Dilakukan Secara Terpusat, Begini Penyaluran Program Makan Bergizi Gratis

Program Makan Bergizi Gratis menjangkau 82,9 juta penerima saat diimplementasikan.

ANTARA FOTO/Auliya Rahman
Sejumlah pelajar menyantap makanan bergizi gratis saat giat makan sehat bersama di SDN 7 Pahandut, Palangka Raya, Kalimantan Tengah, Kamis (3/10/2024). Pemko setempat mensosialisasikan pola konsumsi pangan beragam, bergizi, seimbang, dan aman (B2SA) terhadap pelajar serta wali murid dalam upaya meningkatkan kualitas makanan sehat yang dikonsumsi setiap hari guna mencegah stunting.
Rep: Frederikus Bata Red: Friska Yolandha

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --  Program makan bergizi gratis menjadi salah satu prioritas di pemerintahan berikutnya, Prabowo Subianto - Gibran Rakabuming Raka. Program ini berpotensi menjangkau 82,9 juta penerima saat diimplementasikan.

Baca Juga


Rencananya, pada November 2024, akan ada uji tambahan. Lalu mulai Januari tahun depan, resmi digulirkan atau diduplikasikan ke seluruh tanah air. Hal ini disampaikan oleh Kepala Badan Gizi Nasional, Dadan Hindayana, di Jakarta Convention Center (JCC), Senayan, Selasa (8/10/2024).

Pertanyaannya, bagaimana skema penyalurannya? Dadan  menjelaskan, pihaknya telah melakukan percontohan, satu satuan pelayanan, dasarnya melayani 3000 anak makan setiap hari. Dari uji coba tersebut, dibutuhkan 200 kilogram (KG) beras, 350 KG ayam, 3.000 telur, 350 kg sayu, juga susu 600 liter.

"Jadi ini jumlah yang sangat besar. Itu baru satu satuan pelayanan. Kalau nanti program ini sudah jalan secara menyeluruh akan ada kurang lebih 30 ribu satuan pelayanan di seluruh Indonesia yang melayani ibu hamil, ibu menyusui anak balita, anak sekolah mulai dari PAUD sampai SMA termasuk santri dan sekolah-sekolah keagamaan lainnya," kata dia.

Dadan menerangkan, penyaluran resmi yang dimulai  pada Januari 2024 itu, akan lebih dilakukan secara masif. Mereka juga harus menyiapkan SDM untuk  langsung  intervensi  ke daerah-daerah. Program makanan bergizi ini,  tegas dia, dilakukan secara terpusat dan terkendali.

Uang negara yang masuk ke Badan Gizi Nasional, langsung disalurkan ke satuan-satuan pelayanan di daerah. Seperti disinggung di atas, setiap satuan pelayanan melayani 3.000 anak. 

"Nah basisnya di sekolah dulu, karena penentuan 3.000 anak, akan lebih mudah ditentukan melalui sekolah," ujar Dadan.

Ia melanjutkan, pihaknya melakukan survei lebih detail perihal jumlah penerima di suatu daerah. Selain anak-anak juga ada ibu hamil, ibu menyusui, dan lain-lain. Mereka tidak akan menggunakan data sekunder.

Pasalnya, data terkait hal itu sangat dinamis. Dalam jangka waktu tertentu bisa berubah. Intinya,  kata Dadan, harus seakurat mungkin.

"Misalnya, kalau kita gunakan data angka tahun 2023 banyak ibu-ibu mungkin yang belum nikah bahkan juga belum hamil. Atau ada juga yang sudah hamil tapi kemudian keguguran, ada yang sudah hamil kemudian pindah. Jadi (jumlah) ibu hamil, ibu menyusui, dan anak balita baru akan kami tentukan ketika satuan pelayanan sudah ada di daerah," ujar kepala Badan Gizi Nasional ini.

Jumlah anak penerimanya....

 

Ia kembali mengulang detail jumlah penerima nantinya. Patokannya di 3.000 anak (umur sekolah). Lalu ada survei lanjutan perihal jumlah ibu hamil, ibu menyusui, balita. Dari pengalaman mereka, berpotensi tambahan 10 persen di setiap daerah satuan pelayanan.

"Jadi satuan pelayanan melayani 3000 plus 300 (penerima)," ujar  Dadan.

Badan Gizi Nasional berupaya mendapatkan bahan baku yang sudah dikumpulkan Badan Usaha Milik Desa (BUM Desa), dan Koperasi. Dadan mendorong pengusaha besar atau penyalur lainnya, bisa bekerja sama dengan BUM Desa dan Koperasi.  

"Ya supaya koperasi dan BUM Des juga mendapatkan cipratan pertumbuhan  ekonomi dari program ini. Kemudian kami ingin agar bahan baku itu dipasok lokal. Tetapi kalau belum siap nanti dipasok nasional."

Dadan menerangkan program makanan bergizi bisa menghabiskan anggaran Rp 400 triliun. Per harinya, Rp 1,2 triliun. Lalu 75 persen dari Rp 1,2 triliun itu, atau sekitar Rp 800 miliar, digunakan untuk membeli produk-produk pertanian, bahan  baku, dibuat menjadi makanan dan dikirimkan ke penerima.

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler