden Iran Masoud Pezeshkian mengatakan, serangan rudal pada Selasa (1/10/2024) merupakan respons atas kekejaman yang terus dilakukan Israel. Ia mengingatkan bahwa kesalahan sekecil apa pun yang dilakukan Tel Aviv akan memicu balasan yang lebih kuat dan menghancurkan.

Pada Rabu (2/10/2024) malam, Pezeshkian bertemu dengan delegasi tingkat tinggi gerakan perlawanan Palestina, Hamas, di Doha, Qatar, bersamaan dengan kunjungan dua hari presiden Iran itu di Qatar. Pezeshkian menggambarkan pembunuhan kepala biro politik Hamas, Ismail Haniyeh di Teheran sebagai salah satu peristiwa paling menyakitkan dalam hidupnya.

Pezeshkian mengenang saat ia memeluk Haniyeh pada upacara pelantikannya, hanya untuk mengetahui beberapa jam kemudian tentang pembunuhan pengecut terhadap Haniyeh oleh rezim Israel.

Presiden Iran itu mengutuk kekejaman yang dilakukan oleh Israel di Gaza dan Lebanon, serta mengkritik kemunafikan Amerika Serikat dan negara-negara Barat yang mengaku mendukung demokrasi dan hak asasi manusia, namun mendukung rezim Israel.

Merujuk pada Operasi Janji Sejati 2 pada Selasa malam, Pezeshkian menyebutkan bahwa Barat telah membuat janji-janji palsu kepada Iran untuk tidak membalas pembunuhan Haniyeh sebagai imbalan atas gencatan senjata di Gaza.

“Kelanjutan kekejaman yang dilakukan oleh rezim Israel telah memicu tanggapan tegas dari angkatan bersenjata Republik Islam Iran, dan tentu saja, rezim ini akan menerima balasan yang lebih kuat dan menghancurkan jika mereka melakukan kesalahan sekecil apa pun lagi,” ujarnya.

sumber : Antara
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Berita Terpopuler