Peringatan Keras Iran untuk Negara-Negara Arab di Kawasan Teluk Jika Berani Bantu Israel

Iran meminta negara-negara Arab di Kawasan Teluk bersatu melawan Israel.

EPA-EFE/ABEDIN TAHERKENAREH
Seseorang berjalan di depan banner bergambarkan misil balistik sebagai simbol anti-Israel di Teheran, Iran. (ilustrasi)
Red: Andri Saubani

REPUBLIKA.CO.ID, Iran mengingatkan negara-negara kawasan teluk untuk tidak membantu Israel menyerang Iran dengan cara membuka ruang udara mereka agar bisa dilintasi oleh pesawat-pesawat rezim Zionis. Seorang pejabat Iran pada Selasa (8/10/2024) seperti dikutip Reuters, mengatakan, jika ada negara Teluk membuka ruang udara untuk pesawat-pesawat Israel, Teheran akan merespons.

"Iran secara jelas mengingatkan bahwa aksi apapun dari negara Teluk melawan Teheran, apakah lewat membuka ruang udara atau basis militer, akan dinilai Teheran sebagai aksi (serangan) dari negara itu dan Iran akan merespons," kata pejabat Iran itu.

"Pesan ini menekankan kebutuhan persatuan kawasan regional melawan Israel dan pentingnya mengamankan stabilitas. Sangat jelas bahwa upaya membantu Israel, seperti membolehkan ruang udara untuk menyerang Iran, adalah aksi yang tidak dapat diterima," ujarnya.

Pejabat itu mengatakan, dalam pertemuan dengan petinggi negara-negara Teluk di Doha, Qatar pada Kamis pekan lalu, Iran tidak mendiskusikan masalah soal produksi minyak jika eskalasi meningkat. Dalam pertemuan itu Iran secara tegas meminta persatuan kawasan dalam menghadapi serangan Israel atau minimal negara-negara Teluk bersikap netral.

Teheran akan mengamati bagaimana setiap negara di kawasan Teluk bersikap jika nantinya Israel jadi melancarkan serangan balasan. Termasuk, bagaimana basis-basis militer AS di negara-negara itu digunakan. Diketahui, Qatar, Kuwait, Bahrain, United Emirat Arab, dan Arab Saudi adalah negara di mana terdapat markas dan militer AS ditempatkan.

Presiden AS Joe Biden sebenarnya dijadwalkan berdiskusi soal tensi tinggi Timur Tengah dengan Presiden Prancis Emmanuel Macron, Perdana Menteri Inggris Keir Starmer, dan Kanselir Jerman Olaf Scholz di Berlin pada pekan ini. Namun, pertemuan itu dibatalkan lantaran Biden kini berfokus menghadapi ancaman Badai Milton yang diprakirakan segera menghantam Negara Bagian Florida.

"Saya berpikir tidak bisa keluar dari AS pada saat ini," kata Biden.

Daftar Kejahatan Tentara Israel - (Republika)

Dalam pertemuan di Doha pekan lalu, negara-negara Arab di Kawasan Teluk menegaskan sikap netral mereka kepada Iran menyusul eskalasi dengan Israel usai serangan misil balistik pada 1 Oktober. Dua sumber dikutip Reuters mengatakan, bahwa jaminan sikap netral itu lantaran negara-negara kawasan khawatir, meluasnya eskalasi bisa mengancam fasilitas-fasilitas minyak mereka.

Di tuan rumahi Qatar, menteri-menteri luar negeri Kawasan Teluk bertemu dengan menlu Iran di Doha pada pekan lalu. Upaya deeskalasi segera menjadi topik utama dalam pertemuan antara menlu itu.

"Negara-negara Teluk berpikir kemungkinan Iran tidak akan menyerang fasilitas minyak mereka, tapi beberapa pejabat Iran memberikan petunjuk mereka mungkin saja menyerang. (fasilitas minyak) itu adalah simbol bagi Iran melawan AS dan ekonomi global," ujar Ali Shihabi, seorang pengamat dari Arab Saudi.

Beberapa tahun terakhir, Arab Saudi melakukan pendekatan politik dengan Teheran, yang mana membantu meredakan ketegangan antara dua negara, meski hubungan bilateral keduanya masih sulit terjalin. Arab Saudi telah mengkhawatirkan fasilitas minyak mereka diserang Iran sejak terjadinya serangan terhadap pusat penyulingan minyak Abqaiq pada 2019 yang berakibat terhentinya suplai minyak global sebesar 5 persen. 

"Pesan dari Dewan Kerja Sama Teluk (GCC) adalah, 'tolong lakukan deeskalasi'," ujar Shihabi merujuk pada pernyataan GCC yang beranggotakan dari UEA, Bahrain, Arab Saudi, Oman, Qatar, dan Kuwait.

Saat pertemuan di Doha, Presiden Iran Masoud Pezeshkian, mengatakan, Iran akan siap merespons dan melawan 'kebergemingan' di hadapan perilaku 'gila perang' Israel.

"Semua jenis serangan militer, aksi teroris atau pelintasan garis merah kami akan bertemu dengan respons yang menentukan dari angkatan bersenjata kami," kata Pezeshkian.

Menteri Luar Negeri Iran Abbas Araghchi pada Selasa, bersumpah akan memberikan balasan menghancurkan atas setiap serangan Israel terhadap negaranya. “Kami sarankan rezim Zionis (Israel) untuk tidak menguji tekad Iran,” kata Araghchi dalam sebuah acara di Teheran, yang dihadiri duta besar Irak, Yaman, Lebanon, dan Suriah, dikutip Anadolu.

"Serangan apapun terhadap Iran akan ditanggapi dengan respons yang menghancurkan,” kata Araghchi memperingatkan.

Menurut Menlu Araghchi, serangan Hamas tahun lalu terhadap Israel mengarah pada perkembangan signifikan yang tidak menguntungkan Tel Aviv. Dia pun memperingatkan bahwa setiap serangan terhadap infrastruktur Iran “akan ditanggapi dengan respons yang tegas.”

Iran saat ini dalam siaga tinggi di tengah antisipasi respons segera Israel terhadap serangan rudal yang dilakukannya pada 1 Oktober 2024. Serangan rudal Iran ke Israel itu terjadi di tengah meningkatnya ketegangan regional atas genosida rezim Zionis di Jalur Gaza yang kini memasuki tahun kedua.

Baca Juga


Konflik bersenjata itu telah menyebar ke Lebanon ditandai dengan serangan udara besar-besaran Israel yang telah menewaskan lebih dari 1.250 orang dan melukai lebih dari 3.600 lainnya sejak 23 September 2024.

Meskipun ada peringatan internasional bahwa Timur Tengah berada di ambang perang kawasan di tengah serangan gencar Israel terhadap Gaza dan Lebanon, Tel Aviv tetap memperluas konflik dengan meluncurkan invasi darat ke Lebanon selatan pada 1 Oktober.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler