Genosida Berlanjut, Militer Israel Kepung Kamp Pengungsi Gaza, Membom Masjid dan Sekolah

Israel bersikap biadab terhadap Palestina.

AP Photo/Hatem Moussa
Warga Palestina memeriksa puing-puing bangunan yang terkena serangan udara Israel di Kamp Pengungsi Al Shati Kamis, 12 Oktober 2023. Data Pusat Satelit PBB (UNOSAT), operasi militer Israel di Jalur Gaza merusak atau menghancurkan hampir 66 persen dari total bangunan di wilayah itu dalam tempo setahun.
Rep: Fuji Eka Permana Red: Erdy Nasrul

REPUBLIKA.CO.ID, GAZA -- Militer Israel mengatakan telah mengepung Jabalya, Gaza utara dan meluncurkan operasi darat baru, setelah melihat tanda-tanda Hamas membangun kembali, meskipun hampir setahun pertempuran dan serangan di wilayah tersebut.

Baca Juga


Saat perhatian beralih ke Lebanon setelah pasukan Israel meningkatkan serangan mereka terhadap kelompok Hizbullah. Israel terus beroperasi di seluruh Gaza dan kembali berfokus pada wilayah yang sebelumnya dikatakan telah bebas dari Hamas.

Dikutip dari laman 9 News, Senin (7/10), di tempat lain di Gaza, sedikitnya 25 orang dipastikan wafat setelah serangan udara Israel menghantam sebuah masjid dan sebuah sekolah di pusat wilayah tersebut, kata pejabat rumah sakit. Israel mengatakan dan menuduh Hamas ada di kedua bangunan tersebut.

Israel melakukan serangan udara pada Sabtu lalu hingga Ahad malam di Gaza utara termasuk terhadap apa yang dikatakan militer Israel sebagai fasilitas penyimpanan senjata, situs infrastruktur bawah tanah, dan situs infrastruktur militer tambahan.

Dalam sebuah pernyataan, militer mengatakan telah mendeteksi keberadaan anggota Hamas di sana, serta upaya mereka untuk membangun kembali kemampuan operasionalnya di daerah tersebut, dan terus bergerak maju dengan operasi untuk membongkar.

Sayap militer Hamas, Brigade Al-Qassam, mengatakan terlibat dalam pertempuran sengit dengan pasukan Israel di Gaza utara.

Jabalya adalah kamp pengungsi yang padat penduduk yang merupakan salah satu tempat pertama yang menjadi sasaran sejak awal tanggapan Israel terhadap serangan Hamas yang menuntut kemerdekaan pada 7 Oktober 2023, satu tahun lalu.

 

Lihat halaman berikutnya >>>

 

 

Puluhan keluarga di daerah tersebut telah mengemasi barang-barang mereka dan melarikan diri sekali lagi setelah peringatan dari militer Israel tentang operasi darat baru di Jabalya, yang merupakan rumah bagi kamp pengungsi terbesar di Gaza.

Militer Israel mengeluarkan perintah evakuasi baru bagi penduduk di Gaza utara, dengan menambahkan telah memperluas cakupan daerah kemanusiaan di Al-Mawasi.

"Orang-orang meninggalkan rumah mereka pagi ini, dan mereka tidak tahu harus ke mana, hanya membawa beberapa barang sederhana. Tidak ada sarana transportasi," kata Abu Alaa Asaf, seorang warga Beit Lahiya, kepada CNN.

"Kami mendengar suara ledakan sepanjang malam seolah-olah perang baru saja dimulai hari ini," kata Asaf.

Beberapa warga Gaza utara menolak pindah, dengan mengatakan tidak ada tempat aman yang tersisa di daerah kantong itu.

Mohammad Ibrahim (36 tahun) dari Jabalya, mengatakan kepada CNN, "Saya, bersama kedua putra saya, telah tinggal di Jabalya dan tidak akan pergi ke mana pun. Tidak ada tempat yang aman di Gaza, dan kematian sama saja di sana-sini."

Jabalya adalah rumah bagi warga Palestina yang telah mengungsi beberapa kali selama konflik Israel-Gaza. Kamp itu telah menjadi sasaran Pasukan Pertahanan Israel (IDF) beberapa kali selama perang.

Pada bulan Mei, CNN melaporkan bahwa militer Israel telah memperbarui pertempurannya di Gaza utara tempat mereka mengklaim, pada bulan Januari, telah membongkar struktur komando Hamas. Selama periode tersebut, militer Israel mengatakan Hamas mencoba untuk berkumpul kembali di daerah tersebut, sehingga menimbulkan keraguan mengenai apakah tujuan Israel untuk membasmi kelompok tersebut di daerah kantong tersebut realistis.

Dalam insiden terpisah di Gaza selatan, sebuah masjid menjadi sasaran pasukan Israel pada Ahad pagi, sedikitnya 25 orang wafat dan syahid. Sementara serangan lain terhadap sebuah sekolah mewafatkan empat orang, kata pejabat rumah sakit.

Video CNN menunjukkan adegan kacau saat mayat-mayat ditarik dari reruntuhan setelah serangan semalam di situs keagamaan di Deir el Balah, tempat warga Palestina berlindung.

"Masjid itu adalah tempat berlindung bagi orang-orang yang mengungsi, tidak ada militan atau apa pun di dalamnya," kata Nabil Nadda, yang berada di dekatnya saat serangan itu terjadi.

"Hanya orang-orang yang tidak memiliki tempat berlindung, tenda, atau rumah sehingga mereka berlindung di masjid," ujarnya.

Militer Israel mengonfirmasi bahwa mereka melakukan serangan di kedua lokasi, menyebutnya "tepat sasaran" dan mengatakan bahwa mereka menargetkan pusat komando dan kendali Hamas.

Pertempuran baru terjadi menjelang peringatan serangan 7 Oktober, yang menyebabkan Hamas menewaskan sekitar 1.200 orang di Israel dan menyandera lebih dari 250 orang.

Serangan Israel berikutnya di Gaza yang menurut Israel ditujukan untuk menghancurkan Hamas telah merenggut nyawa lebih dari 41.000 orang (genosida) dan memicu krisis kemanusiaan.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Berita Terpopuler