Curangi Klaim BPJS, Dua Rumah Sakit di Tegal Lakukan 'Phantom Procedure', Apa Itu?

Setelah kecurangan tersebut terbongkar, BPJS Kesehatan memutuskan kerja sama.

Republika/Thoudy Badai
Petugas melayani masyarakat di Kantor BPJS Kesehatan Jakarta Selatan, Jakarta, Selasa (14/5/2024).
Rep: Kamran Dikarma Red: Mas Alamil Huda

REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG -- Kepala Bidang Pelayanan Kesehatan Provinsi Jawa Tengah (Jateng), Elhamangto Zuhdan, mengatakan telah menerima informasi tentang praktik kecurangan klaim yang dilakukan Rumah Sakit (RS) Mitra Keluarga Kota Tegal dan RS Mitra Keluarga Slawi terhadap BPJS Kesehatan Tegal. Dia mengungkapkan, kedua RS tersebut melakukan phantom procedure atau mencantumkan prosedur fiktif dalam klaimnya.

Baca Juga


"Hampir dua minggu lalu kami dapat info ini. Infonya dari persatuan rumah sakit. Kemudian kami konfirmasi ke Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Tegal dan Kabupaten Tegal, memang ada kondisi seperti ini," ucap Elhamangto saat dihubungi Republika, Rabu (9/10/2024).

Elhamangto mengatakan, RS Mitra Keluarga Kota Tegal dan Slawi mengajukan sekitar 12 tagihan atau klaim ke BPJS Kesehatan Tegal. "Tapi dari empat tagihan yang dibayarkan, dilakukan audit oleh BPJS Kesehatan, disinyalir ada namanya penyalahan prosedur. Jadi ada tagihan ventilator di ICU yang tidak dilakukan, tapi itu ditagihkan," ungkapnya.

Dia menambahkan, setelah kecurangan tersebut terbongkar, BPJS Kesehatan Tegal, Dinkes Kota Tegal, dan Dinkes Kabupaten Tegal memanggil perwakilan kedua RS terkait. "Pihak Rumah Sakit Mitra Keluarga mengakui (kecurangan) itu, kemudian akan mengembalikan (kerugian). Atas kejadian ini, BPJS (Kesehatan) memutuskan kerja sama untuk sementara," ujar Elhamangto.

Kendati demikian, Elhamangto belum bisa mengungkapkan berapa nilai kerugian akibat phantom procedure yang dilakukan RS Mitra Kota Tegal dan Slawi. Dia hanya menyampaikan bahwa jika RS Mitra Keluarga Kota Tegal dan Slawi hendak menjalin kerja sama lagi dengan BPJS Kesehatan, hal itu baru bisa dilakukan minimal satu tahun pasca pemberhentian kooperasi.

"Jadi ini nanti dari dinas provinsi juga akan melakukan penekanan pada rumah sakit tersebut untuk segera melakukan pengembalian (kerugian) dan pembinaan untuk tidak terulang kejadian ini," katanya.

Layanan publik yang wajib menyertakan kartu BPJS Kesehatan. - (Tim Infografis Republika.co.id)

Pernyataan resmi pihak BPJS.. baca di halaman selanjutnya.

 

Sementara itu Kepala BPJS Kesehatan Tegal, Chohari, mengungkapkan, praktik kecurangan yang dilakukan RS Mitra Keluarga Kota Tegal dan Slawi terungkap karena pihaknya rutin melakukan audit dan verifikasi klaim. Dalam proses itu, jika ditemukan anomali, proses bakal berlanjut ke audit administrasi klaim.

Chohari enggan secara spesifik menjelaskan kronologi penemuan kecurangan klaim yang dilakukan RS Mitra Keluarga Kota Tegal dan Slawi. "Konfirmasinya (dugaan kecurangan ke pihak RS) bulan lalu lah," ujarnya ketika dihubungi via telepon, Rabu (9/10/2024).

Ketika dikonfirmasi apakah betul yang dilakukan kedua RS tersebut adalah phantom procedure, Chohari pun tak bersedia menjawab. "Itu termasuk kerahasiaan ya," ucapnya.

Chohari juga menolak menjelaskan bagaimana respons RS Mitra Keluarga Kota Tegal dan Slawi ketika BPJS Kesehatan Tegal menemukan adanya kecurangan klaim. "Ya intinya kami sepakat sudah ada kerugian dan sepakat untuk pengembalian," kata Chohari.

Dalam wawancara telepon tersebut, Republika juga berupaya mengonfirmasi kabar bahwa nilai kecurangan klaim yang dilakukan RS Mitra Kota Tegal dan Slawi mencapai lebih dari empat miliar rupiah. "Itu juga termasuk kerahasiaan ya di antara kedua belah pihak (BPJS dan RS terkait). Tapi saya tidak membantah," ujar Chohari.

Dia mengatakan, pemberhentian kerja sama BPJS Kesehatan Tegal dengan Rumah Sakit Mitra Keluarga Slawi resmi berlaku pada 7 Oktober 2024. Sementara dengan RS Mitra Keluarga Kota Tegal pada 10 Oktober 2024.

Chohari mengungkapkan, tenggat waktu pengembalian dana kerugian oleh RS Mitra Keluarga Kota Tegal dan Slawi adalah tiga bulan. "Berdasarkan Permenkes 16 (Tahun 2019), maksimal itu tiga bulan setelah berita acara ditandatangani," ucapnya.

Dia meyakini proses pengembalian dana bakal dilakukan sekaligus atau tanpa mengangsur. Menurut Chohari, RS Mitra Keluarga Kota Tegal dan Slawi juga bisa memperoleh sanksi lain dari Tim Pencegahan Kecurangan Jaminan Kesehatan Nasional (PKJKN). Sanksi tersebut bisa berbentuk administratif, teguran, hingga pencabutan izin tenaga kesehatan atau RS terkait apabila terbukti.

"Satu hal yang membedakan dengan kami (BPJS Kesehatan) adanya denda maksimal 50 persen dari kerugian dan maksimal Rp 250 juta. Karena di Permenkes itu batas maksimal kerugian Rp 500 juta," kata Chohari.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler